paholainen

19 2 8
                                    

"Bang Jek bisa offline kan? Ayo anterin pulang" Tanpa mendengar jawaban tanda persetujuan, aku langsung menaiki bangku belakang kendaraan bermotor yang kuyakin milik seorang pengendara ojek online.

"Untung aja ya, ada Bang Jek. Kalo engga, bisa sampe besok pagi ga pulang"

"Padahal ini udah lewat tengah malem kan, Bang Jek masih narik?"

Dalam hati aku membatin, ini abang ojeknya kok pendiem banget. Padahal daritadi udah usaha mencairkan suasana. Malah dikacangin.

Aku positif thinking aja, mungkin ini abangnya lagi sariawan.

Suasana menjadi hening, angin berhembus menggelitik kulitku. Jalan yang kami lewati semakin sepi.

Tiba-tiba aku jadi merinding.

"Bang Jek, ini lewat mana? Kok jadi sepi banget ya?"

Angin semakin berhembus.

Whuss!

Aku menggerutu, ini abang-abang ditanya dari tadi cuek bener. Mana lagi suasana malem ini nyeremin kan bikin takut.

Aku mulai parnoan.

Menunduk adalah jalan satu-satunya yang kulakukan untuk mengurangi rasa takut ku.

Tiba-tiba motor berhenti.

"Bang Jek ud—ekmh" Perkataan ku yang telah diujung lidah seketika tertelan kembali sesaat aku melihat abang ojek memutar kepalanya 180°

Wajahnya pucat dan rata

"AAAAAAAAAAA"

Aku lompat dari motor langsung lari kenceng-kenceng.

"ADA HANTUUUU"

Lama aku berlari, akhirnya aku berhenti dibawah sebuah pohon.

"Hufft.... Hufttt.... "
Nafasku tersendat-sendat.

"I-itu beneran hantu?" Aku masih syok dan ketakutan.

"Jangan panik! Jangan panik! Aku harus tenang. Harus......Tenang........."

Whusss!

Angin bertiup

Menerbangkan kelopak bunga dari pohonnya, jatuh tepat didepan sepatuku.

Aku menunduk, mengambil bunga itu.

"Bunga–"

Sontak aku mendongak untuk melihat pohon yang menaungi ku saat ini.

Aku tercekat, "po-pohon Kamboja"

Bulu kuduk ku meremang, aku merangkul tubuhku sendiri. Sedikit mengusap-usap lenganku.

Aku mengalihkan pandangan kesekitar.

Mataku melotot,

Tiba-tiba aku sudah berada di sebuah pemakaman.

Kenapa bisa?

"AAA AAAAA AAAAA"

Aku berlari dan terus berlari.

Ada siluet seseorang yang sedang berdiri tak jauh dariku. Aku semakin mempercepat laju frekuensi berlari, menghampiri seseorang itu.

Saat aku semakin dekat, seseorang itu berbalik badan ke arahku.

"AAA AAAAA AAAAA" Aku berlari menjauh darinya. Balik arah karena dia, yang kuyakin seseorang ternyata abang setan ojek muka rata yang tadi.

Kakiku pegal, tapi aku memaksanya untuk terus berlari.

Tiba-tiba ada kucing hitam melintas, aku terkejut dan akhirnya terjatuh.

Brugh!

"Awww sakit"

Aku mengusap tubuhku yang terasa menyakitkan.

Setelah beberapa menit aku baru tersadar, aku jatuh disebuah lubang galian.

Aku menelan ludah dengan susah payah.

Mencoba bangkit,

Aku merasakan ada sesuatu yang menahan pergelangan kakiku.

Seluruh badanku terasa gemetar, keringat dingin bercucuran.

Aku memandang kebawah. Melihat sesuatu yang sedang menahan pergelangan kakiku itu.

Dan aku melihat

Sesosok pocong berwajah hancur, yang memiliki luka menganga lebar dihinggapi belatung yang mengeliat

"AAA AAAAA AAAAA AAA"

























De skaden








Bisa dicek n ricek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa dicek n ricek

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

De SkadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang