3

8 1 0
                                    

Susah bergerak, Baila terlalu menikmati masakan Umma yang sudah lama dirindukannya. Tapi Baila ingin segera sampai rumah, ia rindu kasur empuk juga balkon kamarnya.

"Umma, ayo pulang" Baila merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan gula-gula.

"Sebentar, Umma bereskan dulu ini"

Sepasang suami istri turun dari mobil yang diparkirkan tepat disamping mobil Abiy. Ayah dan Ibu, Abud. Mereka tersenyum lantas mengajak bersalaman, menanyai kabar kami.

"Aduh telat, baru saja kami selesai makan" sapa Umma.

"Gak papa Umma, kami baru saja makan diluar" ujar Ibu Abud yang usianya dibawah Umma.

Abud tersenyum melihatku yang bersalaman dengan Ibu dan Ayahnya.

"Umma" panggil Abud.

"Iya, Bud?"

"Boleh minta tolong?"

Semua menatap Abud heran, juga penasaran, bertanya-tanya, kata tiba-tiba apa yang akan Abud ucapkan pada Umma?

"Minta tolong apa, Bud?" tanya Umma ramah.

"Bilangin sama Biya, selamat, bintang pelajar lagi" ujarnya.

Semua tersenyum, kecuali Baila.

Baila protes "Kan tadi udah ngomong"

"Sekali lagi" Abud menegaskan.

"Biya bintang pelajar lagi? Yaampun Umma sama Abiy punya anak pinter banget ya" kata Ayah.

"Engga ko Ayah, Abud juga bintang kelas" sangkal Baila.

Jam tangan hitam yang ia pakai, kemudian sedikit diangkatnya. Baila melirik jam tangannya. Pukul dua.

"Umma, ayo" Baila kembali merengek, bahkan sekarang terdengar seperti bayi yang meminta jatah ASI.

"Manja" bisik Abud.

"Kamu kenapa terburu-buru? Ada urusan lain?" tanya Umma baik-baik.

"Tidak, Umma" skakmat.

Baila hanya tak ingin berlama-lama dalam situasi ini. Ini zona nyamannya dan ia tak mau terlalu larut menikmatinya. Ini hanya ilusi, yang selalu samar. Sedikit terang, kemudian redup kembali. Tapi hari ini, tetap harus dinikmati. Sebagai mana harusnya. Hidupku hari ini, bukan kemarin ataupun esok. Gumamnya. Lagi pula ini hari terakhirnya disini, sebelum ia menghadapi liburannya. Ah tidak, mungkin lebih tepat, kesendiriannya.

Ibu berusaha mencairkan suasana yang sebelumnya hening "Rencananya liburan kali ini kemana Umma?"

"Belum tau, Biya juga belum minta kemana-mana"

"Mau liburan bareng?" celetuk Abud semangat.

"Enggak" sangkal Baila lebih semangat.

"Gaboleh nolak rezeki"

"Emang kita mau liburan kemana, Bud?" tanya Ibu heran.

"Gatau" Abud terkikik pelan.

Baila hanya mendengus kesal, kenapa makhluk menyebalkan itu selalu berulah dihadapannya?

Ke-so tahu-annya muncul "Ke Bogor aja yuk, Bu, udah lama juga kita gak kesana"

"2 minggu yang lalu Ibu sama Ayah baru aja dari sana. Kamunya aja yang gak tau" sambil geleng-geleng, Ibu menghela nafasnya sangat dalam.

"Ya mana Abud tau, kan Abud disini" elaknya.

"Lagian Biya gamau liburan kok Bu, Umma, mau dirumah aja"

"Ya paling sesekali keluar sama Abang, ke tempat yang deket-deket aja" lanjutnya.

"Teman-temanmu? Gak ada yang merencanakan buat liburan bareng?" tanya Abiy.

Biasanya memang Baila dan teman-temannya selalu meluangkan waktu untuk mereka bertemu di sela-sela liburannya. Merencanakan untuk sekedar berkumpul dititik tengah mereka. Tapi liburan kali ini, mereka tidak akan melakukannya.

Senyuman Baila mengembang "Enggak Biy, Biya yang gak bolehin kita liburan bareng" dibalas dengan tatapan heran semua yang ada disana.

"Gini gini, inikan liburan terakhir kita disini Biy, Biya pengennya kita sama-sama nikmatin liburan kita aja, juga, biar nanti pas balik kesini berasa kangennya banget-bangetan" jelas Baila cengengesan.

"Ada saja ide kamu ini" Abiy terkekeh.

"Salah gak, Biy?" tanya Baila ragu.

Giliran Abiy yang tersenyum "Selama yang lain gak keberatan, ya gapapa"

"Hmmm.. Kalo Abud, rencananya pengen liburan kemana?" tanya Umma penasaran.

"Kemana ya Umma?" bola matanya menyapu sudut kiri dan kanannya.

"Kalo pengennya liburan bareng keluarga Umma, boleh?" celetuk Abud.

"Abuuuuuuuuud!" gerutu Ibu yang sekarang tangannya sudah berada di kuping Abud, siap memelintirkannya.

Umma hanya terkekeh mendengar perkataan Abud, pun Abiy. Ayah Abud hanya geleng-geleng melihat tingkah anaknya itu, nampaknya sudah biasa melihat pemandangan seperti itu.

"Kan Umma sama keluarga gaada rencana liburan kemana2, Bud" Umma tersenyum.

Ia melengkungkan bibirnya kebawah "Ohiya lupa Umma"

"Abud bawa barang-barang dulu ya, takut keburu sore" pamit Abud yang disambut dengan anggukan semua yang ada disana.

"Ayah, tolong bukain kunci mobil, Ibu mau ambil barang sebentar" pinta Ibu yang berjalan menuju pintu depan mobilnya.

Ibu kembali dengan paper bag berukuran sedang berwarna hitam putih ditangannya.

"Ini, buat bintang pelajarnya Ibu" ujar Ibu yang menyodorkan paperbag tadi kepada Baila.

"Ibu, repot-repot, pasti deh tiap mau liburan gini ibu kasih rezeki buat Biya"

"Makasih ya, Bu, semoga Allah bales kebaikan Ibu" ucap Baila menerima hadiah yang Ibu berikan untuknya disambut dengan pelukan hangat dari Ibu.

"Dipake ya nak, semoga suka"

Mata Baila bercahaya, penuh semangat "Pasti suka, Bu"

Abud kembali dengan ransel hitam yang ia gendong sebelah tangan dan satu tas tentengan berwarna abu di tangan satunya. Tak ketinggalan dengan senyum menyebalkannya.

"Langsung pulang, Bu?" tanya Abud.

"Kita ke rumah nenek sebentar"

"Umma, kami pamit duluan ya" ucap Ibu yang menyodorkan tangannya untuk bersalaman pada Umma dan Baila.

"Buru-buru banget, padahal ngobrol dulu aja disini"

"Iya Umma, Rani harus jenguk mama, lagi sakit katanya" jelas Ibu.

"Oh yasudah kalo begitu, titip salam untuk Bu Husna ya"

"Iya Umma, Insyaallah nanti Rani sampaikan" balas Ibu tersenyum bersambung dengan senyuman dari Ayah dan Abud.

"Umma hati-hati ya" ujar Abud.

"Kenapa?" tanya Umma heran.

"Gapapa Umma, hati-hati aja"

Semua geleng-geleng mendengarnya.

"Assalamualaikum" pamit keluarga Abud.

"Waalaikumusaalam, hati-hati" diiringi lambaian tangan Umma kepada mereka.

🕊️🕊️🕊️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang