Hanbin melangkahkan kakinya memasuki sekolah, sebelum itu dia menuju lokernya terlebih dahulu. Dia terkejut saat ada sebuah bungkusan menggantung didepan lokernya.
"hm? Apa ini?" gumamnya sambil menyentuh bungkusan itu.
Hanbin memperhatikannya dengan seksama lalu matanya tidak sengaja mendapati sebuah note kecil disana. Lalu dia mengambil note itu dan membacanya.
'makanlah, aku membuatkanmu sup ikan tuna. Semoga suka^^ -Jennie'
"hm? Jennie?" ujarnya lalu mengambil bungkusan itu dan melihat apa isinya. Isinya sebuah mangkuk plastik bening berisi sup ikan tuna yang disebutkan oleh Jennie di note tadi.
Hanbin tersenyum lebar lalu membawa bungkusan itu setelah mengambil buku catatannya yang ada di loker dan berjalan menuju kelasnya.
.
.
"he? Apa itu yang dibungkus?""tidak boleh minta!"
"heh aku hanya bertanya kenapa agresif sekali sih" dumel Doyoung. "kau saja yang tidak peka, itu Jennie yang memberikannya bagaimana bisa Hanbin membaginya padamu" balas Junhoe, Doyoung membulatkan matanya. "apa?! Benarkah itu?" tanyanya.
Hanbin mengangguk sambil tersenyum saat membuka bungkusan itu.
Doyoung menatap Hanbin dengan tajam. "hei Hanbin, apa kau tidak merasa ini aneh? Maksudku ini mencurigakan, bagaimana bisa dia tiba tiba memperhatikanmu, lagipula diakan sudah punya tunangan. Aku rasa ada yang tidak beres"
Mnedengar perkataan Doyoung, Hanbin berhenti memakan makanannya dia menatap Doyoung yang juga menatapnya serius. Ten dan Junhoe memperhatikan mereka berdua.
"kupikir dikepalamu hanya ada kekonyolan, tapi ternyata kau cepat tanggap akan situasi ya" kata Ten dengan cengirannya.
"hei begini begini aku punya insting yang tajam"
"yah aku tau, semua kelinci kan begitu hahahaha" balas Junhoe. "ughh kalian! Awas saja ka... "
"sebenarnya aku juga berpikir begitu, kenapa dia memperhatikanku, bukankah dia sudah punya tunangan?"
"siapa?"
"bukankah kita sedang membicarakan Jennie?" tanya Hanbin tidak mengerti, tapi dia terkejut saat melihat teman temannya tidak menatap lurus kearahnya, dia mengikuti arah pandang mereka lalu membulatkan matanya lebar.
"hai!"
"Bobby hyung?"
.
"tunangan Jennie ya? Hm yang kutahu Johnny pindah sekolah keluar negri, kalau tidak salah dia kembali ke negara asalnya" ujar Bobby. Ten mengangguk mengerti sekarang alasan kenapa dia tidak melihat tunangannya Jennie itu."kenapa dia pindah? Lalu bagaimana dengan Jennie?" tanya Doyoung.
"hm? Ntahlah"
"hei kau kan satu genk dengan Johnny hyung kenapa kau tidak tau, hyung?" tanya Hanbin.
"aku tidak bilang aku tidak tau, aku hanya tidak yakin. Soalnya aku diberi tau oleh Jisoo, kau taukan mulut wanita kadang tidak bisa dipercaya?"
Doyoung menatap tajam kearah Bobby. "kalau kau tidak percaya kenapa kau menjalin hubungan dengannya?" desis Doyoung, Bobby melirik Doyoung dan tersenyum. "karena aku mencintainya, dia juga mencintaiku. Lalu bukankah aku bilang terkadang mulut wanita tidak bisa dipercaya karena mereka kebanyakan melebih lebihkan cerita yang sebenarnya, yah aku ini tipe orang yang sulit percaya jika tidak ada bukti, jadi aku masih tidak yakin dengan yang diceritakan Jisoo padaku" jawab Bobby yang membuat Doyoung membuang muka sebal.
"memangnya apa yang dia katakan padamu, hyung?" tanya Hanbin lagi.
"dia bilang kalau Johnny punya masalah pada kesehatannya, lalu dia dibawa orang tuanya ke USA untuk pengobatan. Kalau tentang pertunangan mereka, katanya mereka masih saling menjalin hubungan. Begitulah"
"Johnny hyung sakit?" tanya Ten.
"itu yang dikatakan Jisoo, tapi saat aku melihat Johnny untuk yang terakhir sebelum dia pergi, dia kelihatan baik baik saja dia masih bisa tertawa konyol. Itulah kenapa aku tidak percaya kalau dia sakit" jawab Bobby, Junhoe memperhatikan Bobby lalu bertanya, "lalu menurutmu kenapa dia pindah dan pergi dari Seoul kalau bukan karena dia sakit?"
"aku rasa dia punya sesuatu yang disembunyikannya, akupun tidak yakin. Hanya saja aku merasakan dia sudah menyelamatkan seseorang" balas Bobby.
"hai! Kalian sedang apa?"
Jennie tiba tiba muncul disana lalu duduk disamping Hanbin, "ini untukmu, susu pisang kesukaanmu" ujarnya sambil memberikan susu pisang kepada Hanbin, tapi Hanbin tidak merespon. Jennie dan yang lainnya bingung melihat Hanbin, Jenniepun memberanikan diri memegang tangan Hanbin.
Deg!
Hanbin menghempaskan tangan milik Jennie, itu sukses membuat semuanya terkejut dan membulatkan mata mereka, Jennie bahkan mengeluarkan air matanya. Hanbin tiba tiba memegang dadanya, entah kenapa dia merasakan nyeri di 'hati' barunya
'kenapa ini? Tiba tiba?'