01: Pertemuan

508 15 0
                                    

Cerita ini bukan cerita copy-paste dari akun @_sitirubiah , actually itu akun lama aku. Cerita ini merupakan cerita yang dibuat ulang dari cerita yang aku tulis di akun tersebut dengan alur yang sedikit berbeda🙏

-----------------------------

Aluna POV

Bunyi desau terdengar riuh karena angin, dedaunan kering yang gugur di tanah sedikit terbang diterpa angin,berpindah dari tempat semulanya ke tempat lain. Ujung kerudungku sampai-sampai ikut bergerak-gerak ditiup angin yang cukup kencang.

Gemuruh di langit terdengar menambah suasana kian mencekam, terlebih awan tampak berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

Senja yang kuharap bukan seperti ini, lembayung kejinggaan yang biasa bergurat di atas langit yang selalu kunantikan setiap petang sayangnya tidak ada saat ini.

Aku mendekap sebuah buku tebal bersamaan dengan buku catatan sedikit besar. Mataku bergerak ke sana ke mari, mencari kendaraan umum yang bisa kutumpangi. Sesekali aku mendongak menatap langit yang semakin menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan.

Jam kuliah yang digeser menjadi siang hari, membuatku baru bisa pulang saat sore menjelang petang begini.

Aluna Ayunia namaku, aku seorang mahasiswi di salah satu Universitas negeri di Jakarta. Masuk karena mendapat beasiswa, yang tentunya tidak mudah didapat dengan cuma-cuma.

Petang ini entah kenapa tiba-tiba kendaraan umum tidak ada yang melewati halte tempatku berdiri, bahkan mobil-mobil pribadi yang biasanya memenuhi jalanan kini mendadak tidak ada entah ke mana.

Biasanya aku pulang bersama temanku, sayangnya dia tidak memiliki jam kuliah yang sama denganku karena mata kuliah yang kami ambil berbeda.

Berulang kali aku membuang napas gusar, pasalnya di sini aku tidak sendiri. Bagus jika ramai, tapi kini aku hanya berdua bersama seorang laki-laki yang tidak kuketahui. Dia duduk tak jauh dari tempatku berdiri, memainkan ponsel dan beruntungnya tak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan.

Aku mendongakkan kepala saat merasa sesuatu menyentuh tanganku, ternyata sudah mulai gerimis cukup lebat. Aku sedikit memundurkan tubuhku.

"Milikmu jatuh," kata laki-laki yang kumaksud tadi entah tengah menunjukkan apa.

Aku menunduk berusaha mencari tahu barang milikku apa yang katanya jatuh. Sedikit berjongkok, aku berusaha meraih secarik kertas berisi catatan yang sudah berada di atas tanah. Sayangnya, belum sempat aku mengambilnya, air hujan sudah lebih dulu merembes membasahi setiap sisi kertas hingga akhirnya tulisan bertinta biru itu mulai berbaur menjadi satu, menyisakan warna yang tak begitu jelas.

Dengan segera aku mengambilnya, membuang kertas tersebut ke dalam tempat sampah yang letaknya tak jauh dari tempat semula aku berdiri.

Kepalaku menoleh menatap laki-laki tadi, niat hati ingin berterima kasih. Sekejap semuanya hilang kendali, aku tertegun melihat begitu rupawannya sosok yang tengah berada berdua bersamaku saat ini.

Laki-laki berpakaian formal, kemeja putih yang dibalut tuksedo hitam. Rambutnya masih terlihat rapi. Wajahnya yang jauh dari wajah orang-orang Asia begitu membuktikan jika laki-laki itu bukanlah seseorang berdarah Indonesia. Kedua alis hitam sedikit tebal yang tercetak sempurna, dipadukan dengan sepasang bolamata berwarna biru dan bulumata cukup lentik yang begitu memesona. Hidung mancung diperlengkap oleh bibir penuh berwarna merah muda. Semuanya sempurna.

Buru-buru aku menggelengkan kepala saat sadar dengan kelakuanku barusan. Dalam hati aku meminta maaf dan beristighfar. Mata ini kadang lancang, memerhatikan sesuatu yang tak seharusnya diperhatikan. "M-maaf, Mas."

Senja Bersamamu [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang