L i m a b e l a s

2.7K 235 31
                                    

Malam ini di kediaman keluarga Arsan Arsyad terdengar ramai oleh suara rengekan dari anak bungsunya. Siapa lagi kalau bukan Citra. Anak itu sejak pulang dari sekolah, tiba-tiba saja merengek pada sang Mama, memintanya untuk membuat adik bayi. Ingat, adik!

Alin yang baru saja pulang dari kantor dengan tubuh basah kuyup karena menerjang hujan di jalanan, mendengar suara rengekan Citra yang ingin memiliki adik bayi kontan saja naik pitam.

Tidak!

Ia tidak ingin memiliki adik lagi! Cukup Aiden dan Citra saja sudah cukup merusuhi hidupnya.

Dengan tubuh yang masih dibalut pakaian kerja basah, Alin menghampiri sang adik yang saat ini tengah menangis di pelukan Arsan.

"Ngapain sih minta adik segala. Udah bener kamu piara foto oppa-oppa, nggak usah minta adik. Lagian, kalo kamu punya adik, kamu mau nanti boneka-boneka BT21 kamu dimainin sama dia nantinya?" Ujar Alin, berusaha memberi pencerahan pada Citra agar tidak melulu merengek.

"Biarin! Pokoknya aku pengin punya adik, titik! Yah .. cepetan Yah, bikin adik .." Citra justru merengek sejadi-jadinya sambil sesekali menampol muka Ayahnya yang jelas-jelas tidak salah apa-apa.

Mengabaikan drama menye-menye yang dibuat oleh Citra, Alin bergegas meninggalkan ruang tengah dan masuk ke kamar. Lebih baik ia mandi membersihkan tubuh lalu menyantap makan malam! Daripada harus menonton rengekan Citra.

Bahkan setelah Alin selesai mandi dan makan, Citra masih menangis dengan posisi yang sama sekali belum berubah. Menangis di pelukan sang Ayah. Sungguh, tangisan Alin benar-benar membuat gendang telinganya sakit dan pikiran tidak bisa berpikir jernih. Sepertinya ia harus turun tangan untuk menghentikan tangisan Citra.

"Kamu maunya apa? Mbak belikan." Ujar Alin setelah tiba di ruang tengah.

"Adik bayi!"

"Jangan adik bayi, yang lain."

"Tapi aku maunya adik bayi!!"

"Mbak bilang, selain adik bayi. Kita beli sekarang apa mau kamu."

"Mbaaak.. itu ngomongnya jangan terlalu ngotot gitu, Mama ngeri lihatnya." Timpal Nawang yang sedari tadi diam karena kesal setengah mati pada Citra.

"Citra tuh kalo dibilangin nggak sambil ngotot nggak bakalan tunduk, Ma." Balas Alin.

"Aku mau ke mall!"

"Yaudah, sana ganti baju cepetan mumpung hujannya udah reda. Lebih dari lima menit, Mbak tinggal."

"AYAAAH..." Rengek Citra.

"Iya-iya nggak. Udah cepetan sana ganti baju."

Tidak mau rencananya gagal, Citra akhirnya turun dari pangkuan Ayahnya dan berlalu secepat mungkin masuk ke kamar.

"Lihat Citra minta adik bayi, Ayah jadi keinget dulu waktu kamu minta adik, Mbak." Ujar Arsan.

Mata Alin melotot tajam. "Apaan! Nggak ada ya aku minta adik!"

"Kamu lupa? Dulu kamu nangisnya bahkan melebihi Citra. Semua barang-barang di buang, ngamuknya kebangetan." Arsan masih berusaha mengingatkan Alin saat kecil.

Alin tidak menyahut kembali ucapan Arsan. Ia malas jika diingatkan saat-saat semasa kecilnya yang teramat bar-bar itu.

Setelah Citra sudah rapi mengganti piyama Doraemonnya, Alin mengajak Citra ke mall. Di mall Citra benar-benar tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia minta dibelikan ini dan itu pada Alin, sampai-sampai Alin kuwalahan membawa beberapa belanjaan Citra.

"Mbak aku mau beli sepatu." Pinta Citra menunjuk gerai sepatu yang ada di mall tersebut.

"Mbaaak..."

"Mbak Alin .."

Your My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang