Bagian 9 | Langit cowok laknat

91.2K 7.4K 90
                                    


B

INTANG memegang kuat tali tasnya sambil menghentak hentakkan kakinya. Gadis itu masih kesal dengan kelakuan Langit yang mengambil ponselnya, Bintang bukannya tidak mau meminjamkan ponselnya ke Langit. Tapi Bintang merasa takut jika nanti Langit mengamuk karena melihat chatnya dengan Magma. Dari kejadian malam hari itu Bintang dengan Magma semakin dekat bahkan mereka selalu chat entah untuk sekedar menanyakan kabar atau bahkan untuk bercanda gurau.

Bintang sempat mencari Langit ke dalam kelasnya tadi tapi Bintang tak mendapati keberadaan cowok itu disana membuatnya kesal dan takut secara bersamaan. Takut jika nanti Langit akan berbuat sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan kesal karena cowok itu seakan-akan tengah menjauhinya.

"Lo beneran gak mau pulang bareng gue Bin?" Bintang mendengus kala mendapati pertanyaan yang dilontarkan oleh Nessa yang sudah berulang kali ia dengar.

"Enggak Sa. Lo pulang duluan aja." Nessa berdecak ketika kembali mendapat jawaban yang sama seperti tadi.

"Tapi kita udah nunggu dari tadi dan Langit belum keliatan batang hidungnya sama sekali," timpal Sasa.

Sekolah memang sudah bubar sekitar 30 menit yang lalu, dan mereka masih menunggu kedatangan Langit yang biasanya akan menjemput Bintang ke kelasnya dan karena Bintang masih kesal dengan kelakuan Langit tadi pagi akhirnya dia memutuskan untuk menunggu jemputanny di kursi tunggu.

"Yaudah kalo gitu gue pulang duluan ya. Soalnya pak Mamat udah nunggu di depan." Sasa dan Bintang mengangguk.

"Hati-hati ya," peringat Sasa.

"Lo pulang duluan aja Sa, gue berani kok sendiri disini. Tapi gue pinjem Hp lo buat nelfon bang Angkasa." Sasa mengangguk lalu menyodorkan ponselnya ke Bintang.

Bintang menekan angka yang sudah ia hafal lalu ia menekan tombol hijau dan tak berselang lama teleponnya sudah di angkat di gantikan dengan suara abangnya.

"Abaang jemput," ujar Bintang dengan suara manja.

"Yah, gue gak bisa soalnya gue masih latihan basket. Emang lo gak pulang bareng Langit, sekarang gue telfonin Langit deh suruh jemput lo."

"Jahat banget sih. Tapi yaudah deh" Bintang merenggut kesal.

"oke my sweet girl. Kabarin gue kalo lo udah nyampe ya!"

Angkasa memang masih SMA tapi Angkasa dan Bintang memutuskan untuk tidak bersekolah di satu tempat, alasannya simple karena mereka malas jika harus bertemu setiap hari.

Bintang berdecak sebal.

"Kenapa Bin?" Tanya Sasa.

"Bang Angkasa gak bisa jemput. Katanya dia lagi latihan basket," jawab Bintang lesu.

"Aduh gimana ya Bin. Sebenarnya gue juga pengen nawarin buat nganterin lo tapi tadi nyokap gue ngasih kabar kalo bonyok mau jemput gue kesini terus langsung berangkat ke rumah oma ada pertemuan keluarga besar jadi gue gak bisa nganterin lo deh!" jawab Sasa.

"Gak apa-apa Sa. Lo pulang duluan gih takutnya ntar keluarga lo udah nunggu di depan." Bintang tersenyum lembut.

"Bintang?"

Bintang menatap cowok yang sedang berada di dalam mobil. Dia adalah Magma cowok yang belakangan ini sering muncul di dalam kehidupan seorang Bintang.

"Eh, Kak Magma," ujar Bintang.

"Lo mau balik? Nunggu jemputan atau naik angkot?"

"Iya, gue nunggu angkot lewat."

"Pulang bareng gue mau gak?" Bintang mengernyit bingung.

"Udah Bin, lo pulang sama Magma aja daripada nunggu Langit yang gak pasti dimana," ucap Sasa.

"Gue lagi gak nunggu Langit gue cuma lagi nunggu angkot," geram Bintang.

"Dari pada nunggu angkot yang gak pasti kapan datangnya mending lo pulang bareng gue. Udah irit biaya angkot, pulang bareng cogan lagi, kan kapan lagi bisa pulang bareng cogan?" Magma tersenyum, manis sekali membuat Bintang bertanya-tanya mengapa cowok ganteng seperti Magma bisa mempunyai senyuman semanis itu? Disaat semua kriteria cowok yang ingin Bintang pacari sudah terpenuhi oleh Magma. Ah, sial Magma terlalu serakah pada ketampanannya.

"Jadi, mau pulang sama cogan gak?" Tanya Magma membuyarkan lamunan Bintang.

"Iya kak. Bintangnya mau kok." mata Bintang hampir saja lompat dari tempatnya mendengar jawaban dari Sasa.

"Gue pulang duluan ya Bin. Kak Magma jagain Bintang ya, amterin sampe rumahnya." Magma mengangguk mendengar nasihat dari Sasa.

"Ayo masuk!" perintah Magma, dengan ragu Bintang berjalan dan membuka pintu mobil Magma namun seseorang sudah menahan tangan Bintang terlebih dahulu.

"Ternyata lo disini, gue cariin ke kelas gak ada." Bintang menoleh mendapati Langit yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

"Bintang pulang bareng gue," ucap Langit dingin membuat Magma tersenyum miring.

"Tadi Bintang mau pulang bareng gue bukan sama lo," kata Magma.

"Mau lo apa hah?" Tantang Langit.

"Mau gue? Lo gak usah ikut campur urusan gue sama Bintang," kata Magma.

"Lo gak ada hak buat ngatur gue." Langit mencengkram lengan Bintang membuat gadis itu meringis lalu membawanya menjauhi Magma.

"Langit lepas. Sakit tau." gadis itu berusaha melepas tangan Langit yang mencekal lengannya.

"Gue udah bilang sama lo. Jangan deket-deket sama cowok lain," teriak Langit.

"Apaan, gue gak deket sama cowok kok," ucap Bintang tak terima.

"Lo beneran gak lagi deket sama cowok?" tanya Langit sambil tersenyum miring.

"Tadi lo cuekin gue karena lagi chat sama Magma kan?" Langit menatap Bintang dengan tajam.

Tangan Bintang berkeringat dingin, ini yang ia takutkan melihat Langit memainkan ponselnya gadis itu takut jika Langit membuka chat wa nya dan melihatnya chat dengan Magma. Dan yang akan di lakukan Langit pasti mengamuk.

"HP lo gue sita selama 4 hari." Ucapan Langit membuat Bintang merenngut kesal.

"Gak. Gak bisa gitu dong Lang, gue juga butuh HP buat kehidupan gue," ujar Bintang tak terima.

Langit pura-pura tak mendengar ucapan Bintang cowok itu segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Bintang dengan segala kekesalannya.

LANGIT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang