Jisung menatap Ayahnya yang tampak buru-buru untuk pergi bekerja, padahal dia sama sekali belum menyentuh sarapannya.
"Ayah, tidak sarapan dulu?" tanya Jisung, seusai ia menelan makanan yang berada di mulutnya.
"Ayah tidak sempat, ayah harus buru-buru pergi," sahut pria jelang senja tersebut.
"Setidaknya makanlah sedikit, ayah hanya baru minum kopi," ucap Jisung, mencoba membujuk. Namun ayah menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Kau 'kan bukan anak kecil lagi, apa harus makan saja masih ditemani?" kata ayah.
"Ayah tidak pernah menemaniku makan," balas Jisung.
Ayah bungkam, dan tidak memberi respon lagi. Ia terdiam sejenak, sembari mengenakan tas selempangnya. Jisung kira ayahnya akan berubah pikiran, namun ia malah melengos pergi tanpa berkata apapun.
Jisung mendengus, sembari memasukan daging yang dipotong dadu, serta nasi ke dalam mulutnya.
Selalu saja sendirian, entah di rumah, maupun di sekolah.
Jisung hanya tinggal dengan Ayahnya, Ibunya sudah meninggal saat melahirkan dirinya. Ayahnya seorang kepala rumah sakit, dan sangat sibuk. Selain itu dia juga katanya punya bisnis lain, yang Jisung tidak tahu apa.
Jisung punya kepribadian introvert, dia sangat tertutup, dan sangat kesulitan untuk bergaul. Di sekolah, Jisung hanya bicara dengan beberapa orang tertentu, itu pun tidak terlalu akrab.
Di matanya, semua orang tampak mengerikan, dan membencinya.
Sekarang sudah masuk tahun kedua di SMA, Jisung sebenarnya ingin berubah. Dia ingin punya teman akrab, meskipun hanya satu. Tapi untuk makan bersama seseorang saja, dia tidak bisa. Perutnya akan terasa mulas, dan lama-lama dia jadi mau muntah.
Untungnya tidak pernah ada yang membully Jisung. Mereka hanya mengabaikannya, tapi tidak menyakitinya.
"Hah..." helaan napas keluar dari mulutnya.
'Dicoba dululah, siapa yang tahu jadinya akan seperti apa kalau belum dicoba,' batin Jisung.
•••
Jina membakar ujung rokoknya, sebelum menghisapnya, dan menghembuskan asapnya lewat mulut dan hidung. Padahal sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup, tetapi Jina masih santai-santai, bahkan sepertinya tidak berniat beranjak sama sekali dari tempatnya duduk sekarang.
Ia saat ini tengah berada di bagian samping gedung sekolah, dan duduk di atas gundukan semen yang melingkari sekolah.
Sementara itu, ia tidak menyadari kalau ada seorang anak laki-laki berseragam sama dengannya, tengah memperhatikannya dari jauh.
Anak laki-laki itu membatin. 'Itu anak dari kelas lain, yang sering jadi bahan tertawaan teman-temankan? Sepertinya dia tidak punya teman juga sepertiku,' batin anak laki-laki itu.
Ia kemudian menjalankan skuternya, hendak mendekati gadis dengan warna iris yang berbeda itu, namun terhenti, karena melihatnya tiba-tiba didatangi segerombol anak laki-laki.
Mereka datang untuk merebut rokok yang sedang dihisap gadis berambut lurus, panjang itu. Mereka juga mendorong tubuhnya, dan memukul kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Moon | Han Jisung ✔
FanfictionJisung awalnya hanya ingin punya teman untuk mengisi masa SMA-nya yang sudah menginjak dua tahun. Namun dia malah harus berurusan dengan gadis aneh bernama Jina, yang ternyata pernah ditemuinya di masa lalu, saat ia masih kecil. Sementara Jina, adal...