Prolog

48 4 0
                                    

Brak

"Mana barang yang gue minta?!," Gebrakan dan bentakan sudah menjadi asupan sehari hari bagi Eisha di sekolah, bahkan ia sudah bosan mendengarnya. Dan, yang hanya bisa ia lakukan hanya diam, datar, dan menggeleng.

Grep

"Akhh..," Hingga sebuah tangan besar tiba-tiba hinggap di kepala Eisha dan cukup membuat sang empu meringis karena, menahan sakitnya jambakan di rambutnya.

"Lo mau main-main sama gue?!"

Matteo Cakrawala. Yah, dialah pelaku yang membuat Eisha kesakitan.

"A-aku gak b-bisa melaku-akhh," Eisha tak bisa melanjutkan kalimatnya karena tarikan di rambutnya semakin erat.

"Gue gak peduli, yang penting besok lo harus bawa barang itu ke hadapan gue. Kalo lo gak bawa, lo celaka," ucap Matteo seraya mengeratkan genggaman di kepala gadis itu dengan seringai mengerikan khasnya.

Setelah Matteo berucap, kepala Eisha terasa lebih longgar karena Matteo melepaskan genggamannya. Meskipun, dengan cara menghempaskan kepalanya setidaknya kepalanya terasa sedikit ringan.

Matteo segera berbalik badan dan melangkah pergi. Eisha yang melihat kepergian Matteo hanya terdiam.

Dengan mata yang mulai berkaca kaca, Eisha menekan dadanya kuat kuat berharap rasa sakit di dadanya berkurang, Jangan sekarang, Eisha mengucapkan berkali kali dalam hatinya.

Tanpa sadar air mata Eisha meluncur tanpa komando."Ya Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali....," lirih Eisha seraya menekan dadanya.

Di kesepian taman belakang sekolah, Eisha menumpahkan rasa sakitnya. Karena, jam sekolah sudah lewat dan sekarang sudah menjelang waktu senja, Eisha tak perlu khawatir jika ada yang mendengar tangisannya.


***


TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CominciamoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang