chapter 3

2.7K 43 2
                                    

Dirumah sebesar ini hanya ada Naza dan Saga bersama satu orang asisten rumah tangganya, mbok Ijah. Membuat gadis itu bosan dan tidak tahu harus apa. Dia tidak bisa pergi karena perutnya masih sakit. Tapi dia juga enggan melihat Saga dirumah. Dan pada akhirnya dia hanya menghabiskan waktu dipinggir kolam renang dengan kedua kakinya berada di dalam kolam.

"Kenapa ?" Saga tiba-tiba datang.

"Nggak ada" Jawab Naza singkat.

Naza meleha nafas dengan tatap kosong kedepan.

"Tujuan lo sama Bunda lo apa sih? Harta Papa atau ngincer warisan Papa ?"

Sontak ucapan Naza dibalas tatapan sengit dari Saga.

"Kenapa juga harus ngincer ? Semua harta Papa juga hak Mas"

"Cih ! Mas.. Mas.. Maksa banget lo dipanggil Mas" Ujar Naza sinis.

"Biar gimana pun gue lebih tua dan lo harus hormat ke gue" Jelas Saga penuh penekanan.

"Gue heran, mau-maunya Bunda lo jadi simpenan bokap gue selama itu"

"Bahkan sebelum orangtua gue nikah"

"Kalo belum tau kebenarannya gausah ngambil kesimpulan sendiri, ngerti ?" Ujar Saga belum akhirnya pergi.

Naza menjatuhkan tubuh mungilnya ke ranjang. Dia menutup matanya, berniat terlelap sejenak. Namun, matanya kembali terbuka saat pintu kamarnya berbunyi.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk"

Ppam...

Betapa terkejutnya gadis itu saat melihat sosok didepannya. Senyum sumringah terukir di bibirnya menyambut seorang laki-laki berperawakan tinggi dan gagah yang berada diambang pintu.

"Linggaaaaaa" Teriak Naza meloncat dari tempat tidurnya untuk menghampiri sahabatnya itu.

Nathan Kalingga Raespati. Sahabat Naza dari kecil dan juga memiliki hobi yang sama. Mungkin terdengar aneh, tapi kenyataannya Naza adalah ketua geng motor dengan Lingga sebagai wakilnya.

"Lo kenapa gabisa dihubungin dari kemaren !" Cetus Lingga memeluk Naza.

Hampir saja lupa ! Betapa beruntungnya gadis itu bertemu dengan sosok
Lingga yang benar-benar mampu menjadi tonggaknya selama ini. Laki-laki itu selalu memahaminya tanpa dia harus menjelaskan semuanya.

"Nih gue bawain sarapan" Lingga menyodorkan kantong plastik berisikan bubur ayam langganan mereka.

Naza mencubit pipi Lingga gemas, lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dibantu mbok Ijah.

"Non Naza mau simbok kupasin buah apa hari ini" Tanya Mbok Ijah membuka kulkas.

"Engga usah Mbok, buatin jus jeruk aja dua"

"Oh iya Mbok, ini Lingga bawa bubur ayam tiga. Nanti dimakan ya"

"Hari ini simbok lagi pengen makan nasi goreng sambel terasi, buburnya buat sarapan Non Naza, Den Lingga sama Mas Saga aja"

"Mbok masak apa ?" Tanya Saga yang tiba-tiba datang entah sejak kapan.

"Ini ada bubur ayam dari Den Lingga, simbok siapkan di meja makan ya Mas"

Tidak ada percakapan antara tiga manusia di meja makan. Hanya ada suara sendok yang mengenai mangkuk. Hingga akhirnya Naza membuka keheningan.

"Ekhem.." Meski hanya sebatas deheman dengan ekspresi konyol.

"Ngabrut banget anj..."

"Heh !" Saut Saga dengan nada tegas.

Lingga dengan sigap menatap kearah Naza. Gadis itu cukup peka dengan maksud Sahabatnya itu.

"Apapun yang gue lakuin sama Lingga, lo engga ada hak ngelarang !"

"Boleh bercanda, tapi engga waktu makan ! Apalagi ngomong kasar"

"Sebelum ada lo, kita bebas gaada aturan"

"Dan sekarang ada Mas ! Kalian juga harus ngehargai yang lebih tua" Tegas Saga.

Prank!

Naza melempar sendoknya ke meja dan berdiri dengan emosi yang menggebu-gebu. Suasana menjadi penuh amarah.

"Lo cuma anak haram dari selingkuhan Papa ! Lo harus tau batasan" Bentak Naza melempar kata-kata kasar pada kakaknya, lalu pergi dengan keaadan marah.

DUMBASS • [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang