Part 9

11.8K 1.7K 359
                                    

"Kamu jangan kurang ajar sama orang tua ya, Ra? Apa maksud kamu menyindir-nyindir Ibu seperti itu?" Ibunya memelototinya. Selama ini ia memang selalu diam setiap kali dipersalahkan. Melihatnya melawan seperti ini, pasti membuat kesal ibunya.

"Waktu itu kan Ibu sama sekali tidak tahu kondisi rumah tangga kamu. Ibu pikir ada campur tangan orang ketiga dalam rumah tangga kalian. Makanya Ibu ingin agar kita mencari solusinya. Tapi ternyata masalahnya bukan di orang lain bukan? Tapi di antara kalian sendiri."

Keira tersenyum di antara kabut yang menggelayuti matanya. Ia sedih. Ia sedih bukan karena akan bercerai dari Panji. Ia sudah siap lahir batin untuk itu. Tapi ia sedih karena ibunya begitu kentara membedakan kasih sayangnya. Dari mereka kecil selalu saja seperti ini. Dijadikan kambing hitam. Hanya karena ia tidak pandai berurai air mata dan menangis tersedu-sedu seperti Keshia, maka ia lah yang selalu disalahkan apabila mereka berdua berselisih.

Kamu apakan adikmu sampai menangis seperti itu, Ra?

Jadi kakak kok ya nggak mau ngalah sama adiknya?

Awas ya, kalau Ibu melihat adikmu menangis lagi?

Kilasan-kilasan masa lalunya berkelebatan dalam benaknya. Setiap adik kembarnya ini menangis, ibunya pasti menyalahkannya. Padahal yang salah ya adik kembarnya sendiri. Setiap adiknya menginginkan mainan kepunyaannya, maka ia wajib memberikannya pada adik kembarnya. Menurut ibunya, seorang kakak itu harus mengalah pada adiknya yang lebih kecil. Padahal selisih usia mereka itu hanya tujuh menit! Tujuh menit yang harus dibayar dengan tanggung jawab sebesar itu di punggungnya. Bayangkan!

"Lagian adik kamu juga sudah berbaik hati mencoba memberikan kebahagiaan buat kamu. Adikmu itu menyayangi kamu, Rara. Sedari kecil Sasa terus saja kamu curangi, tapi Sasa tetap menyayangi kamu bukan?" Kata-kata ibunya sontak membuat Keira menatap miris Keisha. Mencurangi Keisha? Tidak dicurangi saja sudah syukur alhamdullilah. Bagaimana mungkin ia bisa mencurangi orang selicik adik kembarnya ini. Sesungguhnya Keisha ini terus memfitnahnya sehingga ibunya selalu salah paham padanya. Tapi setiap ia menjelaskan permasalahannya, ibunya selalu lebih mempercayai Keisha. Karena apa? Karena Keisha memang jago mengeluarkan air mata sewaktu-waktu apabila di perlukan. Ia kerap bertingkah sebagai korban yang teraniaya. Makanya ibunya acap kali jatuh kasihan melihatnya.

"Kamu ingat saat kamu memecahkan vas bunga, di mall sewaktu kalian SMP dulu? Sasa kan yang kamu tuduh? Saat kamu mencuri uang arisan Ibu? Sasa juga kan yang menggantinya? Ia sampai bekerja serabutan supaya bisa mengganti uang yang kamu curi itu. Adikmu berkorban banyak untuk kamu! Jadi jangan berani-beraninya menyindir-nyindir adikmu lagi. Mengerti kamu, Ra?"

Keira lagi-lagi tersenyum manis. Padahal hatinya sudah hancur lebur tidak berbentuk lagi. Keisha selalu saja berhasil membuatnya dibenci oleh ibunya sendiri. Vas yang pecah di mall, memang jelas-jelas dia sendiri lah yang secara tidak sengaja menyenggolnya. Tetapi pada ibunya ia mengatakan kalau ia lah yang merusaknya. Masalah uang arisan ibunya yang dicuri? Keshialah pelakunya. Ia mencuri karena ingin menraktir teman-teman sekelasnya pada hari ulang tahun mereka berdua. Waktu itu mereka berulang tahun, dan teman-teman sekelasnya minta ditraktir. Keshia yang gengsinya tinggi, akhirnya mencuri uang arisan ibunya demi gengsi. Pada saat ketahuan, Keshia menuduhnya dan mengatakan semua kebalikannya. Demi meyakinkan ibunya akan kebaikan hatinya, Keshia bekerja paruh waktu di toko kue. Ia berusaha mengganti sebagian uang yang ia habiskan. Ia juga meminta ibunya untuk tidak menyalahkannya lagi. Kasian Rara katanya. Adiknya memang sudah bermental kriminal sejak remaja. Mengerikan!

"Terlepas dari apapun masalah rumah tangga Rara, menurut Ibu, kehadiran Sasa sebelum Rara dan Mas Panji bercerai itu sebutannya apa?"

Ibunya terdiam. Tetapi Keisha terlihat panas. Tangan terus menerus mengepal saat mendengar kalimat-kalimat tajamnya. Sepertinya akting menjadi orang baik-baik itu sangat menguras energinya.

AIR MATA YANG KUTUMPAHKAN ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang