bagian 2

13 0 0
                                    


10 tahun setelah kejadian itu....

Banyak yang terjadi dalam hidup Joko selama 10 tahun itu. Joko selama ini diam-diam mencari identitasnya dan yang dia temukan adalah kesia-siaan. Tidak ada yang bisa dia temukan untuk mengungkap masa lalunya dan hanya pakaian putih 10 tahun lalu yang bisa sebagai bukti masa lalunya, tetapi itu tak membantu sama sekali.

Dengan pencarian itu, Joko akhirnya menyerah juga untuk mengungkap masa lalunya. Ingatan yang memburam tak kunjung mempertajam juga. dia masih tak ingat apa yang terjadi di masa lalunya. Joko kemudian hanya pasrah dan membiarkan waktu untuk mengungkapkannya.

jendela.

Di hari yang cerah, Joko sedang menatap luar dari Dia menatap dahan-dahan pohon yang bergerak-gerak mengikuti alur angin. Saat itu, Joko sedang berada di kelas dan juga ada guru yang sedang mengajarkan materi. Tindakan Joko sebenarnya sangat tak sopan karena tidak memperhatikan gurunya ketika mengajar. Namun, si guru mentolelir tindakan Joko karena dia adalah Joko itu sendiri, bukan orang lain.

"Jika 4x-10=12, maka x adalah?"

"5,5!"

Semua orang di kelas kemudian menatap Joko yang tanpa menengok dan mencoret-coret kertasnya, dia menjawab dengan tepat pada soal aljabar.

"Apa ada masalah?" tanya datar Joko.

"Tidak, jawabanmu tepat sekali." Kata guru itu sambil membenarkan kacamatanya. "Baiklah, besok kalian kumpul tugas halaman 64 dan 65."

"Iya, pak."

"Ya, sudah. Kita akhiri pelajaran kita hari ini, selamat pagi menjelang siang."

Setelah guru itu keluar, semua orang langsung mengeluarkan kebisingannya yang selama ini mereka tahan selama di kelas. Ada yang mengajak mereka ke kantin, meminta tugas hari itu untuk disalin, atau sekedar mengobrol untuk mengisi waktu istirahat itu. Sedangkan untuk Joko, dia hanya mengeluarkan sebuah buku dan menulis beberapa hal yang menurutnya penting untuk ditulis. Pena itu menari di kertas mengikuti alur pemikiran si penulis serta dalam waktu singkat, sudah satu baris dia menulis aksara bahasa Indonesia. Joko begitu serius mengikuti alur khayalannya menulis sampai tak bisa merasakan lingkungannya sendiri.

Hingga seseorang menempelkan botol dingin ke pipi Joko. Joko langsung tersentak dan hampir mengumpat keras. Dia kemudian siapa pelakunya yang merupakan seorang perempuan yang seumurannya.

"Joko, ohayo!"

"Uhm, aku bukan orang jepang. Kenapa kau menempelkan botol dingin itu, Sri!?"

"Kau terlihat sangat serius tadi dan memasang wajah kaku sekali, lalu aku jadi nafsu mengerjaimu."

"Aku memasang wajah kaku itu tandanya tidak ada yang boleh mengganggu. Kau menyebalkan sekali, Sri."

"Ha ha ha, terima kasih atas pujiannya."

Kemudian wanita bernama Sri itu menyandarkan dirinya di meja Joko dan melihat apa yang ditulis Joko. Tiba-tiba, Joko bertanya, "Kenapa kau disini?"

"Untuk mengajakmu ke kantin...."

"Lalu, kenapa kau tidak mengajak aku ke kantin dari tadi?"

"Apakah benar? Ko, yuk ke kan.."

"Aku tolak!" jawab tegas Joko.

"Tuh, kan benar. Kau menolakku lagi, pasti alasanmu sibuk, kan?"

"Benar, aku sedang sibuk. Sana pergi jauh-jauh..."

"Cih, aku diusir secara tak baik-baik lagi. Aku bilangin ke kakekmu, loh."

"Bilangin aja, aku nggak peduli."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jawara KampungWhere stories live. Discover now