Sheera pagi ini memakai bedak lebih tebal dari biasanya, untuk menutupi lebam di pipinya. Rambut yang bisanya ia beri bandana pagi ini tidak, karena kepalanya masih sakit akibat jambakan ibunya. Sheera mencoba tersenyum biasa saja, karena mau bagaimana pun ia tak mau orang lain melihat seberapa menyedihkannya ia hari ini.
Sheera melangkahkan kakinya menuruni tangga, mengintip sebentar ke arah meja makan untuk melihat apakah Kakak dan Mamanya masih ada di rumah. Sheera bernapas lega saat tak menemui siapa pun di rumahnya. Setidaknya Sheera tak perlu menghindar atau pura-pura lupa dengan kejadian kemarin malam.
Pagi ini Sheera memilih mengabaikan sarapannya, karena ingin menemui Guna terlebih dahulu. Hari ini Guna belum bisa masuk sekolah, diperkirakan besok atau lusa cowok itu bisa keluar dari rumah sakit. Sheera memutuskan menemui Guna terlebih dahulu agar nanti tak rindu jika tak bertemu di sekolahan. Sheera terkikik geli, membayangkan seberapa bucinnya ia terhadap Guna.
Sebelum ke rumah sakit Sheera tak lupa membawakan buah serta beberapa makanan untuk Guna. Setelah sampai di rumah sakit Sheera langsung saja menuju ruang rawat Guna, karena waktunya memang tak banyak untuk ke sekolah.
"Assalamualaikum." Sheera menyembulkan kepalanya. Melihat apakah ada orang yang berkunjung menemui Guna.
"Waalaikumsalam." Mendapat balasan dari Guna membuat Sheera melebarkan senyumnya. Lalu langsung menghampiri Guna yang sedang duduk bermain ponsel.
Sheera sebenarnya sedikit penasaran. Sejak kemarin Sheera sama sekali tak melihat orang tua Guna, Sheera sebenarnya ingin bertanya. Namun, Sheera pikir itu privasi Guna.
"Ngapain lo pagi-pagi udah di sini." Guna menaruh ponselnya di nakas. Menatap gadis di depannya ini dengan tajam.
"Pengen aja," jawab Sheera sambil mendaratkan bokongnya di kursi dekat brankar Guna.
"Guna gimana keadaannya?"
"Buta."
"Hah?" Sheera mengerjap, tak paham dengan jawaban Guna.
"Lo liat gue gimana?" Mendengar nada ketus dari Guna membuat Sheera menyengir. Walau dalam hati memaki Guna karena tak tau dirinya sedang berbasa-basi.
"Pulang sana," usir Guna. Sheera berdecak sebal, karena sifat Guna sama sekali tak ada sopan-sopannya.
"Baru juga dateng," protes Sheera sambil mengerucuti bibirnya.
"Pulang sana," usir Guna kedua kalinya. Dengan terpaksa Sheera mengangguk lalu bangkit.
Namun, Guna langsung menahannya. Sheera mengernyit, bukannya tadi Guna yang mengusirnya?
"Pipi lo kenapa?" Sontak Sheera memegang pipinya, dan langsung menggeleng panik.
"Siapa yang nampar lo? Bandana lo juga ke mana?" Sheera melongo. Itu Guna kan? Kok tumben perhatian.
"Ada kok," balas Sheera gugup.
"Siapa?" Sheera mengerjapkan matanya.
"Apanya?" tanyanya tak paham. Guna berdecak langsung menyentuh pipi Sheera yang terlihat memar walau sudah tertutup bedak sekali pun.
"Kebentur pintu pas mandi," balas Sheera berbohong.
Guna menyorot Sheera penuh selidik. Masih tak percaya jika pipi gadis itu hanya terbentur oleh pintu.
"Tadi aku lagi latihan nari, eh jatuh." Guna akhirnya mengangguk. Mau tak mau ia harus percaya, karena Sheera sendiri pun berkata seperti itu.
"Aku sekolah dulu. Guna baik-baik di sini." Sheera melambaikan tangan dan langsung berlari keluar dari ruang rawat Guna.
Di luar Sheera langsung memegangi dadanya. Dirinya masih takut jika Guna mengetahui yang sesungguhnya. Walau Sheera juga senang, karena Guna sudah mulai peduli dengannya.
***
Suara sana kantin siang ini sangat ramai. Bahkan jika siapa saja yang mendengarnya akan protes karena tak bisa makan dengan tenang. Namun, berbeda dengan Sheera yang malah merasakan kantin hari ini sepi. Bukan tanpa alasan, karena sebenarnya sepi karena tak ada Guna serta geng Algar siang ini.
Dalam hati Sheera bertanya-tanya. Ke mana anggota Geng Algar? Karena setau Sheera semuanya sudah baik-baik saja. Apa mereka menemui Guna? Kalau gitu kenapa enggak ngajak Sheera? Eh.
"Kenapa, sih?" tanya Kristal jengah. Karena sedari tadi Sheera hanya mengaduk makanannya tanpa minat.
"Sepi," guman Sheera.
"Sepi otak lo. Ramai gini." Sheera mengangguk pelan tanpa minat membalas ucapan Kristal.
"Lo kenapa?" Sudah Kristal tak tahan melihat wajah menyedihkan sahabatnya itu.
"Kangen Guna," rengeknya.
"Heh! Lo tadi pagi baru aja ketemu dia!" protes Kristal tak terima. Menurutnya Sheera itu sangat berlebihan.
"Kurang," rengek Sheera membuat Kristal langsung membuat gerakan ingin muntah.
"Sheera pengen bolos aja." Kristal melotot garang mendengar perkataan Sheera. Enak saja asal bolos, Kristal kan jadi tidak punya temen.
"No. Lo udah bego." Sheera mengerucuti bibirnya mendengar hinaan Kristal. Apa tidak bisa berkata lebih manis lagi?
"Tapi Sheera kangen!" Kristal menaruh kasar sendoknya. Memilih keluar dari kantin, meninggalkan Sheera yang menatapnya sebal.
"Temen patah hati malah di giniin." Sheera ikut membanting sendok. Melangkah pergi keluar dari kantin.
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.