Hari ini seperti biasa, dari tahun ke tahun ayah selalu dipindahkan dinas. Setiap tahun aku tidak pernah menetap lama dari setahun di suatu tempat. Sungguh aku muak. Selalu berkenalan dengan orang baru, mempelajari bahasa baru, dan harus melakukan adaptasi kembali.
"Mila, kamu sudah siap nak? Sebentar lagi kita akan ke bandara" Tanya ayah yang berada di depan pintu kamarku saat ini.
"Sudah ayah" Balasku sambil menolehkan kepala menghadap sang ayah.
"Baiklah ayo kita berangkat, nanti kita ketinggalan pesawat lagi"
Ayah dan aku menggeret koper kami masing-masing dan keluar dari rumah yang telah aku tempati setahun ini.
Sesampainya kami diluar, ayah memberikan kopernya kepada sang supir taksi yang telah dipesan oleh ayah beberapa saat lalu. Aku langsung masuk ke kursi penumpang. Taksi mulai berjalan menuju bandara sekarang.
"Ayah apakah kita harus selalu berpindah setiap tahunnya? Aku lelah ayah" Ucapku sambil mendesah lelah dan membenturkan punggungku ke sandaran kursi.
"Maafkan ayah nak, ayah tak bermaksud membuat mu harus selalu pindah, tetapi pekerjaan ayah menuntut kita seperti ini. Ayah janji ini akan menjadi kepindahan kita terakhir kalinya" Balas ayah sambil mengusap pelan kepalaku
Aku nyaman dengan usapan ayah saat ini. Hal itu mengingatkna ku akan usapan lembut ibu. Ibu selalu mengusap lembut kepalaku disaat akan tertidur, sambil membacakan cerita penghantar tidur hingga aku terlelap.
Tak terasa waktu telah berjalan lama, dan taksi yang kami tumpangi telah sampai bandara. Ayah dan akupun turun dan mengambil koper kami yang telah dikeluarkan oleh supir dari taksinya.
"Terimakasih pak" Ucap ayah sambil membayar biaya taksi. Sang supir pun mengagguk sambil tersenyum
"Ayo nak kita masuk"
Aku dan ayah bpun telah duduk di kursi tunggu sebelum dipanggil untuk memasuki pesawat.
Tak berselang lama panggilan untuk masuk ke dalam pesawat terdengar. Kami langsung saja menuju pesawat dan menunjukkan tiket kepada pramugari cantik.
Untungnya aku dapat kursi yang dekat dengan jedela pesawat. Posisi ini merupakan posisi favorit ku karena aku dapat melihat pemandangan awan yang seperti bola kapas yang lembut. Aku tau hayalanku sangat tinggi akan awan. Padahal awan merupakan gumpalan tetesan air atau uap air yang dalam keadaan lewat jenuh.
Sewaktu kecil aku pernah berkhayal bahwa aku dapat btidur diatas awan yang lembut, dan dapat melihat cerahnya langit dengan leluasa. Benar itulah aku si pengkhayal ulung sewaktu kecil.
Pesawat mulai lepas landas ke udara membawa aku dan ayah menuju negara baru, meninggalkan negara kelahiranku yang baru aku tempati kembali setahun lalu. Aku dan ayah sekarang akan pindah ke negara Romania, tepatnya Transylvania. Kata ayah perjalanan ke kota itu memakan waktu sangat lama. Aku memuruskan untuk tidur sambil menunggu.