Malam yang gelap, sorot lampu jalan berwarna kekuningan, ranting basah terguyur hujan juga suara ketukan demi ketukan sepatu yang beradu dengan aspal yang turut menjadi korban tangisan awan. Pertokoan daerah Insadong sudah sepi pengunjung saat jam sudah menunjukan pukul 1 malam. Suara bising kendaraan dari pusat kota masih sayup-sayup terdengar ditengah sepinya malam. Beberapa orang sedang mengarungi mimpi indah atau mimpi buruk milik mereka, lalu sebagian lagi masih berkutat dengan kesibukan milik mereka.
Di sisi lain ada kesibukan yang tengah dilakukan seorang gadis. Mengetuk ujung sepatunya ke trotoar jalan dengan raut bosan. Dering ponsel terdengar berasal dari tas tangan hitam miliknya, merogoh kedalam lalu mengeluarkannya dari sana. Menengok nama yang terpampang di layar dan mendengus pelan setelahnya, di detik selanjutnya menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan.
Matanya menatap kebawah, tubuhnya dibalut setelan casual ala remaja masa kini dengan rok yang menutupi sebagian paha, jaket ripped jeans yang menutupi kaos berhuruf FG di dalamnya, juga sepatu boots yang membalut kaki jenjangnya.
Sejujurnya berpakaian seperti ini adalah hal paling buruk jika digunakan di jam rawan seperti ini. Kawasan pertokoan Insadong dekat dengan beberapa tempat karaoke yang menjual minuman keras sebagai pendamping. Bisa saja gadis yang sekarang sedang menempelkan ponsel ke telinga ini akan berakhir tragis di gang-gang sepi daerah ini dengan pakaian yang sudah tanggal dari tubuhnya.
Matanya fokus mendengar suara di ujung telepon, juga beberapa kali menganggukan kepala dan menipiskan bibir menunjukan betapa fokus dirinya.
"3341?"
"Baiklah. Kirimkan datanya ke emailku sekarang."
Sambungan terputus tepat saat gadis itu menurunkan ponselnya, melihat kembali ke arah ponsel dan mulai mengetukan jarinya setelah satu denting tanda pesan masuk diterimanya. Meneliti dengan mata yang sudah terbalut beberapa pewarna juga menipiskan bibir merahnya tanda konsentransi ketika deretan huruf disana.
Tak lama setelah itu, sorot lampu mobil menyiram tubuhnya. Gadis itu memicingkan mata, lalu menutupi sebagian wajahnya menghalau silau. Melirik sebentar ke arah plat mobil yang berhenti tepat di depannya, lalu meihat kaca hitam yang perlahan diturunkan dan akhirnya menampilkan sosok pria dengan balutan baju berpotongan dada rendah juga jas yang membalutnya. Rambutnya sewarna matahari dengan beberapa sentuhan warna asli yang masih tersisa, kaca mata yang seharusnya melakukan pekerjaannya di bagian mata, kini beralih tugas menjadi diatas kepala.
Satu kata yang dapat gadis itu simpulkan.
Urakan.
Pria itu pun tersenyum manis kearahnya, "Kang Jihyun, benar?" tanyanya memastikan.
Gadis yang dipanggil itu menegakan tubuhnya, menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga dan memasang wajah berbinar ketika menjawab, "Ah benar. Kau Song Minho? Direktur SKY group?" tanyanya dengan wajah malu sekaligus antusias.
"Benar sekali, Nona Kang." tawanya pelan.
Pria bernama Minho itu memasang raut bangga dengan senyum nakal menghiasi wajahnya yang berseri-seri, "Ayo masuk, diluar dingin, Nona. Sebetulnya tidak masalah sih, kan ada aku yang akan menghangatkanmu nanti."
Gadis itu makin tersipu malu, menutupi bibirnya dengan sebelah tangan dan akhirnya mengikuti ajakan pria itu untuk masuk ke dalam mobil. Melirik sebentar ke arah Minho yang masih memamerkan senyumnya dan setelah langsung menancapkan gas mobilnya membelah kota di malam yang dingin ini.
Sudah tertebak tujuannya kan? Benar. Hotel.
Sesampainya disana, mereka pun masuk ke lobby dan ternyata pria itu sudah membooking satu kamar suite untuk mereka. Gadis yang ada di sampingnya melirik sebentar ke arah kanan meja resepsionis yang terdapat beberapa bangku untuk para tamu menunggu. Lalu beberapa detik kembali memusatkan pandangan kearah Minho ketika pria itu mengandeng tangannya untuk ikut ke kamar yang sudah di berikan kuncinya oleh resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY ㅣJungkook
FanfictionDia begitu mencintai gadis itu, seolah tidak ada lagi dunia ini yang pantas untuk di cintai. Seolah tidak ada lagi yang dia inginkan selain pulang ke dalam dekapan gadis tersebut, lalu menghabiskan waktu disana selamanya. Seolah... Hidup hanya tent...