Seoul, 23 July 2017
"Selamat sayang,"
Satu kecupan mendarat sempurna di pipi bocah mungil itu, orang-orang di sekitarnya pun turut mengucapkan hal sama seperti perkataan ibunya barusan. Tawa gembira menghiasi ruangan, semua yang ada di ruangan itu saling mengobrol serta bercanda ria.
Namun sepertinya tidak semuanya bergembira, tanpa di sadari ada satu gadis yang duduk di tangga lantai dua dengan wajah bosan yang sangat ketara. Gadis ah apa pantas disebut gadis jika dia sudah berumur 24 tahun? Baiklah kita panggil wanita,
Haruno Sakura, wanita itu yang kini harus menghadiri acara ulang tahun teman adiknya yang baru saja bertambah umur menjadi 8 tahun. Penyebab ia bosan adalah alasan ia 'harus' datang kesini, sebab ibunya sedang ada keperluan mendadak dan adiknya terus-menerus merengek meminta untuk diantar di acara ini. Jadilah ia harus terjebak di sini, dalam suasana yang tidak menyenangkan.
Banyak para ibu-ibu yang sedang berkeliaran saling ber'hai ria untuk sekedar di puji ramah, sedangkan anak-anaknya berlarian kesana-kemari demi mendapat kesenangan. Perjanjiannya setelah acara tiup lilin potong kue beri kado selesai, ia dan adiknya kembali kerumah. Namun sepertinya adiknya hilang entah kemana, dan itulah penyebabnya terdampar di tangga lantai dua.
Sesekali menguap bosan, Sakura menatap jam tangannya yang menunjukan pukul 11 siang. Oke, ide untuk bermain ponsel terdengar menarik sebelum kegiatan ketik-mengetiknya terhenti oleh suara menyebalkan adiknya.
"Kak!" panggil Kaguya, si 'imut'nya Sakura. Tadinya Sakura pikir Kaguya kasihan pada Sakura yang seperti gelandangan rumah, namun sepertinya tidak karena di sebelah bocah itu ada seorang bocah pemilik rumah.
"Kak, ini Sasuke, temanku." dengan santainya Kaguya memperkenalkan Sasuke yang juga terlihat sama santainya, ahh kenapa Sakura mengharapkan rasa bersalah dari mulut adiknya.
"Aa, hai Sasuke." berusaha memasang wajah manis yang justru membuat Sasuke mengernyit alis."Sasuke." sudah? Hanya itukan.
"Ayo pulang." Sakura berdiri dari acara duduknya, menggantungkan tali selempang tasnya pasa bahu, Sakura bersiap pergi sekarang.
"Tunggu," kedua tangan Kaguya merentang lebar berusaha mencegat kakaknya. Heii, dia belum makan kue.
"Apa lagi? Acara tiup lilin potong kue beri kado sudah selesai kan?" sangking semangatnya untuk pulang Sakura jadi linglung.
Kaguya memutar bola mata atas pertanyaan kakaknya, sebenarnya seberapa menyebalkannyakah pesta ulang tahun anak-anak bagi orang dewasa? "Setidaknya tunggu sampai acaranya selesai,"
Sakura melotot tak terima, "Perjanjiannya tidak sampai acara selesai!"
"Memang. Maksudku sampai acara bagi-bagi angpau selesai, setelahnya kita pergi." hei Sakura baru tahu kalau selain menyebalkan adiknya jenius juga, bahkan dengan santainya dia berbicara seperti itu tanpa memperdulikan temannya yang sepertinya tersinggung? Aku ragu anak kecil bisa tersinggung.
"Agrrrhhh, berapa lama?!" Sakura sungguh bosan berdiam diri di tangga itu.
Kaguya terkekeh girang, tangganya bergerak memakan kue yang tersedia di meja paling dekat, "Tunggu saja. Mau kue?"
〽
〽"Kak Sakura itu pemalas, suka menganiayaku, tidak berperi ke'kakak'an sama sekali." jika kebanyakan adik memuji hal baik tentang kakaknya, maka Kaguya sebaliknya. Semua aib Sakura ia beri tahu pada temannya, dengan syarat bisa menjaga mulut.
Sedangkan Sasuke yang mendengar curhatan temannya hanya menjadi pendengar yang baik, sesekali menanggapi dengan santai. "Apa kak Sakura punya pacar?"
Kaguya membuka bungkus ciki lalu memakan isinya, "Ya, namanya paman Ndan. Jelek!"
Sasuke merengut, namanya jelek sekali, bagaimana wajahnya. Wow pemikiran bocah ini berbahaya.
"Nama yang aneh," komentar Sasuke.
Kaguya mengangguk semangat, sepertinya ia tidak merestui hubungan kakaknya. "Kau tahu Sasuke?! Paman Ndan itu dukun! Dia penganut dewa Jashin!"
Sasuke makin penasaran dengan orang itu, "Benarkah? Bagaimana kau tahu?"
"Aku menguping pembicaraan kakak dan paman Ndan, tapi ada yang aku bingungkan," Kaguya menaruh bungkus cikinya di meja belajar. Dengan tanpang serius dia melipat tangan di depan dada. "Sepertinya kak Sakura korban pemaksaan dalam hubungan. Karena waktu itu nanpak sekali wajah kak Sakura jijik gitu,"
Wajah Sasuke kembali normal, tak ada kerutan di dahinya lagi. Mencoba memaklumi temannya ini yang suka sekali menonton sinetron aneh.
"Sepertinya kalau itu kau yang kebanyakan menonton film deh,"〽
〽
〽"Iya-iya ... aku sampai," ponsel pipihnya kini berada diantara pipi dan bahu, dengan tangan yang sibuk membereskan buku dan pensil, Sakura menelfon dengan mengapit ponsel.
'Ck, aku tak mau tau kau harus sampai dalam waktu 20 menit!'
"Aku akan pastikan itu lebih dari 20 menit. Hei jalanan kota Seoul ramai pada pukul 5 ini," Sakura melangkah keluar dari tempatnya bekerja dengan masih menelfon.
'Aku tahu pasti akan membutuhkan waktu yang lama pasti, tapi apa kau bisa berusaha secepat mungkin?'
Sakura terkekeh mendengar nada putus asa temannya, dapat ia pastikan rekan kerjanya itu sedang khawatir akan amarah boss.
"Ohh Yeon sayang~ beri tahu aku jika Ny.Zee marah oke." sambungan Sakura putuskan untuk mempercepat waktu. Yang harus ia lakukan adalah memesan taksi, memberi tahu pada supir untuk lebih cepat, dan menghadapi amarah boss besar, lalu siapkan mental tentang potongan gaji.
Sakura melirik buku notenya yang berisi keuangan selama 3 bulan yang barusan sudah ia hitung jumlahnya. Masalah hilangnya seperempat keuangan akan ia jelaskan, dan sekarang waktunya menunggu perjalanan di dalam taksi.
,,,,
Sampai dengan selamat setelah menunggu 59 menit di dalam taksi, ahh pasti Yeon akan marah mengingat 20 menit sangat jauh dari waktu tibanya di kafe tempat pertemuan. Namun setidaknya ia sudah sampai dengan selamat dan aman itu sudah cukup, walau Sakura tahu jika Yeon sama sekali tidak peduli dengan nyawanya.
Kling
Sakura menelusuri setiap inci penjuru kafe untuk dapat menemukan keberadaan Yeon yang ternyata sedang duduk di sudut kafe dengan segelas kopi. Ehh? Mana Ny.Zee?
"Beruntunglah kau Ny.Zee ada urusan yang jauh lebih penting dari pada penjelasanmu tentang seperempat uang yang hilang." ucap Yeon dengan menatap tajam Sakura.
Sedangkan Sakura hanya terkekeh, lalu segera duduk, walau sedikit kesal karena ia harus di marahi oleh supir taksi tadi karena meminta agar mempercepat gas mobil dalam keaadaan macet, tapi setidaknya Sakura merasa cukup untuk mempersiapkan mental.
"Sindiran yang menusuk," Sakura melambai pada pelayan kafe, meminta untuk mendekat. Setelah memesan cappuccino bubble, Sakura beralih pada Yeon.
"Baiklah mari kita diskusikan soal uang seperempat itu,"
~TBC
Santai, Enjoy, Tenang ini baru chapter 1, baru permulaan. Jadi jangan langsung nanya alurnya kayak gimana😉
Saya selalu berusaha yang terbaik untuk cerita ini dan mungkin cerita yang lain〽Dan sorry Typo, dan dikit ya? Tenang ... baru chapter 1😴
❤〽
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensions
RandomTanpa kita sadari, di dunia ini memiliki 2 kehidupan yang sama. Sasuke N Sakura