Permulaan (2)

5 0 0
                                    

Waktu berlalu begitu saja. Walau kami tidak diperlakukan seperti layaknya manusia, tetap saja kami beruntung masih bisa hidup hingga hari itu, bahkan tetap mendapatkan asupan energi. Saat makan malam selesai, kami menunggu sangat lama sembari memperkirakan kapan tengah malam akan tiba.

"Kau yakin ini saatnya?" Tanyaku pada Rian

"Iya, aku terus berhitung setelah makan pil terakhir tadi. Aku tidak tahu apakah ini sudah waktunya lewat tengah malam, tapi kemungkinnya bisa mencapai 90%"

"Kalau gitu, siapa yang akan pergi mengambil botol itu?" Tanya Amanda

"Biar aku aja. Aku yang paling dekat kesana" jawab Rian

Rian pun melompat-lompat sambil mengangkat kursinya menuju meja kecil yang rendah itu. Tapi, aku bingung. Kenapa ada botol yang diletakkan dimeja tanpa disentuh oleh psiko itu dari kemarin. Namun, pemikiran itu dikalahkan oleh perasaan yang ingin segera bebas ini.

Crang! Rian membanting botol itu ke meja hingga pecah. Tentu saja, dia segera memotong tali yang mengikat tangan dan kakinya. Setelah itu, dia mengutip beberapa pecahan botol itu dan memberikannya masing-masing kepada kami agar menghemat waktu. Jadi saat dia berusaha memotong tali yang lain, disaat yang sama pula kami memotong tali kami sendiri, dengan begitu saat dia sudah selesai membantu yang lain, akan mudah baginya memotong tali kami yang sudah mau putus.

Kami lega bisa terlepas dari ikatan itu. Tapi masalah yang lain pun muncul. Kami tidak memperkirakan ternyata pintunya terbuat dari besi yang kuat dan hanya dapat diakses menggunakan kata sandi.

"Gimana nih? Kita akan terkurung disini? Apa kita akan mati? Huhu" keluh Amanda

"Tenanglah, kita akan keluar dari sini" kataku

"Jika sandinya salah ada kemungkinan dia membuat prosedur penyusup. Artinya bisa saja ada jebakan, alarm, atau semacamnya. Intinya kita tidak boleh salah saat memasukkan sandinya" jelas Rian

"Kita coba coba saja kenapa? Dia gak bakalan buat yang begituan. Kalau salah ya tinggal kita coba sandi yang lain kan? Kita hanya perlu membuka pintu ini, setelah itu kita bisa keluar dan bebas. Tidak akan ada alarm-alarm atau jebakan. Dia ini cuma orang gila yang sok-sokan membuat ruangan seperti ini. Mana ada pembunuh yang ngasih waktu dan makan untuk korbannya. Dari situ dia terlihat punya hati nurani" ucap Veno

Kami tidak sadar ternyata saat Veno bicara tangannya pun juga bergerak untuk memasukkan sandi yang menurutnya benar. Tentu saja salah!

"Tuh kan tidak ada apa-apa. Sudah kubilang, ini cuma kerjaan orang iseng aja" katanya lagi

Padahal kemarin dia orang yang paling takut saat berhadapan dengan psiko itu, tapi sekarang dia malah bilang kalau psiko itu tidak lebih dari seseorang yang iseng saja.

Sekitar 1 menit setelah itu, tiba-tiba saja asap yang banyak keluar dari ventilasi. Suasana saat ini kacau balau. Tidak ada yang tau apa itu. Kami semua berusaha menghindari asap itu.

"Lihat apa yang kau perbuat?! Tindakanmu itu membahayakan nyawa kita semua!" Teriak Rian pada Veno

"Maaf, aku tidak tau akan seperti ini"

"Kau pikir kau siapa? Sudah berbuat salah seperti ini dan cuma bilang maaf aja ha?!" Kata Kevin sambil mencekik kerah baju Veno

"Tak ada waktu untuk berdebat teman-teman!" Teriak Amanda

"Rian! Kau tau asap ini?" Tanyaku

"Sepertinya tidak beracun. Seperti yang kau katakan dia tidak akan membunuh kita dengan mudah. Mungkin ini adalah gas tidur! Jangan ada yang menghirupnya! Lari ke sudut ruangan! Cari celah yang tidak bisa dijangkau gas itu!" Perintah Rian

Sial! Aku tidak tau kenapa kami bisa terlibat dengan orang seperti dia. Dia bisa merancang pintu dan gas otomatis. Dia juga mampu membuat pil yang penuh karbohidrat. Siapa dia?! Gasnya semakin lama semakin banyak dan mulai menyebar ke setiap sudut ruangan. Aku tidak tau sampai kapan kami akan bisa menahannya. Aku mulai merasakan kantuk yang berat. Aku berusah bertahan semaksimal mungkin, namun ini sulit sekali. Aku memperhatikan sekitarku yang sudah dipenuhi gas. Mataku mulai buram, dan sepertinya aku akan tertidur.

