13

97 1 0
                                    

Seoul Art Apartemen ( SAA), Sebuah gedung Apartemen minimalis yang banyak di huni oleh mereka yang menyukai kesendirian. Berada di daerah yang strategis, terletak di tengah kota hingga mempermudah bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Memiliki beberapa ruangan dengan ukuran sedang seperti, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan balkon yang menghadap ke jalan.

Di lantai empat SAA, sebuah Apartemen dengan nomor 205. Semula yang di huni oleh seorang pemuda, dan suasana yang selalu tenang kini berubah setelah kedatangan tamu tak di undang.

"Noona, akan sampai kau tinggal di sini?" tanya Doo Hae.

"Sampai aku mendapatkan pekerjaan dan Apartemen sendiri," jawab Sunny. Gadis itu terlihat sibuk di dapur mengolah sesuatu, untuk sarapan mereka pagi ini.

"Bagaimana kau akan mendapatkan pekerjaan, jika kau hanya tidur seharian tanpa mencari keluar."

Sunny memutar bola mata jengah ketika gerutuan yang sama kembali ia dengar pagi ini. Ia mematikan kompor dan menyalin makanan yang sudah matang pada mangkuk, membawanya ke meja makan di mana sang adik sedang menunggu.

"Noona!" teriak Doo Hae kesal.

"Yaak ... bisakah untuk sehari saja kau tidak teriak-teriak!" pekik Sunny jengkel.

"Noona mengacuhkanku," ujar Doo Hae.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kau memakan sarapanmu dan segera pergi ke kampus." Sunny meletakkan segelas jus jeruk hangat kesukaan sang adik.

"Sebaiknya Noona pergi ke sini. Di sini sedang membutuhkan seorang sekretaris," ucap Doo Hae sambil menyodorkan kartu nama dari sebuah perusahaan besar.

"Kau yakin?" tanya Sunny sambil mengambil kartu nama itu dan melihat nama yang tertera. "Park Jimin."

"Kenapa Noona?" tanya Doo Hae.

"Tidak ada apa-apa, kau giat sekali untuk membuatku segera keluar dari sini."

"Terserah Noona mau bilang apa, sekarang aku pergi dulu. Bye Noona!" teriak Doo Hae karena ia pamit sambil berjalan menjauh dari ruang makan.

"Aku merasa familiar dengan nama ini ... atau ini hanya perasaanku saja," gumam Sunny.

Gadis itu segera membereskan piring bekas mereka sarapan, mencucinya dan setelah itu membereskan dapur.

"Ah ... selesai, sekarang aku mau mandi lalu mulai mencari pekerjaan atau dia akan kembali mengomel jika tahu aku tidak menemui pemilik kartu nama yang ia berikan."

Sunny berjalan ke kamarnya, mengambil handuk yang tergantung di balik pintu dan segera memasuki kamar mandi. Dia memang lupa atau benar-benar tidak tahu, jika pemilik dari perusahaan yang akan ia temui adalah Park Jimin, tunangannya.

✨✨✨

Australia

Hari ini Taehyung membawa Chaerin keluar, mereka mendatangi beberapa tempat seperti; Museum Art, dunia bawah laut, dan kini mereka tengah menikmati makan siang di sebuah restoran bintang lima. Wanita itu tak berhenti tersenyum, ia merasa bahagia sekali. Ia tak menyangka jika pria kaku sejenis Kim Taehyung bisa mengajaknya menikmati  keindahan seperti hari ini.

"Jangan menatapku terus, cepat habiskan makananmu."

"Memangnya kenapa? Aku hanya menikmati wajah cantik istriku," ucap Taehyung.

"Diamlah! Kau terdengar mengerikan jika berbicara manis seperti itu," ujar Chaerin dengan wajahnya yang mulai memerah.

Taehyung hanya terkekeh melihat Chaerin yang salah tingkah di depannya, ia segera menyelesaikan makan siangnya.

Drrrttt!

Drrrttt!

Ponsel Taehyung bergetar.

"Aku menerima telpon dulu," ucap Taehyung. Chaerin hanya mengangguk tanpa Melihat, ia masih asyik dengan hidangan yang disediakan, sungguh sesuai seleranya.

Saat Taehyung asyik menerima telepon dari kantornya, mendengarkan laporan yang ia terima, hingga tak sadar jika Chaerin tidak berada di mejanya lagi.

Chaerin yang saat itu sedang makan dengan lahapnya, matanya bergerilya mencari keberadaan Taehyung. Senyum manis terukir ketika netranya menangkap siluet sang suami di ujung restoran, senyuman di wajah pudar saat ia melihat ke arah lain, tepatnya jalan raya. Tampak seorang nenek-nenek yang berusaha menyebrang, ia pun bangkit dan menghampiri nenek itu.

"Halmoeni, mau ke mana?" tanya Chaerin sopan.

"K-ke sebrang s-sana," jawab nenek itu.

"Mari saya antar."

Nenek itu hanya mengangguk sambil tersenyum, ia ditemani oleh Chaerin menyebrang. Setelah tiba di seberang sana, nenek itu membungkukkan badannya sedikit dan mengucapkan kata terima kasih. Gadis itu tersenyum menatap punggung ringkih nenek itu, ia harus segera kembali ke restoran sebelum Taehyung menyadari ketidak hadirannya di sana.

Chaerin melangkah di jalan raya setelah yakin tidak ada satu pun kendaraan yang melintas, tapi perkiraannya salah.

"Chaeee ... awas!!" teriak Taehyung.

Chaerin yang kaget mendengar Taehyung berteriak memanggilnya malah berhenti melangkah, ia masih tidak menyadari bahaya sedang menuju ke arahnya.

Tiit tiit tiit

Suara klakson mengagetkan Chaerin, tapi terlambat. Tubuhnya lebih dulu terlempar setelah mobil itu menabraknya. Taehyung segera berlari menghampiri sang istri yang terkapar dan bersimbah darah, sementara sopir mobil yang sudah menabrak Chaerin sudah di amankan warga sebelum ia berhasil melarikan diri.

"Panggil Ambulance ... cepat!!" perintahnya panik, entah pada siapa. Tapi mereka seakan paham akan kesulitan yang Taehyung alami saat ini, dengan segera mereka menelfon Ambulance.

"Bertahanlah, Chagiaa!!" teriak Taehyung saat tiba-tiba mata sang istri tertutup.

TBC ...

Wedding ( Istri pengganti )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang