Bukan salahku tak mencintaimu, karena sikapmu memaksaku pergi.
—Karena Dia (Mira Putri)—🍭
Delapan tahun menjalin kasih, bertalian cinta, bertahtakan rumah tangga.
Baekhyun Biantara Abimanyu, bersumpah atas nama Tuhannya. "Wallahi saya mencintai kamu, Diana."
Begitu bunyinya. Menggempur pondasi hati yang didasari prinsip: jangan jatuh cinta, jangan percaya dengannya, cukup dua kali saja hatimu dibuat cedera. Cinta itu bulshit, Diana. Bulshit.
Tapi yang namanya Baekhyun ... dia mengaku berbeda, berlaku istimewa dengan berkali-kali mengatakan bahwa Diana sangat berharga. Tindakannya yang tak pernah kadaluwarsa memperlakukan Diana bak pasangan raja.
Oh, memang siapa Diana? Dia perempuan yang gagal berumah tangga. Dia perempuan yang berkali-kali dikecewakan oleh mereka—lelaki—yang datang meminang, mencetuskan janji untuk dilanggar, memberikan ikatan untuk dicerai, menjanjikan bahagia yang berujung nestapa.
Tapi di sini Baekhyun bukan sekadar memuja dan mengatakan cinta. Baekhyun inginkan Diana untuk menjadi pendamping hidupnya, menemani masa tuanya hingga yang jadi pemisah hanyalah karena meninggal dunia. Dia membawa komitmen untuk cintanya. Membawa serta nama Tuhannya. Wallahi, Baekhyun sungguh mencintai perempuan ini. Diana untuk menjadi istrinya.
Berkali-kali.
"Menikahlah dengan saya, Di. Buka hati kamu dan percayakan itu kepada saya."
Diana ingat betul. Semuanya. Dia ingat bagaimana usaha Baekhyun dalam merobohkan benteng pertahanannya. Dia ingat juga tahu bagaimana kuatnya pendirian Baekhyun dalam memerangi prinsip Diana yang enggan terjebak dalam cinta dan rumah tangga. Tidak satu pun di sana Diana lupa tentang Baekhyun yang memperjuangkannya.
Seluruhnya melekat dalam ingatan, terbungkus ketat dalam benaknya, sungguh mati Diana tidak lupa walau masa sudah berlalu hingga tiba di delapan tahun lamanya.
Namun kini ... Diana menarik napasnya, tertahan, mencengkeram relungnya hingga remuk dirasa ... melihat hasil dari bagaimana perbuatan suaminya.
Di sana, perempuan hamil tersedu tanpa kata yang demi Tuhan tidak Diana pedulikan. Hatinya sakit. Sekonyong-konyong perempuan itu datang bersama perut besarnya menagih pertanggungjawaban.
Siapa gerangan jika bukan Baekhyun yang dituju?
"Di, dengarkan saya—"
Yang Diana pangkas dengan gerakan tangannya, lalu menggeleng seakan memerintah Baekhyun agar merapatkan mulutnya. Sedang Diana sendiri menangis atas kehancuran hatinya.
"Begini kamu di luar, Baek?" lirih Diana menuntut jawaban.
Bagai sangkakala kematian kata maaf lah yang Baekhyun loncengkan. Ya Tuhan ... tidakkah ini menyakitkan? Sangat. Hati Diana bahkan sampai berduka karenanya.
"Tapi Di—"
"Orang lain bilang, suami aku selingkuh. Mereka bilang tentang semua keburukan kamu di belakang aku. Tapi tentu, sejak kamu meminta agar aku percayakan hatiku ke kamu ... aku dengarkan saja mereka. Aku percaya kamu, suamiku."
"Diana ..." Baekhyun tercekat, turut mengerang dalam isakan. Ada kata yang ingin disampaikan, tapi urung terhalang kenyataan.
Tetes demi tetes air mata Diana tumpah. Sekilas melirik perempuan yang menangis, menunduk dalam. Jantung Diana menderap ke lambung, sesak melihat perut wanita itu yang sedang mengandung, membawa serta hatinya yang berdarah-darah. Ingin rasanya menjerit, meneriakkan sedalam apa lukanya. Tapi tidak, yang Diana tahan-tahan cukup dengan menatap kecewa sosok suaminya. Dia kembalikan fokusnya kepada satu-satunya lelaki di sana.
Baekhyun.
Inikah pria yang dulu berhasil merobohkan pondasi prinsipnya? Inikah pria yang mengaku cinta atas nama Tuhannya? Pria yang menawarkan ikatan dan hanya bisa putus karena kematian? Tapi nyatanya ... mana?
Oh, Baekhyun ...
"Delapan tahun ...," Diana terisak, memukul dadanya yang sesak seraya lanjutkan, "... delapan tahun rumah tangga kita dan belum dikaruniai anak—ah, iya—pantas kalau kamu muak."
Yang semakin serak, Baekhyun mengiba. "Di—"
"Salahnya aku, kah?"
"Diana—"
Cukup sudah. "Kamu yang maksa aku pergi, Baek."
"Nggak, Diana. Tolong ... jangan. Demi Allah saya mencintai kamu!"
Yang tiada berarti bila mana ada perempuan lain selain Diana dalam hidup Baekhyun. Sungguh tidak berarti!
Tolong jangan buat Diana membenci, cukup merasa terluka, hatinya jangan berkeinginan untuk balas melukai.
Sejak awal Diana takut dengan pernikahan setelah gagal dua kali. Tapi Baekhyun berhasil meluluhkannya lagi. Sayang, Diana kembali dicederai. Kebas rasa hatinya kini.
Apa ada yang salah dengan pernikahan? Tidak. Tidak ada yang salah dengan itu. Mungkin karena Diananya saja yang kurang beruntung.
Delapan tahun hidup bersama, janji setia di hadapan Tuhan dalam kabulnya, tapi kabur janji dan lebur sumpahnya karena ada yang lebih sempurna.
Seperti lagunya.
Adakah karena dia yang lebih sempurna hingga engkau pergi bersama dirinya ...
🍭TAMAT🍭
Sebenernya ini tugas cerpen aku di grup kepenulisan, wkwk tapi gapapa.