Prologe

16 4 0
                                    

Si Cowok Leo

"Yang aku tau, dingin mu itu menghangatkan, dan cuek mu itu menyenangkan"

"LEO SAREGAR PUTRA!!!!"

Kupingnya berdengung nyeri saat tau bahwa teriakan itu menggema untuk dirinya, bibir nya berdecak sebal sembari mengeluarkan makian yang tak bisa ia tahan sedari tadi.

Oh come'on, ini masih pagi, bahkan sang mentari pun baru saja mengeluarkan kehangatannya. Tetapi wanita itu, nenek lampir, sudah mengeluarkan teriakannya tanpa di suruh.

"Ngapain itu nenek lampir manggil-manggil nama lu boss?"

Mata Elangnya melirik seperkian detik sebelum akhirnya mata itu terpejam dengan helaan nafas panjang yang keluar dari mulutnya. Badan kekarnya bersender pada tembok Rooftop dengan tangan yang bertumpu pada meja tua.

"BOSS GAWAT BOSS! PRAKIRAAN MUSUH AKAN MENDEKAT DALAM WAKTU 2 MENIT LAGI"

Damn It! Nenek lampir syialan

Pria itu, Leo Aregar Putra beranjak berdiri dari kursi kayu yang sudah tua dan lapuk di makan usia, ia menghentakkan kakinya sebal seraya menendang minuman kaleng yang tergeletak entah darimana asalnya.

"Mau kemana lu boss? Kan nenek lampir masih nyari lu di area sekolah bersama pawang-pawangnya"

"Pulang!" Balasnya singkat dengan nada ketus dan datar.

"Lah bos?! Jangan pulang, area sekolah masih Warning untuk you lewati" Pria berwajah tampan itu menaikan sebelah alisnya di saat sang sahabat melarangnya untuk pergi dari sini.

"Dengerin kita, yo. Bu Jamah masih nyari lu dari tadi, tugas proposal yang di buat anak osis rusak karna ulah lu makannya itu dia marah"

"I know, udah berapa kali gua bilang kalo gua gak sengaja ngerusakin tuh proposal!"

Brakk

Meja tua itu dia tendang sekencang-kencangnya, merasa bahwa tak sepatutnya Vino Adijaya menghakiminya bahkan sampai menyalahkannya seperti ini.

Seorang Leo di salahkan? Kau bermain-main heh.

Jika saja ia mengingat, garis bawahi kata mengingat. Maka ia akan ikhlas ketika Vino kabur dari cengkraman kukunya, tak ada alasan spesial mengapa Leo hanya menendang meja. Tak sampai menendang tulang kering milik pria itu, karna ia menganggap bahwa Vino adalah sahabatnya.

"Bantuin gua kabur dari si jalang itu!"

******

"Gua nitip mereka semua sama lu...."

"Salam juga buat Leo, gua...gua juga nitip dia sama...lu"

"Salam damai cinta kasih ya, Van.... inget, sekarang... lu bu--kan cuma nampung satu tangg-gung jawab....ta-pi seri-bu tangg-gung ja-wab..."

"Akhhhhh!!!"

Nafas tersengal-sengal, di sertai tatapan tajam namun terlihat menyakitkan itu kini menatap sekitarnya tanpa ada yang tersisa sedikit pun. Kepanikan dan kekhawatiran yang terpancar di muka masing-masing orang itu kini mulai menghilang.

Di gantikan oleh tatapan lega, tetapi...

"Jangan bilang lu mimpiin--"

"IYA FAH IYA!!! GUA MIMPIIN DIA LAGI!"

Helaan nafas panjang penuh duka terhembus bersatu dengan udara, tatapan mata yang menampung berjuta air mata itu sekarang tidak dapat terbendung lagi. Tangis mereka semua pecah, tak ada yang bisa menahannya.

Mengapa takdir sangat jahat? Jahat sekali rasanya hingga sesosok gadis berwajah pucat yang sedang terduduk di atas sofa merah itu kini menangis tersedu-sedu menyertai aduannya kepada para sahabat.

"Hiks hiks! Lu semua pada tau kan! Gua gak bisa hiks, gua gak bisa mimpin keluarga ini! Gua gak pantes hiks"

"Berat rasanya.....dia selalu percaya sama gua, tapi kalo faktanya gua gak bisa jalanin apa yang dia mau gimana?!" Lanjutan yang di berikan olehnya, membuat semua netra mata jadi menatap ke arah lantai.

Tak berani menatap dua pasang mata Hazel yang sekarang sudah kembali mengeluarkan air matanya lagi dan lagi.

"Keluarga ini di bangun sama dia! Harusnya yang megang kendali sekarang tuh dia bukan gua! Hiks! Gua cuma cewek lemah yang udah hianatin dia, gua suka sama Leo! Hiks"

Deg

Jeduarr!!!

Belum sempat lima detik terhitung, suara petir bermunculan di langit penuh kilauan sang surya, masih terdapat awan yang menjalankan tugasnya. Namun mengapa petir datang seolah memberitau sebuah kabar bahaya?

Gadis berkacamata yang satunya, berjalan mendekat ke arah gadis bermata hazel tersebut, tangannya menuntun lembut supaya tangan gadis itu menggenggam tangannya

"Kamu gak salah, cinta itu bisa dateng tanpa kita sadar. Tapi jahatnya dia bisa pergi sesuka hati tanpa pandang siapa yang dia tinggalin"

______________________________________

Assalamualaikum pembaca🙇

Untuk cerita ini author mau persembahkan buat mereka berlima, sahabat author maksudnya wkwk. Ini tentang cerita abstrak yang bakal ngisi keseharian kalian di bulan suci Ramadhan.

Buat cerita khitbah 25 author mau bilang makasih sebanyak-banyaknya. Gak nyangka bisa di baca sampai sebanyak itu, dan maaf juga blm bisa update karna author masih harus ngurus beberapa cerita.

Dan jangan lupa nih baca ceritanya AnandaAlfiani4 bagus gak boong, dia juga baru update wkwkw.

Udah segitu aja bubay😉

Happy Reading!!!

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang