Gamaliel Wiruna adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tubuhnya tinggi dan sedikit jangkung dengan warna rambut cokelat keemasan, hasil genetika dari neneknya yang berdarah Prancis. Kulitnya yang bersih meskipun sering terpampar sinar matahari karena suka berolahraga.
Ayahnya bernama Erique Wiruna dan ibunya bernama Seraphine Hanaya Wiruna. Erique Wiruna berbadan besar. Bukan, bukan berlemak. Erique muda seringkali berenang sehingga bentuk tubuhnya tinggi dan besar. Rambutnya berwarna cokelat dengan mata hitam keabu-abuan, genetika dari ibunya.
Sedangkan Seraphine, istrinya, merupakan wanita yang terlahir dari keluarga Indonesia tulen. Rambutnya kemerahan dan bola matanya berwarna cokelat. Seraphine bertubuh langsing karena senang menjaga kondisi dan bentuk tubuhnya dengan baik.
Kakaknya bernama Genevieve Wiruna dan abangnya bernama Gustave Wiruna. Kakak dan abangnya adalah kembar yang hampir identik. Genevieve dan Gustave memiliki warna rambut merah seperti Seraphine. Kulit mereka putih kemerahan seperti orang-orang blasteran biasanya. Tinggi semapai, mata kecokelatan.
"Papa pergi kerja dulu ya, baik-baik kalian di rumah." ujar Erique di pagi hari saat keluarganya masih sarapan.
Erique merupakan seorang pengusaha kaya raya. Tak heran, Erique seringkali sibuk karena pekerjaan-pekerjaannya. Ia memiliki watak yang lembut dalam mendidik anak-anaknya, beda dengan Seraphine yang sedikit keras. Erique seringkali berdebat dengan istrinya dalam mendidik anak-anaknya.
"Iya, pa. Cepet pulang ya." ujar Genevieve sambil duduk, ingin sarapan di meja makan.
Erique langsung keluar rumah, menyalakan mobil, pergi bekerja.
Seraphine tak kalah sibuk dengan Erique. Ia juga memiliki usaha sendiri, yaitu sebuah kafe. Namanya 'The Floss'. Cabang kafenya sudah mencapai 15 cabang yang membuat Seraphine tak kalah sibuk. Erique dan Seraphine adalah sepasang suami istri yang cocok dalam finansial, tetapi tidak dengan relasi. Mereka terlalu sibuk dalam menangani pekerjaan, tetapi lupa akan kebahagiaan dengan keluarga mereka. Itulah mengapa, Genevieve, Gustave, dan Gamaliel sudah biasa ditinggal dan tidak diacuhkan kedua orang tuanya.
"Gam, gua cabut ya sama temen. Nongkrong di Mall Samudra." ujar Genevieve, sedang bersiap-siap untuk pergi dengan teman-temannya.
Genevieve lebih sering berpergian dengan temannya untuk mengisi kekosongan waktu.
"Gua juga ya, ke futsal, sparring." ujar Gustave.
Gustave juga lebih memilih olahraga dengan teman-temannya.
Gama hanya mengangguk, datar. Dia selalu menjadi anak bawang, tinggal di rumah.Tetap ramai sih, tiga mbak dua pak supir. Namun, tetap saja, Gama seringkali merasakan kesepian. Gama langsung masuk ke kamar dan menyendiri seperti biasa.
Gama adalah anggota keluarga paling ramah dibanding yang lain. Dia yang paling sering bercengkrama dan tertawa dengan Mbak Fei, Mbak Sela, Mbak Dini, Pak Slamet, dan Pak Wiro.
Gama juga sering masak di rumah. Terkadang Gama juga sparring futsal dengan teman-temannya atau basket, namun tidak separah Gustave. Gama juga sering mengundang teman-temannya untuk bermain ke rumah. Tetapi, Gama tidak hanya membutuhkan relasi yang baik dengan teman. Dia butuh keluarga yang utuh. Keluarga yang benar-benar menyatakan arti kasih sayang. Keluarga yang tidak cuma berkumpul saat liburan ke luar negeri, itupun masih dengan keegoisan masing-masing.
****
"Gama, kamu SMA nanti mau dimana?" ujar Seraphine kepada Gama yang sedang memainkan playstation-nya.
"Entah, ma, nanti Gama tanya temen dulu." Jawab Gama, masih asik dengan game nya.
"Tante Fiona bilang, si Charles mau masuk ke SMA Dalmore III, kamu situ juga kali ya?" ujar Seraphine sambil membaca majalah-majalah Vogue.
"Yaudah, biar ada temen." ujar Gama.
Mengingat bahwa semua teman satu gengnya rata-rata memilih pindah sekolah ke luar negeri. Tinggal Gama dan Charles yang menetap di Indonesia.
****
"Char, lu di SMA apa namanya?" ujar Gama, ketika menelfon Charles setelah bermain.
"Dalmore III, kenapa emang?" Charles menjawab.
"Ah, iya, itu. Bareng yok ke sekolahnya nanti?" ajak Gama.
"Aman, Gam. Siapa bawa mobil?"
"Gua aja, besoknya lu."
"Oke oke. Eh, main yuk? Futsal di Lapangan Blok R?" tanya Charles yang membuat Gama senang.
"Oke."
Yes! Bisa nge-futsal bareng temen!
Gama menutup telefonnya, langsung berganti baju dengan baju futsalnya.
"Ma, Gama main futsal yaa.." Gama berteriak sambil mencari tas olahraganya.
"Lho, yang jaga rumah siapa dong?" Seraphine menjawab dari kamarnya.
"Ma, Gama kan jarang keluar rumah."
"Ya, justru itu." Seraphine menghentikan membaca kertas-kertas berisi keuangan kafenya.
Seraphine mendatangi Gama yang masih sibuk mencari perlengkapan-perlengkapan futsalnya.
"Ma, masa Gama ga boleh?" ujar Gama, berdiri tegak melihat Seraphine yang berdiri di ambang pintu kamar Gama.
"Mama bentar lagi mau kerja, Genevieve dan Gustave masih di luar, papa apalagi. Kamu mau rumah ini kemalingan?" ujar Seraphine, bernada curiga.
"Ma, kan ada mbak sama Pak Slamet. Toh juga aman kok, ada satpam cluster. Please, ma, hari ini aja."
"Gak, Gama. Kamu suruh aja temen-temen kamu main ke rumah daripada kamu keluar." Seraphine memaksanya untuk tetap tinggal di rumah.
"Ma!" Gama sedikit membentak Seraphine dengan melemparkan tas olahraga yang biasa ia bawa untuk futsal.
"Gama! Kamu mulai berani melawan mama!" Seraphine yang terkejut, tidak mau kalah membentak.
"Mama juga berubah, sekarang menjadi gila kerja semenjak kafe mama terkenal!"
YOU ARE READING
découvrir
Lãng mạnPaus kecil itu benar-benar ada. Tepat pukul lima, ia menampakkan dirinya ke permukaan. Paus kecil, sedang mencari oksigen, melompat. Kay benarbenar takjub melihat pemandangan tersebut. "Itu emang paus liar kok. Dulu pas kecil, bokap gua pernah cerit...