"Pertunjukan kalian tadi malam luar biasa ya. Aku sudah menontonya loh. Makasih hiburannya. Sepertinya kalian akan jadi grup favoritku. Tidak ada yang berani melakukan itu loh selain kalian. Tapi, ntah kenapa saat ini aku jadi kesal karena kalian. Seharusnya pertunjukan sebenarnya akan dimulai besok, tapi karena ulah kalian, aku harus memulainya hari ini dan pekerjaanku jadi jauh lebih berat. Yah karena ada yang melakukan pelanggaran, pasti ada hukumannya juga kan?" Katanya sambil tersenyum

Bajingan ini! Dia betulan seorang psikopat. Senyumannya itu penuh banyak arti. Dia terlihat lebih menyeramkan hari ini dibandingkan kemarin. Tapi tadi dia bilang grup? Jangan-jangan betul, sebelum ini dia sudah pernah membunuh orang dan menyekapnya seperti kami. Jadi apa maksudnya dengan pertunjukan yang sebenarnya?

Kami kembali diikat seperti sebelumnya. Mungkin, kami tidak punya harapan hidup lagi. Aku tidak menyangka. Disaat seperti ini aku bahkan merindukan caci maki dari orang-orang di luar sana. Aku bahkan merindukan setiap kegagalan-kegagalan yang ku lalui. Aku juga rindu akan sesuap nasi yang setiap hari ku makan.

"Karena hari ini aku capek, sepertinya aku cuma menghukum satu dari kalian saja yaa. Nah, siapa yang mengambil botol kaca di meja itu? Pertanyaan sangat mudah ya hoho" tanyanya sambil tertawa

"Aku!" Jawab Kevin

Buukk!! Pukulan itu langsung melayang ke perut Kevin

"Waaaahhh, kamu berani membohongiku yaa. Padahal pertanyaannya kan mudah hoho"

"Aku. Aku yang mengambil botol itu!" Teriak Rian

Buukk!! Sekali lagi pukulan itu melayang ke arah Kevin

"Nah gitu dong. Jujur. Aku suka loh sama orang yang jujur. Karena kamu sudah mengaku, aku ringanin deh hukumannya. Tunggu yaa"

Dia mengambil sebuah pisau yang tampak sangat tajam dari dalam kantung peralatannya. Apa yang mau dilakukannya?! Saat itu aku pun mulai sadar. Hanya Rian yang tangannya diikat tergantung kedepan.

"Aku berniat mau merubah seluruh tubuhmu. Tapi karena kejujuranmu, aku ubah tanganmu aja yaa. Kan tangamu yang mengambil botol itu. Sedikit perubahan baik looh. Cuma sampai sikut aja. Nih gigit ya handuknya. Jangan dilepas. Itu hadiah dari aku loohh"

Astaga!! Apa ini?! Dia.., dia menguliti tangan Rian. Dia mengulitinya secara perlahan. Bajingan! Raut wajah Rian sangat jelas menggambarkan betapa sakitnya itu. Dia tidak berteriak sama sekali! Dia hanya menggigit handuk itu sambil menangis. Dia mengiris dan mengupas kulitnya seperti mengupas kulit mangga. Darah berceceran dimana-mana. Dan yang tampak sekarang hanyalah daging merah tanpa kulit.

"Hentikan! Hentikan itu! Bodoh! Bajingan! Bangsat! Hentikan itu! Kau tak punya otak!" Teriak Kevin memaki psiko itu

"Tak punya otak? Aku atau kau yang tidak punya otak?! Mau kutunjukkan ada atau tidak adanya otakmu?" Tanya psiko itu

"Jangan! Ja..ja..ngan..saki..ti..dia.. Hosh hosh" teriak Rian menahan sakit

"Huuffftt... Kalian membuat ku marah. Tapi karena hari ini pertunjukan besar, jadi akan ku maafkan. Aku pergi dulu. Selamat berjuang!" Katanya tersenyum lalu pergi

Melihat bagaimana reaksi Rian yang mencoba menghentikan psiko itu untuk menyakiti Kevin tanpa pikir panjang, membuatku menyadari bahwa Rian sangat menyayangi Kevin layaknya seorang saudara. Aku tidak tau berapa lama dan bagaimana mereka berteman, tapi satu hal yang pasti mereka saling menyayangi satu sama lain.

Game OverWhere stories live. Discover now