Kill One To Survive By Full Blood

Awal 1997

Malam hari yang sunyi dan hujan yang deras disertai angin yang kuat membuat orang tidak bisa keluar. Di kondisi hujan seperti ini memang banyak yang mengeluh, tapi mereka akan dihukum.

Robert sedang menulis catatan harian-nya di buku yang tebal. Saat itu dia tidak bisa tenang menulis karena berisik-nya rintikan hujan yang lebat membuat dia susah memikirkan sesuatu. Saat menulis di mendengar suara seperti orang yang memotong sesuatu, tapi dia tidak memedulikan-nya. Menulis bukan dengan tinta melainkan dengan darah manusia, dan dia menulis dengan bulu dari bangkai burung merpati yang sudah lama mati.

Selalu merasakan gelisah jika tidak ada mangsa untuk dibunuh dan tangan juga sering merinding, takut dia akan mati. Dia pernah juga berjaji pada arwah kakek buyut-nya, jika dia tidak membunuh seseorang dia akan bertahan hidup selama satu menit.

Hujan mereda di pagi hari, Robert masih menulis di buku-nya lagi tanpa rasa kantuk, karena dia sudah tidak di tubuhnya lagi. Dari belakang-nya dia merasa ada sesuatu seperti dia, yaitu arwah orang yang sudah mati. Karena sangking penasaran-nya dia akhirnya dia membalikkan kepalanya, dan ternyata itu kakek buyut-nya yang dia datang untuk sebuah janji. Saat berhadapan langsung dengan kakek-nya, tiba-tiba arwah Robert menghilang secara tidak langsung seperti orang yang membusuk.

Saat di sekitar lingkungan rumah sepi, tiba-tiba ada seorang yang lewat sambil dengan menaiki sepeda-nya. Orang itu merasakan ada hal yang aneh dia pun memundurkan sepedanya dengan dirinya, saat orang itu melihat sebuah rumah dia melihat seorang orang dewasa yang seperti mayat membusuk dengan posisi kepala yang terbaring di atas meja. Saat di dekati ternyata seorang mayat yang membusuk, karena merasakan takut akhir-nya orang itu kabur dari tempat itu dengan selamat.