BAB 14

905 106 12
                                        

Bintang duduk di depan Bu Vina. Cewek itu tidak mau memandang ke depan. Bukan karena takut, tapi ia berusaha menahan tawanya ketika melihat alis kasablangka Bu Vina.

"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Bu Vina dingin.

"Enggak ada, Bu." Bintang masih menghadap bawah.

Keduanya diam sejenak, larut dalam pikiran masing-masing. Sebelum akhirnya Bu Vina memulai pembicaraan.

"Ini hari terakhir kamu buat ngumpulin apa yang Ibu suruh. Kalau kamu tidak berhasil, ingat perjanjian kita. Pukul 6.10 kamu harus sudah ada di sekolah. Lebih dari itu kamu harus bersihin semua toilet. Tapi kalaupun kamu nolak dan memilih masuk seperti biasa...." Bu Vina diam sejenak. Ia menatap Bintang misterius. "Orang tua kamu akan di panggil kepala sekolah."

Bintang melototkan matanya. "Perjanjian kemarin gak gini, Bu."

"Sudah, kamu tidak usah melawan. Ibu tunggu sepulang sekolah. Kalau kamu tidak bisa mendapatkan dua lagi, Ibu anggap kamu gagal."

Bintang mengangguk lalu pergi keluar. Di luar ternyata ada Caca yang menunggunya.

Bintang sudah tahu kalau Caca akan membahas tentang keputusannya. Apakah akan tetap menjadi bagian dari The Viber ataukah keluar.

Bintang mengisyaratkan kepada Caca agar mengikutinya.

"Kenapa?" tanya Bintang dingin.

"Emm... Caca mau tetap jadi The Viber," ucap Caca gugup, mengingat betapa seramnya mimik wajah Bintang sekarang.

"Trus?"

"Ya, Caca harap Kak Bintang mau nerima Caca lagi."

Bintang menaikkan sudut bibirnya, membentuk senyuman kecut.

"Dateng ke rumah gue nanti malam!" Bintang lalu pergi meninggalkan Caca yang masih diam kebingungan.

Argh, apapun itu, caca akan melakukannya agar ia bisa di terima lagi sebagai The Viber. Karena setelah temannya tau kalau ia sudah menjadi bagian dari The Viber, tak ada satupun yang berani membully nya lagi.

The Viber, sebuah geng terkenal yang tak sembarang orang bisa masuk. Terkenal bukan hanya di SMA Pelita, namun seluruh sekolah yang ada di kota. Mempunyai anggota yang berasal dari sekolah yang berbeda. Sering di kelilingi oleh cowok-cowok keren, tajir melintir.

¤¤¤¤

"Gimana tadi Ntang?" tanya Jessica sambil merapikan rambutnya.

"Batesnya hari ini. Tu dua cowok songong amat sih, ngasih begituan aja pelit banget! Ganteng juga enggak!" ketus Bintang.

"Yaudah sih, masih ada waktu. Lo samperin aja."

Bintang berdiri dari tempat duduknya, memandang Jessica sinis.

"Gila lo, ya? Dia jelas-jelas udah ngatain gue cewek murahan di depan semua temen kelasnya. Kalo gue dateng lagi ke dia, mau di katain apa lagi gue sama dia? Mikir dong lo!"

Jessica diam, ia memikirkan cara agar Bintang bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun nihil. Otaknya tak bisa berpikir untuk sekarang ini, karena kepalanya pusing memikirkan jawaban mate-matika tadi.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang