INCALESTENT #13: WITH YOU

7.8K 540 24
                                    

Hari ini.
Hari yang udah Felix tunggu dengan sangat. Hari yang mungkin akan jadi hari terbaiknya dalam satu tahun terakhir.

Dua puluh empat jam paling mendebarkan di ujung bulan desember. Dalam musim dingin yang mungkin bisa sedikit menghangatkan hatinya.

Felix tersenyum di kesendiriannya. Meremat mantelnya dengan kuat sembari menggoyangkan tas kecil yang ia jinjing. Felix sangat bersemangat. Dia datang empat puluh menit lebih awal dari yang seharusnya karena khawatir akan terlambat. Namun nyatanya, dia adalah orang pertama yang sampai.
Tak apa, Felix akan menunggu dengan sabar.

Lima belas menit berlalu, orang-orang mulai berdatangan dengan tujuan yang sama seperti dirinya. Dengan mantel tebal dan tas-tas besar berisi apapun yang pastinya sudah mereka siapkan dengan baik. Lagi-lagi sama seperti yang telah Felix lakukan.

Hati Felix berdegup kencang. Ini sudah satu tahun, ia tak tau apa itu akan terasa canggung, atau mungkin akan berjalan seperti biasanya.

Felix sudah datang jauh-jauh dari Australia karena dia kini menetap disana. Dia meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk sesak demi hari ini. Demi hari terbaiknya. Ia rela terbang ke Korea ditengah dinginnya musim.

Pintu utama terbuka, orang-orang keluar berhamburan menemui seseorang yang telah menunggunya masing-masing. Saling berpelukan, tukar sapa, berbagi tawa. Semuanya terlalu indah untuk di perhatikan. Hati Felix lagi-lagi seperti ingin meledak. Tetap. Ia tetap menunggu dengan sabar walau kini rasa gugup membuat Felix harus berdiri dari kursi yang tadi dia duduki.

Itu dia.

Satu titik diantara ribuan koma, yang membuat mata Felix hanya tertuju padanya. Pada dia yang melihat kesana-sini untuk mencari seseorang yang ia kenali. Yang mungkin sudah menunggunya.

Sampai tatapan itu bertemu. Membuat pria itu membeku di tempatnya berdiri. Puluhan orang melintas kesana-sini di antara keduanya. Namun itu tak membuat mereka kesulitan untuk mengagumi diri masing-masing. Pria itu menyunggingkan senyumnya.
Felix pun demikian.

Dia mengambil langkah dengan berani dan dibarengi senyuman lebar. Felix menunggu dengan sabar, dengan hati super berisik yang bisa meledak kapan saja.

“Hai, udah lama nunggunya?”. Sapanya untuk pertama kali setelah satu tahun lalu ia mengucapkan selamat tinggal padanya. Di tempat yang sama, di kursi yang sama. Di perasaan yang sama.

“Lumayan. M-mau langsung pulang? Mantel kakak mana?”.

Dia tersenyum melihat pipi Felix yang merona. Entah karena udara dingin atau hal lain yang tak ingin ia sebutkan.

“Ada di ranselku. Ayo langsung pulang aja. Dan ngomong-ngomong kita mau kemana?”. Felix yang tadi mengemasi barang-barangnya lalu menatap pria yang ada di hadapannya dengan mata sendu yang ketara.

“Ka Changbin, Felix ada disini. Felix bakal selalu nunggu kakak. Maaf random, Felix cuma kepengen bilang gitu”.

Pria bernama Changbin itu tersenyum lagi. Dia mengusap jemari Felix yang terasa sejuk di balik lengan mantelnya yang kelewat besar hingga tangannya tenggelam disana.

“Aku tau. Jadi kemana?”.

“Felix udah check-in hotel sampe dua hari. Tenang aja. Ayo kak”.

“Oke”.

Keduanya berjalan beriringan melewati beberapa keluarga yang masih saling melepas rindu disana. Diam-diam Felix mencuri tatap kearah Changbin yang hanya menunduk. Rasanya sakit sekali, bagi Felix.

Mengetahui semuanya, tapi ia tak bisa melakukan suatu hal apapun.

***

Setibanya di hotel tempat mereka menginap, Felix segera mempersiapkan makan malam untuk Changbin, sedang ia membiarkan Changbin untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

INCALESTENT • CHANGLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang