"Tolong bantu gue bentar aja ya. Gue mohonn!"Ucapan tak didengarkan. Lirikan pun ia tidak berikan. Tangannya sibuk membalik-balikan lembar catatan matematikanya, mencari contoh soal untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru Lily, salah satu guru Matematika di SMA kartini.
"ayolahh bantu Vi. Janji deh ini yang terakhir kalinya. Sumpah!"
Rengekan demi rengekan kembali terdengar. Kelas yang hening dan sepi, membuat rengekan dari pemuda itu menjadi terdengar jelas apalagi posisinya yang berada tepat didepannya. Rasa kesal dan jengkel muncul, bagaimana bisa Alvi fokus mengisi soal jika pemuda itu merengek terus menerus padanya.
"sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?" Alvi menyahut sinis. Disimpannya pensil diatas meja, fokusnya sekarang hanya pada Deon, pemuda yang tidak bisa diam dari tadi.
Deon terkekeh, merasa senang saat usahanya menarik perhatian Alvi berhasil. Lensung pipi yang dimiliki lelaki tampan itu terlihat manis ketika dirinya tersenyum lebar.
"kau tahu Tiara?" ucap Deon penuh makna
Alvi mengangguk. Siapa yang tidak tahu dengan primadona kelas 12 MIPA B? Apalagi kelas itu tepat berada disamping kelasnya
"ada apa dengan dia?"
Deon duduk diatas kursi Tino, teman sebangku Alvi. Wajah Deon yang semakin berseri-seri membuat Alvi tahu apa yang akan dibicarakan pria berlesung pipi disampingnya. Tidak salah lagi, Deon pasti ingin meminta tolong kepadanya untuk mempertemukan mereka atau meminta nomer telepon milik perempuan itu. Alvi yang memiliki status sebagai wakil ketua osis tidak akan kesulitan untuk sekedar mendapatkan nomer ponsel Tiara. Diam-diam Alvi mengepal erat dibawah meja, hatinya terasa sakit begitu mengetahui hal ini. Padahal Alvi tahu jika Deon, sahabatnya sejak kelas satu SMA itu adalah seorang playboy. Padahal dia sudah terlampau sering diminta oleh Deon untuk mendapatkan nomer ponsel atau menyuruhnya mengatur kencan mereka, tapi mengapa Alvi masih tidak biasa akan hal itu? Mengapa hatinya masih berdenyut sakit saat Deon melakukan hal yang sama berulang kali?. Atau karena cintanya yang terlampau besar pada Deon sehingga dia tidak rela jika pria itu bersama dengan perempuan lain? Alvi benar-benar tidak tahu.
"gue kaya nya jatuh cinta sama Tiara" Deon menoleh kearah Alvi. Bibirnya tidak pernah luput untuk tersenyum.
Mereka saling bertatap muka. Lagi-lagi Alvi harus menahan rasa sakit dihatinya saat melihat mata itu besinar kembali untuk perempuan lain. 'kapan mata itu bersinar untukku?' Alvi membatin miris.
Alvi mengalihkan pandangannya pada buku matematikannya, mencoba tidak menatap langsung kearah Deon. Alvi memang sangat lihai dalam mengespresikan perasaan, padahal hatinya sedang berteriak sakit tapi wajahnya tidak menampilkan hal itu kecuali jika kamu benar-benar memperhatikan kedalam iris mata Alvi. Maka, akan nampak kepedihan disana.
Manusia es adalah julukan murid-murid untuk Alvi. Julukan yang memang benar adanya. Alviera adalah perempuan yang tidak suka menampilkan ekspresi, tidak pernah berbicara kecuali jika ada hal penting untuk dibicarakan. Tapi, sebenarnya dibalik tingkah dinginnya Alvi adalah perempuan yang sangat cantik. Dia memiliki banyak penggemar, tapi tidak ada yang berani untuk mendakatinya. alvi seolah-olah memasang tembok yang begitu tebal dan tinggi diantara mereka, hanya Deon yang mampu menembus pertahanan tembok itu. Hanya Deon, satu-satunya pria yang berhasil merebut perhatian Alvi.
"ayolah lo pasti ngerti maksud gue kan?" Deon mengejapkan matanya. Dia tersenyum manis, senyuman penuh kemauan yang sangat dikenal Alvi.
Alvi mengangguk pasrah. Meskipun hatinya sakit, tapi jika bantuannya akan membuat Deon merasa bahagia dia dengan senang hati akan membantu pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionAlviera Leona Putri atau sering dipangil Alvi. Dia adalah gadis yang tidak menyukai keramaian, tidak ingin menjadi pusat perhatian bahkan dia sengaja tidak mengikuti ekskul apapun hanya agar dirinya tidak memiliki teman. Tapi, entah bagaimana lelaki...