Disenja hari aku duduk bersama ayah ku di depan teras rumah sederhana ku. Rumahku dulu sangat asri,masih dipenuhi dengan pepohonan yang besar. Dan rumah ku terletak di paling ujung dari rumah rumah tetangga.
Aku sangat menikmati cuaca angin yang berliuk ke kiri dan ke kanan. Disaat itu perkiraan ku mungkin usiaku adalah 4 tahun. Untuk gadis sekecil itu aku tak mengingat jelas berapa umurku. Ayah ku Dave sangat menyayangi ku. Dia selalu memanjakan ku dengan ciuman,gendongan dan pelukan sewajarnya ayah.
Tak lama terdengar suara adzan berkundang. Tetapi ayah ku masih menikmati senja. Aku dan ayah ku duduk di teras. Dengan posisi kaki kecilku,aku mulai mengayun-ayunkan kaki kedepan dan kebelakang. Pandangan ku melihat pohon besar yang dekat dengan teras. Angin yang membuatnya bergerak seolah pohon itu hidup. Tapi bukan itu yang aku lihat,tapi "dia". Aku melihat sebuah kain putih berada di antara batang pohon diatas. Aku memperhatikan. Itu seperti kain yang buruk. Bisa kalian bayangkan kain tersebut sangat kotor. Aku mulai heran,mengapa kain itu ada diatas. Aku mulai menajamkan pandangan ku. Diriku dibuat bingung dengan kain tersebut,yang membuatku penasaran dan menanyakannya kepada ayahku.
"Ayah ayah,itu apa diatas"
Kataku sambil menunjuk benda tersebut. Hari semakin gelap dan dingin. Ayah ku mulai mendongakkan kepalanya untuk melihat yang aku tunjukkan. Tak lama ayah ku menatapku. Aku hanya bingung kenapa ayah diam. Ayah langsung menggendong ku dengan paksa.
"Ayah itu apa?!"
"Cuma plastik putih yang terbawa angin,makanya jadi tersangkut diatas"
Aku terheran. Sudah jelas itu kain kotor yang berada di atas pohon.Aku masih tidak percaya dengan apa yang ayah ku katakan. Akhirnya aku berbicara dengan mamah ku yang selesai melaksakan sholat maghrib.
"Mah,tadi aku liat kayak kain gitu diatas pohon. Tapi kainnya kayak kotor gitu mah"
"Kamu masih kecil,itu bukan apa apa"
Aku masih memikirkan bingung. Apa itu sebenarnya.Mamahku seolah mengalihkan pembicaraan dengan menawarkan roti ditambah keju untuk makan malamku. Kebetulan aku waktu kecil tidak suka nasi. Tidak seperti anak lainnya. Aku terlihat jijik untuk maka nasi. Entah apa yang di pikiran ku. Pada intinya aku benci nasi. Menginjak nasi yang jatuh saja aku menangis.
Aku mengangguk untuk jawaban atas tawaran mamah ku. Akupun sekaligus meminta susu untuk tidur.Aku berfikir esok pagi akan melihat kain tersebut. Maka dari itu aku bergegas tidur cepat.
Di tidur ku yang belum pulas.Aku mendengar pembicaraan ayah dan mamahku. Ayah ku berbicara tentang diriku.
"Haya bisa liat"
Aku hanya mendengar itu. Akupun bingung. Jelas jelas aku memang mempunyai mata,dan aku mampu melihat. Tapi kenapa ayahku mengakui aku bisa melihat. Bukankah ayah sudah tau aku memiliki mata untuk melihat?.Dan pada akhirnya aku tertidur pulas.
Pagi
Tepat pukul setengah empat aku berlari dari kamarku. Aku tau nenek ku pasti sudah berada diluar untuk mejemuri pakaian. Dan ternyata benar. Aku hanya berpura pura bertanya tanya kepada nenekku.Tapi kenyataannya aku hanya ingin melihat benda tersebut. Ketika aku melirik tepat keatas pohon tersebut. Benda tersebut tidak ada diatas. Aku terheran. "Kemana hilangnya benda tersebut?" itu yang aku tanyakan. Aku mencari cari dibawah pohon. Tidak adapun plastik yang ayahku bilang. Jiwa penasaran ku sangat tinggi untuk anak seusia itu.
Aku berlari untuk membangunkan ayahku.Dan menarik ayahku keluar rumah untuk melihat benda yang kemarin ada diatas.
"Ayahhh ayooo cepet"
"Apa ada apa?"
"Ayah bilang kemarin yang ada diatas pohon itu plastik. Tapi kok sekarang gak ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Batin Ku
Siêu nhiêncerita ini adalah kisah nyata kehidupan ku menjadi seorang anak yang mampu melihat dunia lain. Entah ini kelebihanku atau kekurangan fisik ku.Gadis kecil polos yang selalu dihantui hal hal menakutkan. yang hampir membuatnya kehilangan akal. ini ceri...