Drrrtt.. drrrtt..
Bunyi getaran sebuah ponsel yang bergesekan dengan bantal, membuat ponsel tersebut bergerak memutar secara perlahan.
Drrrtt.. drrrtt..
Ponsel tersebut masih bergetar selama dua menit, pemilik ponsel masih terjaga disampingnya, matanya masih bersikukuh untuk tidak membuka sejenak, sekadar untuk melihat keadaan ponselnya yang bergetar berkali-kali. Tangannya masih tetap diam untuk tidak mencoba memegang ponsel sekadar memencet tombol 'Stop' pada layar agar ponsel tersebut berhenti bergetar. Seolah-olah sang pemilik ponsel sudah mengetahui, bahwa tanda bergetar tersebut hanyalah tanda alarm yang telah ia atur pukul 04.30 dan karna hujan turun tiada henti sejak malam hari hingga pagi hari, membuatnya sengaja memilih untuk mengheningkan ponselnya namun ia lupa untuk menonaktifkan mode getarnya. Meskipun ia sempat terganggu, namun ponselnya masih tetap untuk di acuhkan dan memilih untuk tidur kembali.
Cklek
Suara knop pintu telah di buka oleh seseorang yang sangat familiar di telinga gadis itu, sontak membuatnya langsung terbangun dan segera mematikan alarm di hpnya yang sedari tadi bergetar.
"Karina, udah bangun kan? waktunya subuhan dulu." Ucap seorang pria yang tak lain adalah papahnya Karina.
"Iya, udah bangun. Ini Karina mau ambil wudhu, Pah." Jawab gadis yang bernama Karina. Ia memasang wajah cemberut sambil mendengus kesal ketika mendengar rintikan hujan yang deras masih setia membasahi rumahnya dan daerah sekitarnya.
"Pah, ini kenapa hujannya awet banget sih, kan ini hari libur. Harusnya hari ini Karina bisa pergi sama teman-teman kalau gak hujan gini, Pah!" Keluhnya kesal.
Sejak semalam, ia tidak ingin memperhatikan dan bertanya-tanya kapan hujan akan berhenti, namun telinganya selalu terdengar rintikan air hujan yang turun, menyebabkan gadis tersebut kesal tiada henti.
"Gak boleh gitu, ah. Hujan turun itu berkah dari sang Gusti pangeran. Kita harus banyak bersyukur, karna kebagian air hujan. Coba kalo di daerah lain, belum tentu kebagian, malah ada daerah yang ger--"
"Banjir Pah, tepatnya." Karina mengoreksi.
"Kalau banjir itu bukan berkah. Tapi cobaan. Sesuatu yang berlebihan itu memang kadang gak baik. Contohnya air hujan yang berlebihan, menimbulkan banjir. Contoh lainnya, kamu. Marah dan kesal berlebihan sama apa yang Gusti beri, menimbulkan berburuk sangka. Jadi sekarang banyakin istighfar dan berwudhu."
"Iya, pah." Jawab Karina yang berusaha memahami.
Tiada hal yang membuat diri Karina membaik ketika berprasangka buruk, dan begitu pun sebaliknya. Hal yang membuat diri Karina baik adalah ketika pikirannya di penuhi hal-hal yang positif. Karna ia tahu, bahwa itu bukanlah hal yang mudah untuk tetap berpikir positif, maka dengan bercerita pada papahnya adalah solusi utamanya. Papah Karina merupakan sosok orang tua yang selalu bisa menasehatinya dalam keadaan apapun, dengan cara apapun. Karina juga bersyukur karna memiliki orang tua yang perduli dan menyayanginya hingga saat ini.
===================
Karina mulai pasrah ketika hujan semakin deras. Hari Minggu di pagi hari, mamahnya masih terlelap di kamarnya, sedangkan papahnya dengan santai sedang menonton televisi, di temani dengan segelas teh hangat dan semangkuk sereal. Pandangan mata Karina di fokuskan kepada beberapa tumpuk roti tawar yang tertata rapih di meja dapur, di sampingnya terdapat toples kecil berisi selai nanas. Setidaknya ia tidak ingin mengacaukan hari liburnya, maka dengan sarapan pagi, mungkin akan mengembalikan moodnya yang sedang kacau saat ini.
Sambil menikmati sarapannya, ia baru teringat akan sesuatu yang penting baginya. Dengan terburu-buru, Karina mengambil ponselnya di saku celana bagian kanan, dengan sigap ia segera membuka notifikasi yang ada pada layar bertuliskan 'Hari ini ulang tahun Ken oppa!'
"Yaampun oppa semakin tua dan dewasa, tapi wajahnya kok makin tampan, heran deh." Tanggapan Karina ketika membuka YouTube untuk menonton beberapa video acara perayaan serta kejutan di hari ulang tahun Ken oppa.
"Apakah hujan membuat sinyal semakin buruk? Mungkin di ruang tamu depan sinyal bakal bagus." Komentarnya ketika video yang sedang di tonton terhambat karna keadaan sinyal yang menurun.
Tidak perlu mengulur waktu, Karina segera bergerak menuju ruang tamu depan, sambil mencari sinyal dengan cara menggoyangkan ponselnya agar sinyal bisa terdeteksi dengan baik.
"Huwaaa oppaku kelihatan bening!" Serunya dengan penuh antusias.
"Hu'um oke. Ken oppa mulai menampakan ekspresi bingungnya."
Meong..
"Yaampun kenapa tega banget temennya ngerjain Ken oppa begitu?"
Meong..
"Sebentar.. kayak ada suara.."
Meong..
Karina mendengar suara yang berasal dari teras depan rumahnya. Dengan rasa penasaran, ia pun membuka gorden jendela dan betapa terkejutnya karna Karina melihat seekor kucing dengan keadaan bulunya basah kuyup akibat terkena air hujan. Kucing tersebut sedang duduk di teras dan mengeong pelan menghadap ke arah air hujan mengalir. Apa yang sedang ia lakukan? Apakah kucing ini jenis kucing liar yang tidak punya tempat tinggal? Atau kucing ini milik orang lain tetapi ia nyasar sampai ke sini? Karina banyak menduga-duga hal ini. Tetapi ia tidak melihat kalung atau tanda bahwa kucing tersebut telah di miliki oleh seseorang. Lantas apakah ini jenis kucing liar yang sedang butuh tempat untuk berteduh? Betapa malangnya kucing ini membuat Karina ingin memelihara dan merawatnya.
Sudah sejak tahun lalu Karina menginginkan kucing peliharaan, namun selalu di larang oleh mamahnya dengan alasan Karina belum bisa mengurusinya. Akhirnya seekor kucing yang malang datang menghampiri rumahnya, dan sungguh, sebuah kesempatan bagi Karina untuk mendesak mamahnya agar di perbolehkan untuk memeliharanya.
Dengan langkah sedikit berlari, Karina segera menghampiri papahnya yang masih menonton televisi di ruang tengah.
"Pah, papah! Karina liat ada kucing kehujanan di teras depan, kasian pah! Karina boleh bawa masuk, ya?"
"Kucing liar? Ngapain bawa masuk?"
"Mau Karina pelihara, boleh ya pah?"
"Engga, Karina. Kamu gak bisa ngurus hewan, yang ada nanti rumah kotor, mamahmu ngomel-ngomel nanti."
"Tapi pah Karina udah gede, Karina udah SMP kelas 1 loh, pah. Mau belajar ngurus kucing."
"Bukan soal kamu mau ngurusin atau enggaknya doang, Karina. Itu kucing liar yang pasti punya sifat berandal kalo kamu bawa ke rumah. Dia terbiasa tinggal di luar rumah, trus tiba-tiba kamu mau bawa masuk ke rumah."
"Karina gak mandang dia kucing liar atau engga. Tapi Karina mandang dia makhluk hidup yang butuh tempat tinggal di saat keadaan hujan, dia juga butuh makan di saat kelaparan, dan dia juga butuh kasih sayang seorang teman ketika kesepian, Karina janji, dia adalah tanggung jawabnya Karina, apapun yang bakal terjadi nanti."
Papah Karina seketika terdiam mendengar jawaban Putri satu-satunya itu. Karina tidak bisa menunggu lama-lama, atau ia tidak akan pernah tahu keadaan kucing yang kedinginan di luar sedang memerlukan pertolongan darinya.
-o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Are you Fold?
FantasíaKarina merupakan seorang gadis yang menyukai seekor kucing, layaknya teman dalam hidupnya, maka ia memutuskan untuk memelihara seekor kucing kecil liar yang sedang berteduh di depan halaman rumahnya dan ia beri nama Fold. Suatu hari, Fold di usir ol...