2

12 1 0
                                    


Seluruh siswa memasuki kelasnya masing-masing, tetapi Baila kesulitan dengan segala barang yang ada di tangannya. Berkali-kali mencoba, berkali-kali pula ia jatuh.
Ami yang sedari tadi berada di ambang pintu, iya, ia sudah berjalan duluan karena harus membuka pintu kelas. Ami memicingkan matanya, memperjelas penglihatannya.
Melihat Baila kesulitan, Ami pun bergegas untuk membantunya.

"Sini bi, aku bantuin" ujar Ami.

"Gapapa, aku bisa sendiri ko mi" jawab Baila.

Kesal mendengarnya, Ami menjawab sedikit ketus "Bisa sendiri, tapi jatuh terus. Lalu untuk apa Tuhan mengirim teman padamu?"

"Menemaniku"

"Aku bawain pialanya aja deh. Satuuuu aja" paksa Ami.

"Yaudah nih, makasih ya mi" ujar Baila seraya memberikan pialanya kepada Ami.

"Yaampun gitu doang makasih" ucap Ami.

"Emang seharusnya begitu kan mi, sekecil apapun bantuan yang orang kasih ke kita, kita tetep harus berterimakasih. Kebanyakan orang sih nganggap sepele, terus dilupain gitu aja" ujar Baila menjelaskan.

"Iya juga ya" Ami yang setuju menandai dengan senyum lebarnya.

Setibanya dikelas, seluruh teman kelas Baila sudah berada disana. Lagi-lagi Baila disambut dengan ucapan selamat dan pelukan hangat dari teman-temannya.
Sebenarnya Baila tidak nyaman dengan keadaan ini, keadaan dimana dirinya menjadi pusat perhatian, menjadi tuan putri yang dibangga-banggakan.

"Biiiii ga cape apa jadi bintang pelajar lagi?" tanya Isti yang juga sahabat Baila.

"Bawa ini kan ga sambil marathon" jawab Baila yang menunjukan mahkotanya sambil tersenyum tenang.

"Iya sih, maksudnya, udah 5 kali berturut-turut loh Biiiiii. Kasih kesempatan yang lain kek. Jangan kamu mulu" ujar Isti cemberut.

"Aku gapernah ngehalangin siapapun buat jadi bintang kelas ko, Is" tatap Baila serius.

"Iya tapi susah banget mau nyusul nilai kamu tuh" protes Isti.

"Lagian nih ya, kuncinya cuma satu. Prepare. Jangan serba dadakan. Belajar dadakan, rajin dadakan, baca buku dadakan. Karena apa coba? Ga ada yang namanya pinter dadakan. Semua butuh butuh proses. Butuh pengorbanan. Gini deh. Misal, kalian masih susah buat rajin nih, seengganya, kalian ga males baca. Korbanin. Satu hal aja" seru Baila membuat semua mata kembali tertuju padanya.

"Makanya belajar Istiiiiii, bukan cuma ngomel" gerutu Ami.

"Aku belajar kok, pas ujian" ujar Isti dengan polosnya mengundang gelak tawa seisi ruangan.

"Yeuuuuuu" seisi kelas menyoraki Isti.

Baila tersenyum geleng-geleng mendengar kepolosan Isti. Ia meletakkan semua penghargaan yang ia dapat di mejanya, dibantu oleh Ami dan Isti.

"Makasiiiiih banyak, ini buat kalian juga" ucap Baila seraya tersenyum pada dua sahabatnya itu.

Keduanya mengacungkan dua jempol untuk Baila. Kemudian memeluknya hangat.

Beberapa saat setelah Baila duduk di kursinya, Bu Atma memasuki kelas bersama Pak Maman, penjaga sekolah, yang membantu Bu Atma membawakan tumpukan rapor milik Baila dan teman sekelasnya.

"Assalamu'alaikum semuanya" sapa Bu Atma"

"Waalaikumussalam Ibuuuu" seru anak-anak seisi kelas.

"Maaf ya Ibu lama, barusan abis ngobrol sama Umma nya bintang pelajar" ujar Bu Atma menyunggingkan senyumnya, menggoda Baila.

Bu Atma memang sangat akrab dengan murid dan orangtua muridnya, terlebih kepada siswa aktif dan berprestasi seperti Baila.

BailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang