Hii si bodoh ini datang lagi, kembali mengetik di layar gawai yang mungkin sudah penat melihat wajah ku di saat aku memikiranmu, sampai-sampai mata ku seperti berkunang-kunang karena asik menatap layar kaca dan menyampaikan isi hati melalui ketikan, tapi tak berani menyampaikan secara langsung.
Sebelum aku mengenalmu, aku berpikir. Bahwa aku takkan bisa menemukan wanita seperti dirimu, wanita yang sangat-sangat berbeda. Dirimu sangat berbeda dan membuat diriku hanya bisa tertegun, lantaran sifatmu yang sangat membuat ku kagum dan nyaman berada di dekatmu.
Dahulu aku meminta kepeda sang pencipta tuk mendapatkan bidadari terbaik dari sang pencipta. Tapi saat inj aku meminta ke sang pencipta, untuk bisa membuat dirimu dan diriku selalu bersama dan lekas bersatu. Aku memang egois, tapi egois ku memiliki arti, arti yang tak mau kehilangan, arti yang tak mau mengulang masa perkenal, arti yang tak mau mencari yang baru demi sebuah kesempurnaan yang fana. Karna membuka lembaran baru sangatlah susah tak semudah membalik sehelai kertas. Jadi aku memilih untuk menetap dan mengetikkan kata-kata yang hanya bisa ku lihat sendiri Dan lembaran ini ku beri judul "Dambaanku".
Aku tidak sepuitis itu, aku tidak semenarik itu, aku tidak juga mahir membuat puisi. Namun aku mencoba untuk menjadi lebih baik demi engkau yang teramat 'baik'. Nantikan saja waktunya, waktu kita untuk selalu bersama.. sabar. Sebentar lagi aku akan datang, dan bertamu kerumahmu. Itupun jika aku berani, Lalu ku salami orang tuamu dengan memberikan senyumam terbaikku yang ku bisa. Sambil mengatakan dalam hati, "apakah aku pantas?"
Namun kau nantikan saja saatnya. Itu pasti.. Pastii dan akan ku lakukan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghitung hari, Untuk membuatmu bahagia.
RomanceKisah cinta pada masa itu yang terhalang oleh kebodohan Dan keegoisan diri sendiri, yang membuat rindu tak tertahan.