Sheera melangkah malas masuk ke dalam kelasnya. Untung saja Kristal sudah lebih dulu pergi, jika tidak gadia itu akan marah mendengar perkataan teman-teman Guna. Sheera menarik napas panjang, berusaha merubah mimik wajahnya sebiasa mungkin.
"Assalamualaikum," pekik Sheera sambil berlari menuju Kristal yang saat ini sedang menulis sesuatu di bukunya, Sheera tebak sedang mengerjakan PR.
"Waalaikumsalam," jawab Kristal tanpa mengalihkan perhatinya dari buku yang berada di depan matanya. Melihat itu Sheera menyebikkan bibirnya, memilih mendaratkan bokong di sebelah Kristal.
"Lagi ngapain?" tanya Sheera sambil mengintip sedikit tulisan Kristal.
"Katarak lo." Mendengar jawaban ketus itu membuat Sheera menarik tubuhnya kembali. Kristal ini memang bermulut pedas.
Sheera menyenderkan tubuhnya di kursi. Menghirup dalam-dalam aramo kelasnya, sungguh entah kenapa sangat menenangkan. Sheera baru menyadari sesuatu, jika tinggal mereka berdua yang tersisa di kelas.
"Yang lain ke mana?" tanyanya.
"Kantin, maybe." Sheera mengangguk.
Karena tak mau mengganggu Kristal yang sedang benar-benar fokus Sheera memilih beranjak pergi dari kelas. Mungkin ia harus ke perpus atau taman sekolah, sungguh otaknya benar-benar ingin meledak. Setelah sekian lama bergelut dengan pikirannya, gadis yang terkenal super aktif itu memilih menuju perpustakaan. Selain karena di sana sepi, di sana juga tempat yang sangat ia senangi karena berisi banyak buku-buku.
Kedua sudut bibirnya kali ini terangkat sempurna, saat indera penciumannya disambut oleh wewangian buku. Apa lagi saat melihat beberapa buku berjejer rapi di rak buku.
"Keren," gumamnya menatap kagum buku-buku yang sudah siap untuk ia baca.
Sheera mennyusuri rak buku, mencari buku yang sedang ingin ia baca. Kedua matanya langsung berbinar saat menemukan sebuah buku yang sama sekali belum ia baca, padahal ia sudah lama ingin membacanya.
Gadis dengan buku di tangannya itu memilih salah satu kursi di pojok perpustakaan agar nanti tak ada yang mengganggunya. Lembar demi lembar ia buka, sungguh inilah kebahagiaan sesungguhnya. Sheera menutup kembali novelnya, sangking senang ia langsung memeluk buku itu mencium aromanya dalam-dalam. Sungguh Sheera sangat suka cara penulis memperkenalkan tokonya.
"Bahagia banget, sih?" Sheera membeku, ia sangat-sangat mengenal suara seseorang itu. Dengan perlahan Sheera memutar tubuhnya, kedua matanya langsung melebar saat tebakannya benar.
"Sam?" Sheera mengerjapkan matanya tak percaya. Samuel? Bagaimana bisa cowok itu tiba-tiba berada di perpustakaan sekolahnya.
"Hai," sapa Samuel sambil melambaikan tangan. Namun, sama sekali tak kunjung dibalas oleh Sheera.
"Sam ngapain di sini?" tanya Sheera takut. Bagaimana pun ia sangat tau jika Samuel dan Guna bermusuhan. Apa lagi saat adegan pertengkaran keduanya berputar di kepala.
"Sekolah," balas Samuel santai. Sangat berbeda dengan Sheera yang kehilangan kata-kata.
"Enggak seneng, nih?" Samuel mengacak rambur Sheera membuat sang empunya tersadar.
"Sekolah?" tanyanya tak yakin.
"Aku pindah ke sini." Sheera menepuh dahinya sendiri. Habis sudah hidupnya sekarang juga.
"Mending Sam pulang ke sekolah Sam," usir Sheera menunjuk pintu perpustakaan.
"Sekolah gue di sini, sekarang," ucap Samuel ditekankan diakhir kalimat. Bahu gadis berbandana polkadot hijau itu melorot lesu. Sudah Sheera tak tau bagaimana caranya menghadapi Geng Algar, terutama Guna.
"Kamu enggak seneng?" Samuel yang paham respons Sheera akhirnya memutuskan bertanya. Walau tau jika gadis di depannya itu tak suka kehadirannya.
"Samuel tau Sheera satu sekolah sama Guna?" Samuel mengangguk membenarkan.
"Sama Geng Algar juga?" Lagi Samuel mengangguk.
"Terua kenapa Sam pindah ke sini!" pekik Sheera tanpa sadar. Saat tau jika suaranya terlalu besar Sheera langsung membekap mulutnya.
"Nemuin cinta gue yang udah lama ngilang."
"Siapa?" tanya Sheera penasaran.
"Lo." Sheera menghela napas. Apa Samuel tak mengerti jika situasi saat ini sungguh sulit untuk Sheera
"Sam aku enggak mau kamu ribut sama Guna," mohon Sheera lelah.
"Gue enggak peduli," balas Samuel kelewat cuek.
"Aku enggak suka kamu lukain Guna." Sheera bangkit tak lupa mengembalikan bukunya. Rahang Samuel mengeras, bahkan tangannya sudah mengepal kuat. Ia sungguh tak rela jika Sheera menyukai Guna, tidak akan pernah.
***
Sheera menjambak rambutnya frustrasi. Sungguh hilang sudah hari tenangnya. Bagaimana cara Sheera menghadapi Guna, pasti secepatnya Guna akan tau jika Samuel adalah sahabat sekaligus mantannya.
"Arrgh." Sheera menghentakkan kakinya kesal. Sungguh lengkap sudah penderitaannya.
"Sam ... Kenapa muncul lagi, sih?" Bukannya tak suka jika bertemu Samuel kembali. Sheera senang, mau bagaimana pun Samuel tetap sahabatnya, tapi saat ini situasinya berbeda. Samuel dan Guna adalah musuh, ditambah di sini tempat berkumpulnya Geng Algar, sedangkan Samuel di sini sendirian. Sheera tak mau kedua orang itu kembali bertengkar, dan berakhir seperti kemarin.
"Aku harus gimana?" Sheera menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ah, Sheera ingin rasanya menangis kencang saat ini juga.
"Selamat datang hari yang rumit." Sheera tersenyum masam. Sepertinya hari ini hari terakhirnya tenang. Rip Sheera.
Enggak jelas ceritanya?
Maaf belum bisa nulis dengan sempurna.Janganvluoa vote dan komen
Salam cinta untuk kalian semua dari para tokoh Gunadhya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.