PROLOG

303 30 15
                                    

"Cakra, kamu harus percaya dengan apa kata mommy"

"Tapi mom, semua yang kau katakan itu tidak nyata. Jangan bohongi aku. Aku ini sudah cukup besar dan tidak akan mungkin percaya lagi dengan semua 'dongeng' karanganmu itu. Kalau kau mengatakan itu padaku saat berusia lima tahun mungkin aku akan percaya. Tapi maaf, aku tidak bisa diam lebih lama lagi di sini"

Mimpi buruk itu kembali tiba. Nyaris setiap malam aku terbangun dengan mata berair dan dadaku yang sesak. Mimpi itu, malam dimana aku bertengkar hebat dengan keluargaku. Ah lebih tepatnya mantan keluargaku, karena ya aku kini telah dibuang atau lebih tepatnya aku yang lebih memilih untuk meninggalkan mereka. Aku memilih untuk pergi dari rumah keluarga Park, rumah di mana aku dibesarkan. Bisa kuingat mama, kakak dan juga adik kecilku menangis melihat kepergianku. Hanya ayahku yang menatapku dengan tatapan dingin. Tidak satupun dari mereka berniat mencegahku. Keputusan besar yang ku ambil ini amat teramat sangat salah. Tapi bagaimanapun waktu itu usiaku baru saja menginjak 17 tahun, dimana hormon masa remajaku masih meledak ledaknya. Dan aku sangat tidak suka diperintah pada saat itu. Aku hanya ingin membuktikan bahwa pernyataan mereka itu salah.

"are you okay dad?" tanya bocah laki laki kecil berambut ikal dan sedikit berantakan sembari menghampiri pria bertubuh jangkung itu yang baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Pria itu selalu dihantui rasa bersalahnya. Tapi dia terlalu gengsi untuk sekedar menanyakan kabar dari keluarganya.

"i'm okay baby. Maaf sudah membangunkanmu sayang. Ayo kembali tidur, kakakmu saja belum bangun bukan?" ucap si pria jangkung itu yang hanya dijawab anggukan pelan dari si kecil. Dia pun merebahkan bocah itu di sampingnya. Lebih tepatnya di tengah-tengah antara dia dan satu bocah kecil yang lainnya

"baiklah daddy..." ucapnya patuh. Pemuda itu pun mengecup kening bocah kecil yang kini mulai terpejam. Setelah merapikan selimut mereka, sang pemuda itu lebih memilih untuk berdiam diri di balkon kamarnya. Mengambil sebatang rokok lalu menyesapnya pelan, sampai akhirnya iris matanya yang berwarna coklat tua itu menangkap sosok dua orang pria yang sedang duduk di atas mobil yang sedang diparkirkan di depan rumahnya. Kedua pria itu sedang memandang ke tempat di mana ia berada.

"apa aku sedang berkhayal?" ucapnya sambil mengusap kedua mata bundarnya itu lalu mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia pun kembali mencoba memfokuskan matanya ke arah mobil hitam itu. Namun nihil. Kedua sosok yang dilihatnya kini tidak ada.

"sepertinya aku memang harus tidur" gumamnya pelan. Dia pun lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya. Lalu dia pun menutup kembali pintu balkonnya, tidak lupa juga dengan gorden berwarna merah dengan ornamen keemasan yang menambah kesan mewah dikamarnya itu.

=== Destiny ===

"kau yakin itu omega yang kau lihat di Seoul pada saat malam natal beberapa tahun yang lalu itu?" tanya pria dengan wajah yang sangat pucat sembari melihat ke arah satu hunian sederhana yang terlihat nyaman. Dan lelaki yang berada disebelahnya hanya berdeham pelan lalu mengangguk.

"tapi aku tidak yakin kalau dia itu omega hyung, dia sama sekali tidak terlihat seperti omega" ucapnya lagi.

"dengarkan aku. Kau tau aku tidak pernah salah, Sayaka. Dan instingku berkata kalau dia itu mate ku" ucap si pria bermata tajam itu dengan yakin.

"cih masih saja percaya dirimu itu hyung. Kau tidak ingat kalau ayah sudah memberimu mandat untuk segera memiliki pasangan sebelum usiamu 30 tahun? Kalau tidak dia akan menunjukku sebagai penerusnya, menggantikanmu hyung. Karena aku sudah memiliki kekasih yang tidak lama lagi akan kujadikan dia sebagai pasangan sejatiku. Sedangkan kau sekarang masih sibuk menguntit dan masih saja tidak ada perkembangan. Dan apa kau lupa kalau ulangtahunmu itu tinggal 9 bulan lagi hah?" ucapnya meledek

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang