7. Bertahan

4.8K 419 53
                                    

Utamakan baca AlQur'an sebelum baca yang lain

***
"Gugurkan!" perintah mami Cila tegas.

"Tidak,"

"Mami akan antarkan kamu ke klinik untuk menggugurkan kandunganmu,"

"Ini buah cinta aku dengan mas Adnan."

"Hahaha ... buah cinta? Tidak ada buah cinta untuk pelayan birahi seperti kita."

"Ini anak mas Adnan,"

"Mana Adnan? Sudah beberapa minggu ia tidak ke sini,"

"Dia pasti akan ke sini dan aku akan menyampaikan semua."

Ini kali ketiga mami Cila menyuruh Eva menggugurkan kandungannya. Selama Eva ketahuan hamil, ia berhenti melayani siapapun.

"Laki-laki tak setia seperti Adnan tak mungkin akan bertanggung jawab." Mami Cila menekankan setiap katanya.

"Jangan sebut ia tak setia!" larang Eva tak terima. Tangan Eva gemetar menahan marah, air matanya hampir menetes.

"Laki-laki hidung belang itu gelar yang pantas untuknya,"

"Jangan sebut dia seperti itu!"

"Tiap laki-laki yang datang ke sini bertujuan mencari kepuasan yang tidak dia dapat dari pasangannya yang sah, kalo bukan hidung belang apa namanya,"

"Aku akan hubungi mas Adnan lagi,"

"Baik, mami beri waktu kamu 3 hari. Jika Adnan tidak juga ke sini, gugurkan kandungan kamu kalau kamu masih mau di sini." Usia berkata, mami Cila keluar dari kamar Eva.

Kehamilan Eva membuat sang mami berang, ia tidak mau rumah bordilnya menjadi tidak laku gara-gara ada anak buahnya yang hamil.

Sebenarnya sejak diketahui hamil, mami Cila sudah menyuruh Eva untuk pergi namun Eva tidak tahu harus kemana, tidak mungkin ia pulang karena ibunya akan terkejut luar biasa. Ibunya tak pernah tahu pekerjaannya. Ia butuh berpegangan pada seseorang dan Adnan orang yang tepat menurut Eva.

Eva menghubungi ponsel Adnan untuk kesekian kalinya namun ternyata nihil, tak ada jawaban.

Kamu kemana, Mas?

Eva menatap perutnya yang masih rata, ia menyayangi buah cintanya dengan Adnan. Hubungan mereka memang salah namun sang calon bayi tidak bersalah sama sekali.

Eva mondar-mandir di kamarnya, ia berfikir bagaimana cara bertemu Adnan sambil menunggu jawaban pesan yang ia kirim pada Adnan bermenit-menit yang lalu.

Eva mengingat nama perusahaan tempat Adnan bekerja. Sebuah kontraktor pembangunan gedung. Adnan bekerja sebagai kepala proyek di perusahaan itu.

Eva memutuskan untuk menemui Adnan di lokasi proyek. Cuma itu satu-satunya petunjuk yang dimiliki Eva. Ia tidak pernah tahu di mana tepatnya rumah Adnan.

Eva melangkahkan kakinya keluar dari rumah bordil mami Cila sendirian tanpa pamit pada siapa pun. Ia menaiki ojek yang mangkal tak jauh dari tempatnya bekerja.

Suara bising terdengar di lokasi proyek, debu-debu berterbangan di udara. Para pekerja proyek sibuk dengan aktivitasnya. Eva melihat ke sana dan ke sini namun tidak ada wujud Adnan di sana.

"Pak," panggil Eva pada seorang bapak berhelm proyek yang lewat di dekatnya.

Ia menoleh dan mendekati Eva. "Ada apa, Dek?"

"Saya ke sini cari pak Adnan, apa Bapak tahu dimana beliau?"

"Pak Adnan kepala proyek?"

"Iya, betul."

"Ke kantornya aja, Dek. Tuh di kontainer sebelah sana," tunjuk lelaki yang seumuran dengan ayah Eva.

"Makasih, Pak. Saya langsung ke sana."

Eva melangkahkan kakinya menyusuri lokasi proyek. Para pekerja yang Eva lewati sempat menoleh namun tidak lama. Eva bersyukur ia memakai pakaian yang sopan kalau tidak mungkin ia sudah menjadi pusat perhatian semua lelaki di sana.

Eva sampai di depan sebuah kontainer yang berfungsi sebagai kantor. Logo perusahaan terlihat jelas di samping pintu.

Tok! Tok! Tok!
Tiga ketukan di pintu dilakukan Eva tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Cari siapa, Mbak?" seorang pekerja berusia muda menanyai Eva.

"Pak Adnan,"

"Owh, Bapak lagi ngecek kerjaan di lantai 3. Mbak tunggu aja di dalem, gak dikunci kok."

"Tunggu di dalem?"

"Daripada di luar, panas, debu gini. Nanti saya bilang Bapak."

"Iya deh saya ke dalem. Makasih ya,"

Eva membuka pintu kontainer itu dan memang tidak dikunci. Ia masuk ke dalam, rupanya ruangan di dalam kointainer berpendingin hingga terasa sejuk.

10 menit Eva menunggu, tiba-tiba pintu terbuka. Ia segera berdiri, di hadapannya ada pria yang sangat ia rindukan.

"Mas Adnan," Eva berniat memeluk Adnan, namun Adnan menolak.

"Banyak orang di sini,"

Raut wajah kecewa Eva terpancar jelas, Adnan dengan dingin menolak pelukannya. Ia baru melihat Adnan yang seperti ini, biasanya tiap kali mereka bertemu Adnan selalu menyambutnya dengan hangat.

"Mau apa ke sini?" selidik Adnan.

"Mas, aku kangen,"

"Langsung saja ucapkan keperluan kamu, saya sedang sibuk!"

Eva mengambil nafas seraya menguatkan hati. "Aku ... hamil."

"Hamil?"

"Iya,"

"Anak siapa?"

"Anak kamu, Mas. Anak kita."

"Kamu yakin?"

"Tentu, Mas. Semenjak bersama kamu aku gak tidur dengan lelaki lain,"

"Aku gak yakin, pekerjaan kamu kan menuntut kamu untuk --"

"Gak usah dilanjut lagi, Mas!" potong Eva, "aku tau apa pekerjaanku. Tapi ini anak kita, semenjak Mas minta aku untuk tidak tidur dengan lelaki lain aku melakukannya. Sejak itu cuma kamu yang menyentuhku."

Adnan terdiam sejenak. "Lalu apa mau kamu?"

"Menikah. Aku gak mau anak ini tumbuh tanpa ayah."

"Gak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin?"

"Aku sudah punya anak dan istri, tidak mungkin aku menikahi kamu."

"Bayi di perutku ini juga anak kamu. Dia punya hak atas ayahnya."

"Kalau begitu gugurkan saja,"

Plak!
Eva menampar Adnan. "Ayah macam apa kamu? Tega kamu menyuruhku menggugurkannya,"

"Dengar Eva, aku tidak mungkin menikahimu. Rumah tanggaku akan berantakan kalau mereka tahu kamu hamil."

Sesak terasa di dada Eva, lelaki yang ia kira bertanggung jawab ternyata sama saja dengan lelaki lain yang menjadi pelanggannya.

"Ternyata kamu gak beda dengan lelaki hidung belang lainnya, selama ini aku salah menilai kamu."

"Jujur saja aku memang mencari kepuasan berkunjung ke sana dan kamu bisa memberikan itu."

Plak!
Tamparan kedua dilayangkan Eva. "Jadi selama ini kamu bohong bilang memcintaiku? Bodohnya aku sudah tertipu,"

Eva segera keluar dari kontainer itu, ia berlari dengan air mata yang mengalir deras. Ia merasa semuanya sia-sia, Adnan hanya menganggapnya sebagai pelacur.

***

Part 8-18 di-unpublish ya, yang mau baca bisa kunjungi akun kbm app aku BahiyaPadmi

Struggle For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang