5》Ingin Kutonjok-tonjok Mukanya

39.6K 3K 184
                                    

A/n : nyolong tethering bapak gua, cus apdet!

***

Pukul setengah tujuh, Una akhirnya bisa keluar dari neraka mewah itu. Saat dia sudah berada di trotoar dan berjalan ke halte busway yang tidak berada jauh dari letak kantor, Una meninju udara beberapa kali dengan mulut yang tidak henti-hentinya menghujat Jeremy Kafka Bangsat Indrapraja itu.

Iya, biarin aja. Bangsat sekarang jadi nama tengah laki-laki itu. Namanya terlihat lebih keren dengan tambahan bangsat di sana.

Gadis itu menempelkan kartu flazz ke mesin agar dirinya bisa masuk ke halte. Malam ini dan malam-malam seterusnya, dia akan selalu naik busway.

Una duduk di celah kosong yang masih tersisa untuk satu orang di halte itu. Dia menggeser pantatnya ke belakang dan bersandar, tidak peduli pada decakan sebal dua orang yang berada di samping kiri kanannya karena ulah Una yang membuat mereka menggeser duduk sampai ke pinggir.

Dua kali busway koridor satu berhenti, tapi Una selalu saja melihat kalau kendaraan umum itu penuh. Una tidak mau berdiri, dia sedang ingin duduk! Pokoknya dia akan menunggu sampai mendapat bus yang sepi.

Sudah lima bus yang dilewati, keadaan halte dari ramai sudah agak lenggang. Satu dari dua orang yang duduk di sampingnya sudah pergi dan naik bus jurusan Blok M.

Una berdiri saat melihat bus berwarna merah muda yang berhenti dan menunjukkan tulisan Blok M - Kota. Gadis ini langsung bergegas masuk ke dalam sana dan duduk di paling depan pojok kiri. Dia selalu suka naik bus khusus perempuan ini, karena tidak sepadat bus biasa.

Mata bulatnya menatap ke arah luar kaca, memerhatikan sekelebat-sekelebat gedung-gedung tinggi dan mewah ibukota yang dominan jadi pemandangan di kawasan perkantoran ini.

Gadis itu menyandar pada kursi, memejamkan mata sebentar untuk meredakan kekesalan pada Jeka.

Caranya di toilet tidak mampu meminimalisir rasa emosinya pada Jeka. Sepertinya Una harus menggunakan cara lain agar emosinya bisa tersalurkan dengan baik jika berhadapan dengan lelaki satu itu.

Hampir satu jam dalam perjalanan, akhirnya Una sampai juga di rumah. Saat dia membuka pintu, mamanya langsung menyambut Una bak ratu. Beda saat Una selalu saja ada di rumah. Ocehan tidak berhenti keluar dari mulut mama bawelnya itu.

"Eh, anak mama yang cantik udah pulang. Gimana kerjanya? Mba Raisa bilang kamu diterima dan udah langsung kerja?" ucap mama dengan seulas senyum yang sangat manis. Una yang melihat itu, membalasnya dengan senyum tipis.

"Ya, begitulah."

"Mama percaya kalau anak mama ini mampu menaklukan bos di kantor." Mama menyolek dagu Una, membuat Una lagi-lagi tersenyum tipis sambil menepis wajah Jeka yang seolah sedang meledek dengan senyum meremehkannya itu. "Mama udah siapin makanan kesukaanmu, jamur crispy. Baru goreng tadi. Kamu bersih-bersih dulu gih, abis itu makan."

"Ya, Ma."

Una langsung masuk ke dalam kamar dan melempar tasnya yang berisi dompet, headset, cas-an dan pouch make up ke atas tempat tidur disusul dengan dirinya yang membanting punggung ke kasur.

Huh, dia sangat rindu kasurnya.

Setelah memilih memejamkan mata sebentar kurang lebih sepuluh menit, Una mengganti pakaian kerjanya menjadi piama lalu memilih menyikat gigi dan cuci muka sebelum akhirnya keluar dari kamar dan berjalan ke ruang makan. Di sana, mamanya tengah membuatkan sesuatu.

"Buat teh buat siapa, Ma?" tanya Una, perasaan papanya sudah tidur.

"Buat kamu."

Meski mama adalah makhluk terbawel di muka bumi ini, tapi dia selalu aja jadi orang yang paling peduli sama Una. Kalau udah begini, mana bisa Una berkata pada mamanya kalau bos dia itu adalah manusia paling bangsat, brengsek, laknat dan Una ada rencana untuk bakar kantor tempat dia kerja sekarang?

Hate You, Mister!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang