1

33 2 0
                                    

Matanya yang berbinar menatap tajam ke depan dengan penuh harapan dan impian. Cara berjalannya tegak, penuh wibawa. Menjadikan siapapun yang melihatnya segan bahkan sampai tak berani menatapnya sedikitpun.

"Laa takul qoiman" tegur Baila setiap melewati siswa yang makan sambil berdiri, membuat yang ditegur tertunduk malu.

Perempuan hebat dengan wajahnya yang menarik, pakaiannya yang modis, rapi dan casual namun tetap menaati syariat, suaranya sangat bersahabat dengan telinga siapapun yang mendengarnya. Tegas, cerdas, aktif dan kreatif. Semua itu membuat dirinya menarik perhatian banyak orang.

Gadis kecil itu, Baila Mahira yang akrab disapa Biya. Sebagian besar orang yang mengenal gadis ini, pasti menilainya sebagai seorang perempuan yang cerdas, kuat, lemah lembut juga keibuan. Tetapi di sisi lain, jika kalian menatap matanya lebih dalam, ia adalah sosok yang rapuh dalam kokoh pijakannya.

Ami, Amita Latifa yang sedari tadi berjalan disamping Baila adalah sahabat dekat Baila. Ia selalu tersenyum bangga melihat sahabatnya begitu disegani dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.

"Keren emang! Masih pagi udah nunduk malu aja dia ditegur sama bayi" ucap Ami.

"Biasa aja kali, mi" sangkal Baila.

"Iya biasa aja yang kaya gitu mah kalo buat Baila" jawab Ami sembari menghela nafasnya.

Baila hanya tersenyum mendengar jawaban Ami, ia pun melanjutkan langkahnya menuju ke lapangan upacara bersama Ami.

Satu minggu yang lalu, seluruh siswa telah menyelesaikan ujian akhir semester dengan baik. Ini adalah hari terakhir sekolah Baila di kelas 12 semester satu.  Libur panjang telah menanti Baila yang artinya ia akan segera melepas rindu kepada Umma dan Abiy juga kakak-kakaknya dirumah setelah 6 bulan tak bertemu karena peraturan asrama yang tidak membolehkan siswanya untuk pulang sebelum waktu yang ditentukan.

Pada upacara hari ini, hasil ujian kemarin akan di umumkan. Ada sedikit kecemasan dalam hati Baila, ia merasa kurang maksimal di ujian kemarin karena kondisi kesehatannya yang sedikit terganggu, ia takut jika itu akan mempengaruhi nilainya nanti. Baila tak henti berdoa, berharap hasilnya akan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sesekali ia menatap langit, menyimpan harapannya di atas sana.

Sebelum memasuki barisan, Baila harus memastikan bahwa seluruh siswa telah berkumpul di lapangan upacara dan berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing. Setelah tugasnya selesai, Baila berlari kecil menuju barisan kelasnya. Sudah disisakan satu space untuk Baila berdiri disana. Baila berada di barisan terdepan, sudut paling kanan. Ami berdiri tepat di belakang Baila. Mereka sibuk merapikan pakaian dan atributnya agar tidak ditegur oleh guru piket yang bertugas.

Mengingat ini adalah upacara terakhir di semester ini, upacara berjalan dengan khidmat dan syahdu sampai susunan acara terakhir.
Pengumuman. Satu kata yang membuat seluruh siswa terdiam. Suasana hati Baila semakin tak karuan ketika melihat Pak Ismail, kepala sekolah tercinta ini memasuki lapangan upacara. Beliau menyampaikan beberapa sambutannya.

"Alhamdulillah, kita tiba di acara yang telah lama kita nantikan, yaitu pengumuman juara kelas, bintang kelas dan bintang pelajar semester 1 tahun 2017 di Al Hasyir Islamic Boarding School" ucap Pak Ismail.

Pandangan Baila semakin menunduk khawatir, hatinya begitu berdebar menunggu hasil yang akan diumumkan oleh Pak Ismail.

Bu Atma, wali kelas Baila sekaligus salah satu guru BK di sekolah itu berjalan menuju mimbar tempat berdirinya Pak Ismail. Menyerahkan map yang berisikan data siswa siswi yang menjadi juara kelas, bintang kelas dan bintang pelajar.

"Ditangan bapak ini, sudah ada beberapa nama siswa terbaik dari total 24 kelas di sekolah ini. Baik kelas unggulan maupun kelas reguler, baik banin (laki-laki) maupun banat (perempuan), baik jurusan IPA maupun IPS.  Juara kelas adalah siswa yang mendapat nilai akhir tertinggi dikelasnya atau yang biasa kita sebut ranking satu. Bintang kelas adalah 2 siswa terbaik di angkatannya yang berarti hanya akan ada 6 orang yang tersisa. Dan seperti yang kita ketahui, hanya akan ada satu nama saja yang bapak beri gelar sebagai bintang pelajar, yaitu siswa yang nilai akhirnya tertinggi diantara seluruh siswa lainnya di sekolah ini. Tapi, bapak tidak hanya menilai dari nilai akademik saja, melainkan dari akhlak, kedisiplinan, juga hal lain yang bapak perhatikan sehari-harinya" tutur Pak Ismail.

BailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang