00

13.5K 1.3K 219
                                    

Pria dalam balutan kaos hitam turtle neck, celana panjang hitam, serta coat berwarna merah marun, memasuki ruangan berdebu, dengan cermin besar yang disandarkan di dinding. Ia berdiri di sana, tanpa melakukan apapun, atau mengucapkan sepatah kata pun.

Sampai beberapa detik berlalu, bayangannya yang memantul di cermin, berubah menjadi sosok pria lain. Ini yang ditunggu.

"Bagaimana kabar cicit ku?" tanya pria dari dalam cermin itu.

"Tubuhnya kaku, napasnya lemah. Matanya bisa terbuka, tapi dia seolah mati." Balas Hyunjin. Pria bercoat merah marun itu.

"Alice tahu?"

"Dia sedang koma, jadi dia tidak tahu. Kalaupun Alice sudah sadar, aku tidak akan memberitahu tentang kondisi Putri kami."

Pria dalam cermin itu menarik sudut kiri bibirnya.

"Meskipun dia koma dia tahu." Ucap pria itu. "Kau pasti tahu Alice sebenarnya sudah mati, tapi berkat batu merah yang tertanam di dadanya, rohnya jadi bisa kembali ke tubuhnya."

"Tapi tetap saja, rohnya tidak akan bisa balance dengan fisiknya. Lama-lama fisiknya akan membusuk seperti mayat pada umumnya, dan rohnya mau tidak mau terpisah dengan fisiknya. Itu sebabnya juga Putri kalian lahir dengan kondisi seperti sekarang. Padahal waktu di kandungan dia sangat kuatkan? Kau sudah tusuk perut Alice berkali-kalipun, Putri kalian tetap dapat bertahan."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Hyunjin dengan alis bertaut. Ekspresinya menunjukkan ketakutan, rasa khawatir dan sedih yang dalam.

"Astaga, aku tidak menyangka akan melihat sebuah ekspresi dari wajah mu."

"Kek, tolong jangan bicara omong kosong. Keadaan ku sedang gawat."

"Oke, maaf." Ucap pria dalam cermin itu. "Dua-duanya tidak akan bisa hidup. Kau harus menggugurkan salah satunya."

"Mana bisa begitu! Aku tidak mau mengorbankan siapapun!"

"Tidak bisa begitu. Kau bilang begitu pasti karena sudah tahu siapa yang harus dikorbankan kan? Yah, Alice."

Hyunjin diam dengan kepala tertunduk.

"Meskipun kau tidak mengorbankannya, itu hanya akan mengulur waktu sampai akhirnya Alice akan benar-benar mati nanti. Sementara anak mu, kalau kau selamatkan sekarang, dia akan bertahan hidup sampai beratus-ratus tahun, karena gen vampir jauh lebih dominan di tubuhnya."

"Aku tidak bisa hidup tanpa Alice."

"Kau kan saat ini sudah pakai jantung manusia, tidak lama kau juga akan mati."

Hyunjin diam, tidak tahu harus merespon. Kepalanya jadi pusing karena bingung.

"Tapi untuk mempertahankan Putri mu, kau juga butuh waktu berpikir. Batu merah yang ada di tubuh Alice, adalah harapan untuk membuat Putri mu bisa hidup. Tapi Putri mu akan punya hasrat yang aneh, dia jahat, kalau manusia biasanya menyebutnya psikopat. Dia sama seperti mu di masa lalu, suka menyakiti, dan membunuh manusia. Tapi Putri mu lebih parah, dia bahkan bisa memakan daging manusia." Hyunjin terkejut mendengar perkataan Kakeknya, dan mendadak mual sendiri.

"Yah, tapi Putri mu sebenarnya bisa memilih. Menuruti hasrat itu, atau tidak. Kalau menurutinya, batu merah yang menjadi jantungnya akan menghitam. Semakin hitam batu itu, semakin kelam juga pikirannya, dan semakin kuat kekuatannya. Dia bisa mengontrol manusia sesuka hatinya, dan memusnahkan vampir, bahkan manusia serigala pun bisa jadi korban. Putri mu akan jadi monster seutuhnya."

"Tidak mungkin, lagi pula untuk apa dia melakukan itu?" respon Hyunjin.

"Tujuannya apa tergantung dia sedang berada di usia apa. Kalau dari remaja dia sudah bisa melakukan itu, paling hanya untuk bersenang-senang dan mengisi perutnya. Kalau sudah tua baru melakukan itu, tentu saja dia ingin kekuasaan. Dia ingin mengatur sistem dunia, sesuai kemauannya."

Black Moon | Han Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang