Kayla Gelora

18 1 2
                                    

Di sebuah gubuk kecil, seorang anak perempuan berumur 5 tahun menjerit histeris. Ia melihat ayahnya terus-menerus memukul ibunya sampai darah keluar dari mulutnya.

"Dasar wanita jalang! Beraninya kau menyakiti dia!"

"Mas, akulah istrimu. Apa yang kurang dari aku, mas? Kenapa mas harus sampai selingkuh dengan wanita lain yang aku gatau dia siapa."

"Diam kau! Dialah majikan ku selama ini! Dia selalu ngasih aku duit yang banyak! Udah? Dan kau? Bahkan uang dari dagangan gorengan mu itu aja ga cukup untuk makan kita dan Sera! Aku gak lagi butuh seorang wanita seperti mu yang seperti sampah!"

Tarjo pun kembali memukul Rini tanpa henti-henti. Bahkan Rini sampai terseok-seok ke arah kamarnya, ingin menyelamatkan diri. Namun Tarjo menarik rambut Rini, memukulnya kembali.

Tarjo tidak lagi memiliki sifat kemanusiaan karena Rini menangkap basah ia dan majikannya, Bu Dalia, yang sedang bercumbu di halaman rumah. Rini menampar Bu Dalia dan ada pertengkaran sengit antara mereka. Tarjo langsung melerai dan membawa Rini pulang ke rumah.

Dari jam 4 sore sampai 7 malam, Tarjo tidak berhenti-hentinya menyiksa istrinya. Rini terus-menerus memuntahkan darah dari mulutnya, menatap Sera yang sedari tadi menangis, ingin menyelamatkan ibunya.

"Ayah, jangan sakiti ibu. Ayah adalah ayah yang baik. Ayah tidak pernah memukul." Sera menarik baju Tarjo, menangis, dan memohon-mohon.

"Diam kamu! Jangan berani-berani kamu ngomong atau aku juga ikut mukul kamu!"

Sera kecil begitu ketakutan. Ia yakin bahwa saat ini, ayah yang selama ini ia kenal sudah tidak ada. Sera melihat ibunya sudah terkapar dilantai dengan lemah. Rini sudah pasrah dengan keadaannya. Ia yakin, sebentar lagi waktunya akan habis. Sera pun berlari keluar rumah, berteriak diluar.

"Tolong, ibu saya di pukul ayah sampai berdarah!"

Sera berteriak sambil lari dari rumah. Ia berlari sekencang mungkin karena ia tahu, sebentar lagi ayahnya akan mengejarnya. Tarjo yang mendengar itu semakin marah. Ia langsung meninggalkan Rini yang terkapar di lantai dan mengejar Sera yang sudah berlari.

Sera menangis ketakutan. Ia terus mencoba sekuat tenaga berlari, dengan kaki tidak beralaskan sendal, dengan kaus dan celana pendek lusuhnya, berlari. Ia tidak tahu tujuannya kemana, yang jelas ia ingin semua orang tahu bahwa ia sedang membutuhkan pertolongan.

Tiga kilometer kedepan, ia melihat sebuah pos satpam yang biasa menjaga sebuah perumahan elit dekat gubuknya. Sera terus berteriak dan berlari sambil menangis.

"Pak satpam, ibu saya dibunuh bapak saya!" Dua pak satpam tersebut mendengar kata-kata Sera, langsung ikut berlari ke arah Sera. Celakanya, Sera kecelakaan.

****

Anak perempuan itu membuka matanya. Di hadapannya, hanya ada seorang perawat yang sedari tadi merawatnya.

"Kamu sudah sadar diri?"

Anak itu mengangguk. Ia merasakan sakit di kepalanya.

"Kamu ingat namamu siapa?" perawat itu kembali menanyakan kepada anak tersebut.

Anak itu menggeleng. Siapa aku? Dimana aku? Anak itu bingung. Ia benar-benar tidak ingat apa-apa.

Perawat itu memanggil dokter. Tak lama kemudian, seorang dokter datang dan menghampiri anak perempuan ini.

"Ia kehilangan ingatannya."

découvrirWhere stories live. Discover now