Part 8

10.6K 1.8K 348
                                    

Keira menutup kotak perhiasan yang berselimutkan beludru merah dengan hati-hati. Di dalam kotak itu ada sepasang anting-anting mutiara Tahiti grade A+ yang sudah diincarnya sejak lama. Ia menabung selama tiga bulan penuh untuk bisa memiliki mutiara laut yang berwarna hitam berkilauan ini. Mutiara ini ia beli sebagai hadiah ulang tahun untuk ibunya. Beberapa bulan lalu, ibunya memang sangat menginginkan mutiara berwarna hitam seperti yang dikenakan oleh teman arisannya, Bu Nyoto. Saat itu ibunya mengatakan kalau ia menginginkannya karena warnanya yang unik. Ibunya memang sudah memiliki kalung mutiara sebelumnya. Hanya saja warnanya putih. Keira mencatat keinginan ibunya itu dalam hati dan berjanji bahwa ia akan membelikannya apabila ia mempunyai rezeki berlebih. Akhirnya ia bisa juga mewujudkan keinginan ibunya dengan memberikannya sebagai kado ulang tahun. Kerja kerasnya membuahkan hasil.

Keira mengikatkan pita kemasan yang cantik untuk memperindah bingkisannya. Ibunya pasti akan senang sekali. Dan kalau ia beruntung, siapa tahu ibunya akan memeluknya sambil mengucapkan kata terima kasih. Ibunya itu adalah type seorang ibu yang tegas dan sangat jarang menunjukkan perasaannya. Melihatnya sekedar tersenyum saja susah. Makanya ia akan merasa sangat beruntung apabila mendapatkan seulas senyuman tipis ibunya. Bonus pelukan kalau mood ibunya sedang membaik. Semoga saja nanti ibunya bahagia. Untuk melengkapi kebahagiaan ibunya, ia juga membelikan cake black forest yang sudah di pasangi lilin warna warni agar hari ulang tahun ibunya menjadi semakin meriah.

Keira melirik jam dinding berbentuk hati di kamarnya. Pukul enam sore. Sebaiknya ia bersiap-siap berangkat sekarang. Ia takut kalau nanti terjebak macet. Ibunya menyuruhnya datang pada pukul tujuh malam dengan tambahan kata-kata, jangan sampai telat. Ada acara makan malam kecil-kecilan katanya. Keira senang sekali saat ibunya mengundangnya. Bukan karena acara makan-makannya. Tapi karena ia kangen berkumpul dengan kedua orang tuanya. Jarang-jarang mereka mengundangnya seperti ini. Ia jadi merasa spesial karena kehadirannya pasti akan ditunggu-tunggu. Dengan hati-hati ia menyelipkan kado untuk ibunya ke dalam tas. Mengecek dompet dan ponselnya sekali lagi, baru 'lah ia keluar dari kamar. Ia nyaris bertabrakan dengan Panji di ambang pintu. Sepertinya Panji ingin masuk ke dalam kamar di saat ia ingin keluar.

"Mau ke mana?" Dua patah kata.

"Ketempat ibu," balasan yang setara bukan?

"Ada keperluan apa?" Tiga patah kata.

"Ibu ulang tahun," kalimat singkat dibalas kalimat singkat. Hasilnya? Hambar.

"Ayo, saya antar.

Tumben. Signalnya lagi bagus ini.

"Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kedua orang tua kamu."

Nah kan? Sesuai dengan dugaannya. Pasti ada udang dibalik tauco cabe ijo. Tapi ia senang. Ia berasumsi bahwa Panji ingin membahas mengenai masalah perceraian mereka dengan kedua orang tuanya. Bagus. Semakin cepat dibicarakan, semakin cepat eksekusi akan dilakukan bukan? Ini adalah saat yang ia tunggu-tunggu. Ibunya waktu itu mengatakan kalau ia akan menerima dirinya kembali, hanya jikalau Panji memulangkannya. Itu artinya ibunya tidak akan punya alasan lagi untuk menolak keinginannya.

"Ayo kalau begitu. Sebentar, saya mengabari Robin dulu. Kasihan nanti dia capek bolak balik untuk hal yang sia-sia." Seperti biasa, omongannya hanya dianggap angin lalu. Keira mengetik beberapa patah kata. Belum juga chatnya di read, Robin sudah meneleponnya.

Ibu nggak jadi pergi?

"Jadi, Rob. Saya di antar sama Mas Panji."

Ohhh.

Keira nyengir mendengar suara sengau Robin saat mengucapkan kata oh. Pasti Robin merasa aneh juga. Antara percaya tidak percaya juga. Lihatlah. Bahkan seorang supir saja menyangsikan ketulusan suaminya.

AIR MATA YANG KUTUMPAHKAN ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang