Chapter One — "The Game"
Written by Neonlovescake•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•
【The photo is my inspiration for this story】
Credit to the artist on Twitter
•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•・•
"Hia'?" Seorang makhluk kecil bertanya pelan kepada seorang pemuda dihadapannya dengan nada yang terlampau polos.
"Tentu saja, aku akan kembali" Pemuda itu menjawab sambil mengelus pipi kanan makhluk kecil itu menggunakan ibu jari miliknya. Terasa sangat lembut.
"Hia? Hea'??" Lagi, Sang makhluk mungil kembali bertanya
"Ya, aku akan dan selalu kembali padamu." Sang pemuda kembali menjawab, kali ini dengan senyuman hangat yang terpatri diwajahnya. Membuat makhluk mungil yang bertanya itu merasakan kehangatan sesaat didalam dadanya.
"Hea?"
"Aku berjanji"Jari kelingking mereka menyatu sebelum sang pemuda pergi meninggalkan makhluk mungil nan polos itu. Dia pergi. Pergi untuk kembali mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya, pergi untuk kembali mendapat keadilan, pergi untuk mencari jawaban dari ketersesatan dirinya, pergi untuk mencari cahaya dari kegelapan yang telah membelenggu dirinya, pergi untuk bertarung sehidup semati dengan sang jiwa yang terpisah.
Pergi untuk perang darah antara hidup dan mati.
××××××××
"Mau bagaimana lagi? Pemilik manor itu bisa melakukan segalanya."
Kalimat itu sudah sering terdengar ditelinga warga kota Licth. Kota yang sebelumnya adalah kota yang damai dan hangat, dengan walikota yang sering menyombongkan hartanya kepada para warganya. Tentu saja warganya tidak peduli, toh mereka diberikan fasilitas kota yang memadai. Semuanya berjalan lancar. Kegiatan kota berjalan seperti biasa. Pergi sekolah, pergi kerja, bermain, mengirim surat, mengendarai kereta kuda, berjualan, membajak sawah, merenovasi rumah. Semuanya aman dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak pernah ada konflik besar yang terjadi dikota, sampai hingga tiba-tiba datang sekelompok orang bertudung hitam dan bermasker hitam datang. Jubahnya berwarna hitam pula yang menjuntai hingga ke mata kaki, dan tangan mereka tertutup oleh sarung tangan hitam. Benar-benar tertutup, tidak tahu dan tidak bisa di tebak siapakah mereka. Dengan semua rasa khawatir yang membuncah didalam dada warga kota, mereka memasang mata kearah sekelompok orang bertutupan hitam itu. Tidak ada yang tahu mereka datang dari mana, tiba-tiba saja pada siang hari minggu yang damai itu mereka melewati jalan utama kota dan berhenti didekat air mancur di taman kota. Mereka berdiri, berdiam disana mengelilingi air mancur dan saling bergandengan tangan. Tiba-tiba saja mulut mereka terlihat seperti merapalkan sesuatu, terlihat bergumam yang makin lama semakin terdengar seperti sebuah mantra yang diucapkan berulang-ulang. Membuat warga kota yang menyaksikan menjadi resah. Orang dewasa mulai berteriak marah kepada sekumpulan orang itu ketika rapalan mantra yang mereka ucapkan menjadi semakin keras terdengar, para ibu mulai memeluk dan menutup telinga putra putri mereka saat anak mereka mulai menangis. Semuanya semakin menjadi panik disaat air mancur yang mereka kelilingi berhenti mengalir mengeluarkan air. Semua warga kota terdiam dengan rasa takut yang membelenggu. Tak berani untuk sekedar bertanya apa yang terjadi, suara mereka tercekat begitu saja.
Tiba-tiba saja dari dasar air mancur mengeluarkan akar-akar kecil berwarna hijau yang mulai melilit air mancur. Dengan perlahan akar itu menjalar dan melilit ke segala arah, mulai menutup hampir seluruh bagian air mancur itu. Seluruh warga kota yang menyaksikan kejadian itu kaget bukan main. Setelahnya salah satu orang berpakaian hitam itu mengatakan bahwa mereka datang karena ditugaskan untuk menyampaikan suatu permainan yang telah dibuat oleh pemilik manor, Dimana permainan tersebut dipenuhi tantangan yang terikat oleh peraturan-peraturan. Pada akhirnya, konflik besar terjadi antara pihak pro dan kontra.
YOU ARE READING
End [MiniJack!xNaib]
Fanfiction"Didunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya terjadi karena suatu alasan." Naib Subedar, seorang mantan tentara sekaligus pencuri yang dibawa kembali ke medan perang dengan peraturan gila. Bagaimanapun ia harus pulang, seseorang te...