Nara menyapu perona pipi berwarna merah untuk mempercatik penampilannya. Rambut panjang yang dulu pernah dimilikinya kini dipotong menjadi rambut bob karena ingin memberi kesan segar di wajahnya yang menua.
Kecantikannya di masa lampau masih terlihat jelas meski sedikit kerutan kerap menganggu percaya dirinya. Siapa yang tak mengenal kim Nara, wanita seksi yang hangat dan murah senyum.Kelebihan yang dimilikinya itulah penyebab mengapa ia terkenal di antara karyawan lain di cafe yang sudah berdiri lebih dari lima belas tahun. Nara menolak jabatan lebih tinggi karena ia tidak ingin dibatasi saat barinteraksi dengan pelanggan yang sebagaian besar sudah dikenalnya.
Ia punya beberapa pelanggan tetep yang hanya bersedia dilayani oleh dirinya. Seperti Tung Shin yang selalu datang bersama teman temannya. Pengusaha kaya raya itu suka menghabiskan waktu hingga dini hari untuk mabuk dan bersenang senang.
Nara menghebuskan nafas melihat tumpukkan gelas dan puluhan botol soju berserakan di antara meh cafe lengkap dengan pria pria yang sudah tidak sadarkan dirinya. Beberapa dari mereka bahkan sudah terakhir di lantai dan mrndengkur dengan pulsanya. Nara menepuk pipi mereka agar membuatnya tetap terjatuh.
"Hey, kau... Apa yang sedang kau lakukan di sana, cepat kesini temani aku," teriak seorang pria dari arah sudut yang sudah mabuk berat.
Nara mengacuh panggilan tersebut lalu bergegas membereskan gelas dan botol yang berserakan. Malam ini dia berhasil menjual banyak minuman kepada para pelanggannya, itu berarti komisi yang di terima akan semakin bertahan.
"Hei, Nara! Kenapa kau sudah membersihkan mejaku! Aku belum selesai minum bodoh!" celoteh pria bertubuh gemuk salah satu dari tamu yang tadi dilayaninya.
"Tuan, jangan sampai kau tertidur di sini! Cepat pulanglah!!" hardik Nara membalas ucapan pria yang sudah mabuk dihadapanya.
"Kau selalu dapetin ini tarhadapku, Nara! Apa salahku?" lanjutnya lagi saraya mencoba menarik tangan wanita yang berdiri di dahapanya.
Nara menghentakkan tangan pria tersebut dengan keras. Ia tidak suka jika bagian tubuhnya disentuh oleh pria hidung belang yang setiap malam menghabiskan waktunya dengan cara memabuk-mabuk.
"Cepat pulang sana! Jangan merepotkanku lagi," tegur Nara sambil mengangkat gelas kotor dan menbawanya ke dapur.
Jam sudah beranjak di angkat tiga dini har. Tamu yang datang sedikit demi sedikit mulai berkurang. Sebagaian dati area cafe sudah sejak tadi dibersihkan. Nara berulang kali melirik ke arah pintu masuk mengecek kenapa orang yang sejauh tadi ditunggunya belum juga tiba.
Selang setengah jam kemudian masuknya tiga orang wanita paruh baya berdandan seperti kayaknya artis terkenal. Dua di antara mereka tampaknya sudah tidak sadar karena penggaruh minuman dan mengoceh seperti layaknya orang mabuk.
"Pergi kemana kalian sebelum datang kesini?" tanya Nara seraya memberi segelas air putih dingin berharap kesadaran kedua temanya putih.
"Jangan tanya kamidri mana karena yang lebih penting malam ini aku tak mau kalah seperti malam kemaren," tukas wanita berambut keriting berwarna coklat yang biasa Nara panggil Eunbi.
Nara tertawa kencang mengingat kemarin adalah malam keberuntungannyaa hingga berhasil memengkan 10 ribu won dalam waktu singkat. Karena itulah ia yakin malam ini keberuntungan akan kembali menjadi berpihak kepadanya.
Ia menyerahkan hasil yang diterimanya sebagai modal untuk pertarungan berikutnya.
"Kali ini aku pasti menang," teriak Nara senang.
"Jangan sombong dulu teman," cibir wanita berambut pendek lalu mulai mengocok kartu dan dibagikan kepada ketiga temannya.
Ia menyeringai sinis memandang Nara yang tampak tidak sabar untuk segera mencoba kembali peruntunganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIREKTUR JEON
RomansKim Hyura tidak pernah bermimpi mendapatkan seorang pria sempurna dalam hidupnya. Ia hanya meminta Tuhan mengirimkan seorang pria yang melimpahinya dengan kasih sayang yang tidak pernah di rasalannya sepanjang usia. sayangnya kim samuel dan jeon jun...