01

17 2 0
                                    

🎀🎀🎀

Cha cha POV

Jika aku di beri kesempatan memilih maka aku ga akan memilih sekolah ini menjadi tempat buat menimba ilmu. Bukan karena akreditasinya jelek atau guru-guru nya galak. Hanya saja ada mahluk mengesalkan bernama Reyhan di sekolah ini.

Sudah belagu, sombong, ngeselin pula.

Belum lagi bokong ku menduduki kursi.. Aldo sudah menariknya dan hampir saja membuatku terjatuh.

Manusia bernama Reyhan yang merupakan ketua geng itu hanya tertawa terbahak melihat kejahilan temannya. Siapa lagi yang menuyuruh Aldo kalau bukan Reyhan.

Percuma saja aku mengomel. Toh mereka bakal majuin mulutnya buat ngejek dan ngikutin apa yang aku bilang. Huh!  Ngeselin gak sih?! Mending aku diem dan menganggap mereka ber-empat ga ada!

Mata ku menatap lebar Aldo mereka hanya ber akting pura-pura ketakutan. Jika saja aku bisa melakukan kekerasan di sekolah ini maka sudah kutimpuk buku fisika mereka berempat.

"Ouch my honey!  Ngapain di sini?  Di kelas orang-orang norak dan kutu buku.. iuh!" ucap Almira yang merupakan pacar ke-150 Reyhan. Almira menatap jijik ke sekeliling kelas ku. Padahal ruangan ini rapi dan bagus menurut ku dan guru-guru  yang sering memuji saat masuk. Dasar Almira aja yang ga bisa bedain mana yang bagus sama yang ga bagus.

"gue lagi nemenin Leo ngantar tas. Kita mau pergi tanding"

"oh, aku ikutan yah?  Boleh yah?  Aku kan mau dukung kamu sayang" dengan wajah memelas cewek centil itu membujuk Reyhan untuk ngebolehin dia ikut.

"ya ga bisalah, kan bentar lagi masuk. Lo harus belajar. Yaudah kita mau pergi dulu yah, bye." Reyhan mengusap pelan rambut Almira dan pergi bersama Aldo, Leo, dan Kevin.

Almira terlihat murung dan menoleh ke arahku.  "apa lo liat-liat?" ucapnya lalu pergi begitu saja. 

Siswa-siswi di kelas ini sudah terbiasa lihat keributan dan drama nya si Almira kaya tadi. semenjak si Leo masuk geng Reyhan, yah.. Begitulah keadaan setiap pagi di kelas atau pertengahan siang nanti.

Triiiiiing!!!

Bel masuk berbunyi. Buk Rida sudah duduk di meja guru sambil membolak-balik buku matematika yang tebalnya hampir sepanjang telunjuk.

Jika saja aku punya kekuatan hulk, aku ingin mengobrak-abrik seisi kelas ini supaya jam buk Rida kacau balau. Hehe. Lupakan saja hayalan konyolku itu.

60 menit berlalu

Itu merupakan waktu panjang yang melelahkan berbeda dengan pelajaran penjaskes 60 menit akan menjadi waktu sedikit menurut sebagian besar para siswa.

Akhirnya kantin spesial buk Asih telah menunggu ku sedari tadi, bukan aku saja sih.. Tapi para siswa yang ada di Sma pelita ini. Keberuntungan sedang berpihak padaku hari ini. Reyhan dan gengnya pergi kegiatan turnamen basket. Tidak ada lagi pengacau di sekitar ku.

Terakhir kali ia dan gengnya, mengerjai ku dengan mengganti pesanan ku dari bakso menjadi miso yang penuh dengan garam. Hampir setiap hari tingkah mengesalkan mereka ku hadapi.

🎀🎀🎀

Panas terik matahari menyengat kulitku, jika saja aku tidak memakai sunscreen mungkin kulit ku akan gosong. Sudah 15 kali aku memanggil ponsel mama tapi tak kunjung di angkat juga. Apa mama lupa punya anak imut dan comel kaya aku? Maap, jangan muntah ia hehe.

Sekolah sudah sepi, tinggal aku seorang diri di depan gerbang menunggu mama menjemput. Jika jalan akan menyebabkan dehidrasi, kelumpuhan bahkan stroke. Jarak sekolah dan rumah sangat jauh. Seandainya ponsel kentang ini ada paket pasti akan ku download gonceng sekarang juga. Oplet pun tumben tak menampakkan dirinya. Menyebalkan!

Dari kejauhan aku melihat mobil sport berwarna merah melaju ke arahku. Ya Tuhan, aku kenal dengan pemilik mobil itu.. Jangan sampai ia melihat ku! Aku berlari kocar- kacir ke pos satpam di samping gerbang. Jika aku menampakkan diriku itu sama saja memberi ikan asin pada kucing.

Tapi aku tidak mau jadi ikan asin. Mending jadi ikan nemo.. Imut hehe.

Aku mendengar jelas suara mobil Reyhan masuk ke parkiran sekolah. Mungkin mereka menjemput sepeda motor Leo, Kevin, dan Aldo. Saat keadaan sudah aman, aku keluar dengan hati-hati berharap tidak ada satu pun dari mereka melihat. Saat kepala ku keluar dari tempat persembunyian ku, seseorang memegang kepala ku yang sedang tertunduk. Ah sial!

"apa hari mu menyenang kan Acha?"
Tanya Reyhan seorang diri. Di saat semua manusia memanggil ku Chacha ia seenak jidat menyingkat namaku menjadi Acha! Menyebalkan. dia hanya seorang diri. Suara kendaraan yang ku pikir punya Reyhan, yang telah pergi ternyata bukan. Yang paling ku hindari ternyata sudah tepat di depanku. Mengapa kesialan menimpa ku?

"sangat menyenangkan, gue harap lo enggak menghancurkan nya" ucapku cuek. Apa lagi yang ingin dia lakukan?

"hahaha enggak kok, cuma pengen buat makin berwarna" ucap Reyhan dengan senyuman mengejek. Aku takut dengan tingkahnya yang mencurigakan ini.

Aku yakin ia ingin mengerjaiku dan menggangguku seperti hari-hari lalu. Lihat saja. Aku tak akan bisa di jadikan bahan tertawaan nya saat ini! Sudah cukup dia bahagia karena penderitaan ku. Aku tidak akan menuruti atau menggubris sedikit pun tingkahnya itu.

Aku mengabaikan Reyhan yang tengah menatap ku intens. Ia berdiri setengah membungkuk karena posisi ku jongkok saat ini. Aku sangat terganggu dengan manusia ini. Kuputuskan untuk berlari sekencang mungkin untuk menghindarinya.

seluruh napasku sudah terkumpul dan tanpa aba-aba aku berlari seperti di kejar entok,eh jangan entok.. Lambat. Seperti di kejar macan aja kali ya?.

Aku tak peduli Reyhan mengejar atau tidak. Yang penting aku sudah bebas darinya. Aku tak tahu sekarang di mana, nafas ku terengah-engah. Dadaku sedikit sesak. Aku berhen.
ti di sebuah gang perumahan sederhana. Duduk di pinggiran kali dan merogoh kantong tas ku untuk mengambil air.

Cukup cepat juga kaki ku ini berlari. Aku jadi salut hehe. Reyhan sudah tidak ada. Keberuntungan akhirnya memihak kepadaku. Tapi masalah sekarang adalah, batrai ponsel ku habis bagaimana aku menelpon mama. Apa aku harus berjalan lagi?  Tapi kemana? Oh Tuhan.. Aku bingung.

Jika saja Reyhan tidak muncul!  Mungkin ini tak akan terjadi. Sekarang, aku harus jadi orang asing di tempat ini. Ini lah resiko jadi anak rumahan yang jarang keluar. Kompleks atau sekeliling rumahku pun aku tak tahu.

Aku berusaha mencari ojek atau oplet tapi satu pun tak ada muncul. Kaki yang sebelumnya ku puji ini sudah mulai lelah. Langkah ku pelan sekali bahkan dapat di kalah kan keong mas. Ku putuskan untuk duduk di pinggiran jalan gang ini. Keringat sudah bercucuran sedari tadi, di tambah rambut ku sudah acak-acakan karena angin dan terik matahari. Jadi lah aku seperti anak hilang. Ya tuhan bagaimana nasib ku saat ini?

Tak jauh dari tempatku banyak anak muda duduk di warung kopi. Memengang gitar sambil menyanyi dengan suara bass. Aku tak terlalu jelas melihat mereka. Aku takut lewat dari jalan itu. Tapi itu satu-satunya pilihan! Aku harus



CHA-CHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang