⛔️ Hallo, untuk membantu aku dengan cara mendukung karya ini, jangan lupa klik ⭐️-nya, yaa! ⛔️
Selamat membaca
***
Tiga tahun yang Lalu
Lily mengunci dirinya di kamar. Ia sangat marah dengan keputusan Sintia, ibunya. Bisa-bisanya ibunya menjodohkan Lily dengan anak sahabatnya. Sungguh cerita klise namun berhasil membuatnya sakit kepala.
"Lily, tolong buka pintunya. Dengarkan Mama. Sebentar aja," ujar Sintia sambil mengetuk pintu kamar Lily berkali-kali.
"Apa lagi yang ingin Mama bicarakan? Perjodohan?! Memang Mama kira saat ini Lily hidup di zaman apa? Mama egois dan Mama harus tau itu!" Lily berseru marah dari dalam kamarnya.
"Mama tahu, Ly. Mama tahu kalau Mama egois. Ta—"
"Kalau Mama sudah tau, kenapa dilanjutkan?!" Lily berseru sekuat tenaganya.
"Dante anak yang baik. Kamu pasti bisa menerimanya dengan mudah. Dia juga lebih baik dari pada mantan kekasihmu."
"Apa maksud Mama? Apa Mama bermaksud untuk membuatku melupakan mantan kekasihku dan menyuruhku menikah dengan orang yang tidak aku kenal? Omong kosong apa yang Mama bicarakan?
"Apa Mama lupa jika perjodohan dan pernikahan Mama dan papa gagal? Akhirnya papa tetap memilih wanita itu, 'kan? Apa Mama ingin aku memiliki nasib yang sama dengan Mama? Mama harusnya lebih paham jika pilihan orangtua itu belum tentu dan tidak selamanya benar!" Lily yang marah tanpa sadar mengeluarkan semua sakit hati yang ia tahan selama ini.
"Ly, deng—"
"Kalau Mama memaksaku untuk menikah dengan pilihan Mama, aku akan pastikan jika hari pernikahanku itu akan menjadi hari pemakamanku!" Tidak. Lily tidak bisa menerima semua permintaan Sintia dengan semua trauma yang terus berputar di kepalanya.
Lily berjalan menjauh dari depan pintu kamarnya. Tidak. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapan dari Sintia.
"Ini adalah permintaan terakhir Mama, Ly." Suara Sintia terdengar parau. Namun, Lily tetap mengeraskan hatinya.
Beberapa hari setelah pertengkaran antara ibu dan anak itu, Sintia dirawat di rumah sakit karena asam lambungnya naik. Namun, kali ini kondisinya cukup parah.
Kebiasaannya menunda makan dan terlalu banyak memikirkan kisah rumah tangganya yang hancur berantakan membuat Sintia menjadi stres dan menderita penyakit lambung. Ini memang bukan yang pertama, tetapi ini adalah pertama kalinya ia sakit hingga dirawat. Hal ini akhirnya meluluhkan hati Lily yang sekeras batu.
"Ly," ujar Sintia sambil menggenggam tangan putri satu-satunya itu.
Lily ingin berteriak. Ia ingin marah karena Sintia masih saja ingin membahas masalah perjodohannya, tetapi ia tak sampai hati untuk melakukannya.
"Ada apa?" Lily memilih untuk menahan egonya.
Sintia memalingkan wajahnya dari putrinya. Ia menatap langit-langit kamar rawat inapnya dan berujar, "Satu-satunya alasan kenapa Mama bersikeras untuk menjodohkanmu dengan Dante adalah ini, Ly. Kita hanya hidup berdua. Kita bahkan tidak tahu di mana papamu saat ini. Di mana keberadaannya yang pergi begitu saja tanpa memikirkan kita.
"Karena itu, Mama berharap kamu bisa menikah. Setidaknya dengan satu orang yang bisa Mama percayakan untuk menjaga kamu. Jika terjadi sesuatu pada Mama, bagaimana? Kamu dengan siapa nanti? Siapa yang akan menjaga kamu? Kalau sewaktu-waktu wanita dan papamu itu datang dan berusahan merebut semua harta yang Mama pertahankan susah payah untuk kamu, siapa yang akan melindungimu, Ly?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE
RomanceDipertemukan lagi setelah 6 bulan berpisah, bagaimana hubungan Lily dan Dante berakhir kali ini? *** Siapa bilang jika menikah kontrak akan selalu berakhir seperti novel romantis? Sudah 6 bulan sejak perceraian resmi antara Lily dan Dante. Hidup ked...