⚛⚛⚛⚛
Tzuyu masih tak bisa membawa dirinya masuk ke dalam alam mimpi. Mata dan otaknya selalu menolak kantuk, padahal badannya lelah bukan main saat ini. Apalagi hatinya. Tzuyu memiringkan badannya jadi menghadap ke arah jendela. Ia menatap jendela itu dengan pandangan yang transparan.
Besok, Hyunjae mengajaknya untuk bertemu. Dan mungkin besok adalah hari terakhir mereka bertemu.
Hatinya sekarang sudah mantap. Keputusan untuk putus sudah benar-benar bulat. Lebih baik ia yang melepaskan Hyunjae duluan, dari pada makan hati setiap hari. Pelupuk matanya menurun, menutupi pupil hitam besar miliknya. Rasanya cepat sekali, tiga bulan terasa tiga hari. Jika diingat bagaimana Hyunjae menyatakan perasaannya dulu, membuatnya ingin menangis.
Saat itu, hujan turun. Tzuyu tidak bisa pergi kemana-mana selain diam berdiri di depan gedung fakultas sembari menunggu hujan itu reda. Si supir kesayangan—Daniel, saat itu tidak bisa datang menjemput. Ia menghela napas berkali-kali. Tangannya bermain menangkup tetesan air dari atas sekedar untuk menghilangkan suntuk.
Kemudian, ekor matanya menangkap sesuatu dari samping. Tzuyu lantas menoleh, dilihatnya sosok Hyunjae berdiri di sebelahnya, ikut menangkupkan tangannya seperti yang Tzuyu lakukan.
Tzuyu tersenyum bukan main, saat itu Tzuyu memang sudah pernah berkirim pesan dengan cowok itu. Berkat Chaeyoung, ia jadi mengenal sosok Hyunjae. Hyunjae datar menatap Tzuyu, tidak ada senyum di wajahnya. Tzuyu mendengus, ia coba untuk tersenyum lebih dulu.
Sepersekon kemudian, cowok itu menarik kedua sudut bibirnya membalas senyum Tzuyu dengan tipis. Melihat itu, membuat perasaan Tzuyu tiba-tiba menghangat. Pun ia beranikan diri untuk mengajak Hyunjae mengobrol terlebih dulu.
"Nunggu hujan?" tanya Tzuyu.
"Nunggu kamu," jawabnya.
"Hah?" Tzuyu tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengarnya. Ia membuang mukanya ke arah langit. Perlahan cahaya matahari mulai menyinari langit saat itu, awan mendung yang membawa hujan perlahan hilang. Dan entah sejak kapan, Hyunjae sudah menarik tangannya menuju parkiran.
Hyunjae mengantarnya pulang. Saat itu terasa indah karena Naeun belum hadir di antara keduanya. Sampai di depan rumah Tzuyu, Hyunjae melepas helm-nya.
"Tzuyu?"
Yang dipanggil menyaut, menatap canggung cowok itu. "Ya, kak?" balasnya.
Hyunjae lalu turun dari motor, mengubah posisi jadi berdiri menghadap Tzuyu.
"Jadi pacarku, mau?"
Seolah mendapat serangan mendadak, dada Tzuyu tiba-tiba berdenyut empat kali lipat dari yang semestinya. Pipinya mulai terasa panas, perutnya terasa ingin segera buang air besar.
Ia menatap manik hitam Hyunjae lurus. Berusaha mencari sesuatu di sana. Tapi, yang ia temukan saat itu, hanya pantulan dirinya. Tzuyu langsung melengkungkan bibirnya tersenyum. Ia mengangguk kepalanya pelan, malu-malu sebagai jawaban.
Dan sejak saat itu, ia merasa kalau dunia sedang berpihak padanya. Hyunjae yang ia sukai, ternyata juga menyukainya.
Kebahagiaan yang ia harap akan berlangsung lama itu, ternyata hanyalah sebuah kebahagiaan sesaat. Tiga hari kemudian, ia mendapat kabar kalau Kakak dari salah satu teman sekelasnya meninggal dunia. Ia dan teman-temannya yang lain pun menghadiri acara pemakanannya kakak dari teman mereka.
Sampai di sana, mata Tzuyu langsung membulat mendapati sosok Hyunjae yang sedang memeluk teman kelasnya yang sedang berduka itu. Naeun. Tzuyu tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Ingin berteriak dan menarik Hyunjae menjauh, tidak mungkin. Bukan saatnya mencari keributan, suasana di sana sedang berduka dan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
Fanfiction"No one knows what's in someone's heart." © caramelattea [19/Jan/20]