02. Luli & HUA

8 0 0
                                    

D E A T H

* * *

Tes tes tes

Amanda mengerjapkan matanya beberapa kali kala merasakan ada tetesan yang menetes diwajahnya.

Amanda mengusap wajahnya dilihatnya ada bercak darah.

"Arrghh!" Amanda menjerit histeris saat matanya melihat sosok yang menyeramkan sedang merangkak diatas tubuhnya yang terbalut selimut.

"Tolong aku!" Lirih sosok menyeramkan tadi.

Amanda bergidik ngeri ia meneguk saliva nya susah payah.

"Ka-kamu kenapa?" Ucap Amanda gugup.

"Aku Luli aku adalah korban pembunuhan dari pamanku, aku mohon bantulah aku, aku mau mengungkap semuanya!" Ucap Luli begitu terlihat menyedihkan.

"A-aku tidak bisa.... aku bukan polisi aku takut!" Ucap Amanda mulai berkeringat dingin.

"Kau harus membantuku! Atau kau akan mati ditanganku!" ucap sihantu itu sorot matanya tajam dan bewarna merah.

"Hey kau hantu bodoh yang sekarat! Bisakah kau tidak memaksa seorang manusia lemah seperti temanku itu! Untuk menolongmu," HUA tiba-tiba muncul dibelakang sambil berkacak pinggang.

Luli pun memutar kepalanya dan menatap siapa yang berani berbicara seperti itu padanya.

Lagi-lagi Amanda meneguk saliva nya susah payah saat melihat hantu didepanya itu memutar kepalanya dengan begitu mudah.

"Ternyata kau hantu cacat yang menyela perkataanku!" Sahut Luli malas.

"Hey sadarlah kau itu lebih cacat dariku, lihatlah kau bahkan tidak memiliki kaki dan tangan!" Teriak HUA tidak terima.

"Haisshh, sudahlah aku tidak ingin lagi berdebat, dengan hantu jelek sepertimu, dan lagi aku tidak jadi meminta bantuan, pada manusia yang lemah ini!" Luli memutar kepalanya kembali dan setelah itu menghilang.

Amanda menarik nafas lega, setelah itu kembali memposisikan dirinya duduk.

"Letha, ayo main!" Ucap HUA yang ntah sejak kapan sudah duduk disamping Amanda, Amanda memalingkan tatapan nya, menatap datar hantu disebelahnya.

Setelah puas menatap HUA, tatapan Amanda pun beralih pada jam yang menempel di dinding.

Pukul: 08.30

"Astaga, aku telat!" Amanda segera berlari menuju kamar mandi, tiga menit kemudian dia pun keluar dia segera memakai celana jeans bewarna abu-abu, dan kemeja garis-garis bewarna biru dan tak lupa ia mengepang rambutnya menjadi dua.

"Huh" Amanda menarik nafas lelah lalu memakai kacamata nya yg sudah retak itu, akibat terjatuh kemarin.

Lalu setelah sudah siap Amanda pun mengambil tas nya lalu melangkah menuju pintu, tapi baru selang tiga langkah HUA memanggilnya lirih.

"Letha mau pergi tinggalin HUA yaa?" Lirih HUA. Amanda pun merasa tidak tega lalu memutar kembali tubuhnya menghadap HUA.

"HUA mau ikut?" Ucap Amanda lembut.

Tentu saja HUA sangat merasa senang seketika tubuhnya melayang-layang dikamar kecil Amanda itu, membuat Amanda tersenyum kecil.

"Tapi janji, HUA jangan bikin kacau disana," lanjut Amanda sontak HUA terdiam dan mengangguk antusias.

* * *

[K A M P U S]

Disepanjang koridor Amanda dan HUA berjalan berdampingan dengan kaki Amanda yang menapak dilantai kramik putih itu membuat bersuara dan HUA kaki nya melayang tak menyentuh kramik.

HUA, mengernyitkan dahinya menatap sekeliling nya orang-orang disepanjang koridor terus saja menatap kearah ia dan Amanda.

"Letha kok orang-orang pada natep kita sih?" Tanya HUA.

Amanda hanya berdehem pelan.

"Ih, HUA tau kalau HUA itu cantik, HUA jadi malu deh!" Ucap HUA tersipu malu.

Amanda tersenyum dan sesekali bergidik ngeri melihat tingkah teman beda alam nya itu.

B R U K

Tiba-tiba saja ada yang mendorong tubuh Amanda dari belakang dengan keras, membuat gadis itu merasakan sakit didahinya karena terbentur.

"Ups sakit yah!" Ucapan sinis seorang gadis dan disusul oleh tawa kedua teman nya.

"Mangkanya kalau gak mau ditabrak gak usah menuhin jalan!" Sinis nya lagi.

Sedangkan Amanda hanya bisa diam tanpa bisa melawan.

"Bego amat sih lo!"

Setelah mengatakan itu ketiga gadis tadi berlalu pergi.

"Letha mereka tadi siapa sih?" HUA bertanya, Amanda hanya tersenyum kecut dan segera pergi dari sana.

TBC

D E A T HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang