The Answer

312 45 7
                                    

Wonwoo menatap foto seorang perempuan yang berada di layar ponselnya. Bibirnya tertarik ke atas dan membentuk sebuah senyuman.

"Ngapain liat foto mantan sambil senyum gitu?" Daniel duduk di samping Wonwoo dengan muka yang tidak mengerti dengan temannya ini.

"Kalau masih sayang, kenapa diputusin?" Kali ini Hanbin duduk di sisi lain tepat di sebelah Wonwoo.

"Kayaknya, sih, masih sayang. Tapi kok diputusin." Doyoung datang dan membungkuk tepat di belakang Wonwoo.

"Enggak ngerti juga kenapa bisa dia mutusin cewek sebaik Jennie. Padahal hubungan mereka benar-benar sudah matang dan terlihat siap untuk masuk ke jenjang berikutnya." Changkyun berjongkok di depan Wonwoo yang masih menatap sosok perempuan bernama Jennie.

Wonwoo masih tidak menghiraukan keempat temannya yang mengelilinginya. Ya, dia hanya ingin melihat Jennie yang kini menjadi mantan kekasihnya itu.

"Pertanyaan kalian itu sebenarnya mudah, tapi gue enggak akan jawab. Kalian juga akan tahu sendiri alasan kenapa gue sama Jennie memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini."

Dapat dilihat dari raut wajah keempatnya. Ya, mereka seakan bingung dengan perkataan Wonwoo.

"Wonwoo," panggil Hanbin yang telah menepuk pundak temannnya itu. "Gue tahu lo pasti menyesal telah mengambil keputusan ini. Tapi lo harus benar-benar merelakan Jennie, ya. Dia dan lo pasti akan mendapatkan yang terbaik."

"Bin," panggil Wonwoo.

"Gue tahu, lo pasti bakal ngomong terima kasih. Gue ini sahabat lo. Jadi, lo enggak usah berterima kasih sama gue."

"Bukan. Gue mau ngomong, lo kesambet apaan bisa bijak kayak gitu?"

"Anjir! Wonwoo! Gue udah serius juga!"

Suara tawa terdengar begitu nyaring mendengar jawaban dari Hanbin. Keempatnya tertawa dengan sangat lantang.

Kini giliran Daniel yang menepuk pundak Wonwoo. "Ada yang mau gue tanyain sama lo. Bagaimana rasanya kehilangan Jennie yang merupakan cinta pertama lo?"

"Ah! Gue juga mau nanya. Kok bisa Jennie jadi cinta pertama lo?" tanya Changkyun yang diangguki oleh Doyoung.

Wonwoo tersenyum. Pertanyaan itu terdengar mudah, tapi nyatanya sulit untuk dijawab.

Cinta pasti ada pada setiap diri manusia. Dan setiap manusia pasti akan ada jawaban mengenai bagaimana mereka bisa jatuh cinta. Tapi apakah ada jawaban yang berbeda? Mungkin ada tapi itu sangat jarang.

Tampang yang rupawan; ganteng, tampan, cantik dan manis. Kebaikan lawan jenis, perhatian yang diberikan, atau bahkan ada yang dari benci jadi cinta. Sungguh lucu untuk benci jadi cinta, hanya karena kehilangan seseorang yang suka menjahili kita, menjadi teman berantem, temam debat atau hal-hal yang menyebalkan lainnya yang dapat membuat reluh hati ini kosong dan berakhir sadar akan kita membutuhkannya.

Mungkin akan ada jawaban di antara semua itu bila Wonwoo ingin menjawabnya. Tapi, jika ditanya jawaban yang berbeda. Maka Wonwoo lebih baik diam.

"Kadangkala pertanyaan-pertanyaan yang terasa rumit sekali, padahal jawabannya sedehana saja," balas Wonwoo dengan mengutip sebuah kutipan dari Dr. Seuss.

"Hah?" Sontak semuanya menatap Wonwoo tidak mengerti.

"Apaan, sih? Gue enggak butuh sebuah kutipan. Gue butuhnya jawaban dari pertanyaan gue. Itu pertanyaan mudah kenapa lo jawab begitu? Seakan pertanyaan gue terasa rumit." Changkyun masih menatap tidak mengerti ke arah Wonwoo.

"Mungkin bagi lo, itu adalah pertanyaan yang mudah. Tapi bagi gue, itu adalah pertanyaan yang rumit." Wonwoo memasukan ponsel miliknya ke dalam saku kemejanya.

"Kalau gue balik bertanya sama kalian, bagaimana rasa cinta pertama kalian? Kenapa kalian bisa bilang kalau dia adalah cinta pertama kalian?"

Pertanyaan balik yang dilontarkan oleh Wonwoo, seketika membuat Changkyun, Hanbin, Daniel dan Doyoung tersenyum menunjukkan deretan gigi masing-masing. Ada yang menggaruk belakang kepalanya dan ada pula yang memegang lehernya. Tidak ada yang bisa menjawabnya.

"Kalian pasti akan bilang, karena dia yang membuat gue tahu bagaimana rasanya mencintai dan dicintai. Atau karena dia adalah cewek termanis atau tercantik yang kalian suka. Atau mungkin kalian bisa bilang, gue jatuh hati sama kebaikannya, perhatiannya," jelas Wonwoo.

"Benar juga. Gue baru kepikiran," kata Doyoung mengakui jawaban dari Wonwoo adalah benar.

"Semua tergantung bagaimana kalian menganggap pertanyaan-pertanyaan itu. Apakah pertanyaan itu sulit namun jawabannya mudah, atau pertanyaan yang mudah tapi jawabannya yang rumit?"

Wonwoo memandang teman-temannya sekilas, kecuali Doyoung yang berada di belakangnya. "Pertanyaan yang diberikan Changkyun, enggak bisa gue jawab karena bagi gue pertanyaan itu sangatlah rumit. Walau sebenarnya jawabannya simple. Tapi, bagaimana kalau kita mencintai seseorang tanpa sebuah alasan?"

Wonwoo memandang langit malam yang sedikit dipenuhi oleh bintang. "Gue mencintai Jennie dengan apa yang dimilikinya. Bukan karena sesuatu, entah itu bisa dikatakan sebuah jawaban atau tidak. Tapi, tergantung bagaimana kalian menganggapnya sebagai sebuah jawaban atau hanya sebuah perkataan konyol gue."

Wonwoo berdiri dari duduknya. "Sama seperti yang tadi Changkyun bilang sebelum ini, mengenai hubungan gue sama Jennie yang sudah pantas menuju jenjang berikutnya."

Wonwoo berjalan melewati Changkyun dan membuat keempat sahabatnya menatap ke arahnya. "Jenjang pernikahan itu tidak lah mudah. Kalian akan menemukan pertanyaan yang rumit namun jawabannya hanya ada dua, sanggup atau tidak untuk menjalankan sebuah ikatan suami dan istri. Karena hubungan pernikahan tidak lah sama dengan hubungan yang kalian jalankan dengan cewek-cewek kalian. It so different, guys!"

Wonwoo berbalik dan menghadap ke arah teman-temannya. "Bukankah itu pertanyaan yang rumit untuk mengenai sebuah pernikahan?"

Wonwoo merogoh tas selempangnya dan mengambil empat buah undangan. "Ini jawaban gue atas pertanyaan Daniel. Gue enggak masalah putus dengan Jennie, karena gue dan Jennie sudah memikirkan matang-matang mengenai masa depan kami berdua. Kami putus untuk menuju jenjang pernikahan." Wonwoo tersenyum dan menyerahkan sebuah undangan dengan inisal J dan W yang tertera.

"Gue dan Jennie dihadapkan pertanyaan mengenai 'apakah kalian sanggup untuk menjalankan rumah tangga?', 'apakah kalian tidak masalah bila ada pertikaian dalam rumah tangga kalian?' dan masih banyak lagi." Wonwoo teringat bagaimana kedua orangtuanya bertanya hal itu dan begitupun juga Jennie yang mendapatkan pertanyaan yang sama.

"Seperti yang kubilang sebelumnya, pertanyaan itu rumit bagiku, tapi jawabannya sangat mudah. Asalkan kami berdua berpegang teguh dan saling percaya, maka kami akan sanggup menjalankan keputusan kami. Jawabannya sangat mudah, bukan?"

Doyoung, Hanbin, Changkyun dan Daniel serempak mengangguk. Keempatmya tersenyum.

"Memang hanya Jeon Wonwoo yang menganggap semua pertanyaan itu rumit, tapi dia bisa menjawabnya dengan sangat mudah. Aku berdoa, pernikahan kalian berjalan dengan lancar sampai dengan hari H." Daniel memeluk Wonwoo.

"Perjaka kita berkurang satu." Changkyun berlari ikut memeluk Wonwoo.

"Memang teman terbaik diantara mereka bertiga lo, Won." Doyoung berjalan mendekat ke arah Wonwoo yang telah dipeluk oleh kedua temannya dan ikut memeluknya.

"Ah! Jeon Wonwoo! Lo kenapa merahasiakan ini dari kita-kita kalau mau menikah! Mana tinggal seminggu baru sebar undangan!" Hanbin berlari memeluk Wonwoo. "But, semoga lancar sampai hari H!"

"Kalian juga, temukan jawaban atas hubungan yang kalian jalankan sekarang. Jangan buat mereka, para cewek menunggu dengan ketidakpastian." Wonwoo membalas pelukan keempat temannya.

Inilah jawaban dari Wonwoo atas pertanyaan yang terus menghantuinya selama menjalin hubungan dengan Jennie. Jawaban yang sangat mudah, dari sebuah pertanyaan yang rumit bagi mereka yang masih menjalin hubungan dengan status pacaran.

***

Arti Sebuah MencintaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang