"Tolong.., tolong.., huhuhu" teriak seseorang
"Diam!!. Kau pikir ada yang akan mendengarmu?! Ha?!" Bentak seorang pria
Suara mereka membangunkanku dari tidurku. Sayup-sayup mataku perlahan ku buka sembari memperhatikan sekitar. Tempat ini sangat asing bagiku. Aku berusaha untuk bangkit, namun apa ini? Rasanya aku seperti tak bisa bergerak. Lalu, disaat itu aku melihat seseorang berperawakan tinggi dan besar sedang menggunakan pakaian dan riasan ala badut. Oh tidak! Dia melihat ke arahku sambil tersenyum menyeringai. Dia semakin mendekat, dekat, dan dekat.
"Tidur mu nyenyak ya? Waaahh, segar dong badannya haha. Daritadi yang ditunggu cuma kau saja. Karena kau sudah bangun, eksekusinya kita mulai saja ya haha" katanya padaku
Apa maksudnya eksekusi? Hukuman mati? Memangnya aku penjahat kelas berat yang harus di eksekusi? Dan siapa pula mereka ini? 1,2,3.. Ada 4 orang lainnya yang diikat sepertiku di sebuah kursi. Satu diantaranya adalah seorang wanita. Dia yang daritadi minta tolong sambil menangis itu?.
"Lepaskan kami, kenapa kau mengikat kami seperti ini ha?! Apa salah kami?" Teriak seorang pemuda yang ada dipojok kananku
"Tenang saja, aku akan melepaskan kalian saat raga kalian tak lagi dihuni oleh jiwa hahahah"
Mendengar itu sontak suasana langsung hening. Semua ekspresi kala itu berubah secara drastis. Sulit untuk menggambarkan bagaimana mimik wajah yang lainnya, tapi satu hal yang pasti ketakutan akan kematian terpapar langsung di wajah masing-masing. Setelah mengatakan itu, orang gila itu langsung pergi keluar dari ruangan tempat dia menyekap kami.
"Huhu.. Aku mau pulang. Aku nggak mau mati" tangis seorang wanita yang ada disamping kiriku
"Hei, tenanglah. Tidak akan ada yang mati" ucapku menenangkannya
"Tidak ada yang akan mati katamu?! Sudah jelas tadi badut itu bilang kalau dia akan mengeksekusi kita. Kau pikir dia main-main ha?! Kau lihat kan ada bekas darah di bajunya? Mungkin saja dia sudah membunuh orang lain sebelum kita" bantah seorang pria yang tadi berteriak
"Hoi! Tidak usah teriak. Kita harus tetap tenang. Ini adalah kesempatan kita untuk melarikan diri, bukan berdebat. Kita tidak tau kapan dia akan kembali, karena itu lah kita harus bergegas mencari jalan keluar dari sini. Pertama, cari benda yang bisa kita gunakan untuk memotong tali ini. Apapun itu." Jelas seorang pria lainnya
"Tapi gimana? Tangan, kaki, juga badan kita terikat semua. Yang bisa bergerak cuma pergelangan tangan. Tidak ada benda yang bisa dijangkau huhuuhuhu" isak wanita itu kembali
"Perhatikan saja terus, mungkin ada satu benda yang paling dekat dari kita" jawab si pria yang tadi.
Saat ini memang tidak memungkinkan untuk kami bisa menjangkau benda-benda yang dapat kami gunakan untuk memotong tali ini. Bagaimana tidak, kami diikat erat di sebuah kursi dan dijejerkan sebaris. Kalau dihitung dari bagian kanan, aku berada di posisi nomor 4, dan tepat disamping kiriku ada seorang wanita yang mungkin seumuran denganku. Pria yang tadi meneriaki ku ada di bagian pojok paling kanan. Disebelahnya ada si kacamata yang daritadi berusaha menenangkan dan memberi kami solusi. Lalu ditengah-tengah ada seorang pria dengan bentuk tubuh atletis.
"Hei, namamu siapa?" Tanya si kacamata padaku
"Aku.... Panggil aja Alvin"
"Aku Rian, dan yang ini Kevin" sambil menunjuk ke arah pria yang ada ditengah
"Kalian saling kenal?" Tanyaku
"Iya, kami sudah lama berteman" jawab Rian
"Kalau kau?" Tanyaku pada cewek yang disebelahku
YOU ARE READING
Game Over
Mystery / ThrillerAstaga!! Apa ini?! Dia.., dia menguliti tangan Rian. Dia mengulitinya secara perlahan. Bajingan! Raut wajah Rian sangat jelas menggambarkan betapa sakitnya itu. Dia tidak berteriak sama sekali! Dia hanya menggigit handuk itu sambil menangis. Dia men...