05.

2.1K 302 36
                                    

Suasana hari ini benar-benar tidak nyaman. Padahal cuaca diluar sangat cerah. Semua itu sudah terjadi selama beberapa hari ini, dan penyebabnya adalah sang Alpha dominan Park.

Wajahnya selalu tampak nelangsa. Melamun tidak tahu tempat, dan gelisah ketika Klan Wang melewatinya tanpa mengubris kehadiran mereka. Maka, sudah dipastikan, Chanyeol sedang galau mengenai dia dan mate-nya. Apalagi soal ancaman Wangja beberapa waktu lalu yang sempat membuat seluruh anggota Park terkejut.

"Chanyeol, hei, kau mendengarku?"

Yang dipanggil tidak menyahut. Justru suara gertakan gigi dan bolpoin yang tiba-tiba patah menjadi jawaban.

Minseok menghela napas panjang. Sebagai seorang Beta, dia harus bisa membantu Chanyeol menemukan solusi atas masalahnya. "Kau ini, ya ampun," gumamnya.

Dia menutup catatan tugasnya, dan merapikannya ke dalam tas. Kemudian memutar tubuh, untuk melihat sosok sang Alpha lebih jelas.

"Chanyeol, kau tidak harus seperti ini. Ingat, sudah berapa hari kau meninggalkan Baekhyun?"

Tiba-tiba Chanyeol menoleh dengan ekspresi garang. "Aku tidak meninggalkannya!"

Minseok menahan tawa. Jelas sekali Chanyeol yang gusar seperti ini bukanlah tanpa sebab. Dia tahu seberapa besar kekuatan Origin Wang, dan dia juga tahu bahwa dirinya belum bisa melampauinya, bahkan untuk sekedar melanggar batas gadis itu.

"Kau memikirkan Baekhyun," ujarnya lembut. "Kau mengkhawatirkannya, huh?"

Chanyeol ingin membantah. Tapi dia sudah terlanjur tertangkap basah. Ia menggeram pelan, lantas membuang muka.

"Aku hanya memikirkan cara bagaimana aku bisa merebutnya dari Klan Wang," akunya kemudian. "Jahye sangat kuat, kita semua tahu itu. Dia terlahir dari darah murni bangsawan, sulit untuk melewati benteng yang sudah dibuatnya. Tapi aku tidak bisa melepaskan Baekhyun begitu saja. Dia terkekang, dan juga... mau bagaimana pun, dia adalah mate-ku, Hyung."

Dada Minseok mendadak menghangat. Tangannya tanpa sadar terangkat, dan mengusak kepala belakang Alpha itu. "Kau sudah besar, Chanyeol."

Dahi Chanyeol mengernyit. "Tentu saja, kau berpikir aku akan jadi anak kecil selamanya?"

Minseok terkekeh. "Tidak. Aku hanya tiba-tiba teringat seorang anak laki-laki yang suka sekali bergelayut di kakiku ketika Ayahnya marah."

Bolamata Chanyeol berputar. Samar-samar pipinya dilingkupi rona merah. "Kenapa jadi membahas itu sih, Hyung?"

Minseok, "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, Chanyeol. Selama itu baik bagimu."

Ia melanjutkan, "Baekhyun tidak akan menolak kedatanganmu. Jika sudah seperti itu, Jahye juga tidak akan bisa berbuat apa-apa. Yang perlu kau lakukan hanya meyakinkannya saja. Jahye, Sehun dan Luhan—mereka tidak mungkin membiarkan Baekhyun terluka sendirian."

Chanyeol tersenyum kecil. Lantas berdiri. "Aku akan melakukannya—nanti. Sekarang, aku mau tidur dulu. Bye, hyung~"

Minseok melotot. "Heh! Mau kemana kau? Setelah ini kau masih—"

Chanyeol melambai. "Bolos sesekali tidak apa, Hyung."

Omelannya tertahan diujung lidah. Minseok menghela napas panjang. Terserahlah, dia akan sakit kepala sendiri kalau mengurus anak itu.

Meski sebenarnya, Chanyeol hanya menghindari beban yang tiba-tiba memenuhi kepalanya. Dia tidak bisa fokus selama beberapa saat, karena hidungnya mencium aroma samar yang familiar. Dia tidak ingin Minseok tahu soal ini.

Fated Mate; ChanBaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang