PROLOG

31 7 3
                                    

Seorang gadis kecil berlari tertatih di pinggir danau. Tubuh mungilnya basah kuyup tertimpa hujan deras. Wajahnya merah dan tubuhnya bergetar.

Gadis itu menangis. Dia tidak tau harus berbuat apa, yang di pikirkannya hanyalah berlari dan terus berlari.

"Bryan..hiks...bryan.." Lirihnya seraya terus saja berlari. Tidak peduli kepada kaki telanjangnya yang membawa jejak berwarna merah bercampur dengan air hujan dan lumpur. Gadis itu terus saja berlari sampai.....

Bruukk!

"Aaakh!" Kakinya tersandung dan tersungkur ke depan.  Dia meringis merasakan sakit di lututnya. Tangisnya semakin pecah saat melihat langit yang semakin menggelap dan dia...sendiri.

Dia kesepian. Dia membutuhkan temannya untuk menemani dan menghiburnya. Namun yang menemaninya hanyalah hujan dan kegelapan.

Dia tertunduk dalam dalam isaknya. Tiba-tiba dia merasa tidak ditimpa hujan lagi. Tapi kenapa? Sedangkan telinganya masih setia mendengar suara hujan.

Gadis itu mendongak dan mendapati sebuah payung hitam berada tepat di atasnya. Dia beralih menatap anak laki-laki yang membawa payung itu. Tangisannya semakin menjadi-jadi saat melihat sosok dibalik payung itu adalah Bryan.

Gadis itu mencoba berdiri namun dia tidak bisa. "Bryan....hiks..hiks" Dia menghapus air matanya kasar. Mencoba merangkak untuk meraih kaki sahabatnya.

Bryan menatap gadis di depannya nanar.

"Kenapa...kau begitu lemah Anetha..?" Tanyanya dengan suara parau. "Kau bahkan lebih lemah dari yang ku bayangkan." Lanjutnya.

Anetha terkejut mendengar pertanyaan Bryan yang bahkan lebih cocok disebut pernyataan tersebut. Bryan baru saja mengatakan kalau anetha itu....lemah!

Selama ini Bryan selalu mengatakan bahwa anetha adalah gadis yang kuat. Dia selalu membuat anetha tersenyum. Anetha menatap manik coklat bryan dengan tatapan tidak percaya. Dia memukul dadanya kuat, anetha merasa sesak.

"Me-mereka...hiks..menum-pahkan..mi-minuman..hiks..ke tubuhku...hiks..bryan.." Anetha menggigit mulutnya.

Bryan menghela napas pelan. Dia menunduk dan menatap wajah anetha dari dekat, menyingkirkan rambut panjang  anetha yang menempel di wajah gadis itu. "Kemarilah.." Bryan membantu anetha berdiri kemudian memberikan payung yang berada di tangannya untuk dibawa anetha. Dia membungkuk di depan anetha. "Naik...lakukan atau akan ku tinggalkan kau disini?" Mendengar itu langsung membuat anetha bergerak dan mencoba menaiki punggung Bryan.

Anetha menyandarkan kepalanya di punggung Bryan. Dia sudah tidak menangis namun masih sedikit sesenggukan. Bryan melangkahkan kakinya pelan.

"Aku ingin menjadi laki-laki dewasa yang kuat."

"Hm."

"Aku ingin melindungimu anetha."

"Hm."

"Aku tidak ingin kau terluka."

"Hm."

Bryan menghentikan langkahnya membuat anetha mengangkat kepalanya. "Jadi...sampai saat itu datang...maukah kau untuk tetap di sampingku? Jangan pernah sendiri! Jangan pernah terlibat masalah! Kau tidak boleh terluka! Kau tidak boleh di bully lagi! Kau tidak boleh menangis! Kau tidak boleh...lemah!"

Anetha merasa sesak mendengar penutran panjang dari mulut Bryan itu. Hatinya perih. Dia memaksa turun dari gendongan bryan kemudian berjalan tertatih-tatih ke hadapan Bryan.

Bryan terkejut saat merasakan ada tangan lembut yang menyentuh pipinya. Anetha berdiri di hadapannya dan menghapus air matanya. Anetha tersenyum getir. Bryan tidak sadar sejak kapan air matanya mengalir.

"Aku...boleh menangis tapi kau jangan bryan!"

"Anetha.."

"Aku boleh bersedih tapi kau harus selalu bahagia bryan! Hiks..."

"Anetha...." Bryan menghampiri anetha dan memeluknya erat. "Akulah yang seharusnya berkata seperti itu..." lirihnya pada anetha.

Bryan merasa tubuh anetha menjadi berat dan lemas. Dia menggoyangkan tubuh itu "Anetha! Anet...kau kenapa!? Anet jangan bercanda!" Bryan melepaskan pelukannya dan menidurkan tubuh anetha di pangkuannya. Anetha pingsan!

"Anet...bangunlah! Jangan membuatku panik anet..hiks..jangan pingsan..hiks... kita harus pulang kerumah..hiks..bangun!"

Bryan memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat. Dia menggenggam tangan Anetha. 'Dingin sekali' batinnya.

Bryan menjadi panik sendiri dan mendadak kepalanya pusing. Matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Semua yang di srkitarnya menjadi memudar secara perlahan-lahan dan setelah itu yang dilihatnya hanyalah.....Gelap!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Holla readers
Kalian suka gak sama prolognya? Kalo iya jangan lupa di Vote😉 kalo nggak di vote juga ya😆

Salam manis_haniza❤

FIGHT FOR MY GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang