18 Agustus 2017
Suasana sekolah lagi ribut-ribut nya dengan selaga kesibukan kelas mempersiapkan acara perayaan Hari Kemerdekaan.
Allin, gadis kelas 10 itu cukup cuek dengan lingkungan nya saat ini, bagaimana tidak, disaat semua orang sibuk berangkat melihat perayaan tujuh belasan, dia masih saja berada di kelas sambil berandai-andai bertemu dengan tokoh impiannya, yang selama ini hanya ada di novel fiksi yang dua minggu lalu selesai dibacanya.
"Coba aja Altair yang ikutan dibarisan itu, mungkin gue udah lari kesana sekarang", ucap Allin sambil melihat barisan yang sedang bersiap-siap berangkat perayaan. Dan sosok Altair yang dia sebut-sebut merupakan tokoh fiksi impian nya.
Lorong kelas mulai sepi, satu persatu anak kelas lain pergi keluar, Allin berjalan keluar untuk memastikan tak ada lagi yang dapat menggangunya untuk menikmati waktu ketenangan.
Tak lama setelah itu, gadis bermata coklat itu terdiam melihat ada laki-laki yang baru saja keluar ruangan di sebelah kelasnya, dia berjalan mendekati sosok yang memakai setelan baju pengantin adat jawa, tengah kebingungan dengan aksesoris yang menempel di pinggang nya.
Bodoh nya Allin malah tertawa kikih menyaksikannya. Suara tawa gadis itu menyadarkan nya bahwa ada yang tengah memperhatikan tingkah aneh nya.
Takut untuk ditertawakan lebih lama, laki-laki polos itu langsung bergegas turun dan menuju barisan di lapangan. Mata Allin tak berhenti mengikuti tubuh laki-laki itu yang perlahan menghilang dari pandangan nya.
Entah apa yang barusan terjadi, gadis itu memang memiliki sifat yang jail terhadap teman-teman nya, dia tak segan-segan untuk mengganggu teman nya hingga dia dapat tertawa dengan kerisihan dan kekesalan temannya. Namun, dia tak biasa melakukan hal yang sama terhadap orang yang belum dikenal, apalagi menertawakan orang lain. Jelas itu bukan Allin yang biasanya.
"Duh..lucu tuh cowo, gue kira dia ngapain eh.. bingung sama mainan baju nya sendiri, ahahha..", tawa Allin belum puas melihat kejadian tadi, mendengar ucapan Allin membuat Nadia heran melihat nya.
"Lo kenapa sih? Tumben ketawa sendiri ae, gue kira lo bakal ketawa kaya gitu karna isengin gue aja.." , balas Nadia. Gadis berlesung pipi itu ikut tersenyum kecil melihat teman nya yang selama ini hobi menjaili nya.
"Sumpah ya...gue ga pernah liat cowo polos, lucu kaya gitu sebelumnya...", sambung Allin. Heran memang, hanya karna itu saja membuat Allin tertawa begitu lama.
"Emang siapa sih Lin? Anak kelas mana?", tanya gadis disebelah nya yang masih terheran melihat tingkah temannya itu.
Mendengar pertanyaan Nadia, seketika Allin terdiam dan tampak berfikir sejenak. Dia tidak memperhatikan siapa dan darimana laki-laki tadi berasal. Seperti nya Allin juga tidak mengenal sosok itu, namun apa yang membuat nya terkesan begitu lama.
"Nad...tunggu...gue bingung deh, kok gue ngerasa ada yang aneh ya?" , Allin tidak menjawab pertanyaan Nadia, malah membuat temannya semakin penasaran.
Mengingat lagi bagaimana Allin melihat laki-laki itu, mereka sempat beradu pandangan dan wajah polos nya masih tergambar jelas di otak Allin.
Tapi, ada yang aneh didalam diri Allin ketika menyadari kejadian ini, dibalik seragam putih abu-abu yang dikenankan nya, ada yang berdegup kencang ketika dia membanyangkan sosok tersebut.
"Lin...jangan bikin gue tambah penasaran deh..", keluh Nadia sambil menepuk pundak temannya yang sedang melamun entah memikirkan apa.
Allin tertegun dalam lamunan nya, dan mengabaikan Nadia yang sudah menunggu-nunggu jawaban.
"Well...I've got butterflies in my stomach"
-
-
-
-Ps : Maaf atas kalo ada yg aneh sama alurnya atau cerita dan kata2 nya, masih newbie gaiis ^^
-Makasi sudah membaca-
KAMU SEDANG MEMBACA
Latter's Who?
Teen Fiction"Gue yakin dia bukan tokoh fiksi khayalan. Dia nyata, bener-bener ada." "Gue percaya itu karna gue sayang banget sama dia Nad..", jelas Allin pada sahabatnya. Allin dan segala catatan putih abu-abu nya.