Guna menghela napas kasar beberapa kali, meyakinkan jika semuanya akan berjalan lancar. Di sinilah Guna sekarang, di depan kediaman Sheera.
Guna mengetuk pintu rumah Sheera beberapa kali, awalnya tak mendapat balasan. Namun, tak lama dari itu keluarlah seorang wanita baya yang menurut Guna masih terlihat cantik."Siapa, ya?" Renata menatap Guna dari atas hingga bawah, merasa tak mengenal Guna.
"Guna tante." Guna mencium punggung tangan Renata, berusaha tersenyum sesopan mungkin.
"Oh Guna ayo masuk." Guna mengangguk setelah Renata memersilakan ia untuk masuk.
Guna mengempuskan napas kasar saat sudah duduk berhadapan dengan Renata. Sungguh jika bukan demi Sheera ia tak mau melakukan seperti ini. Jika dipikir-pikir tak ada gunanya Guna datang menemui orang tua Sheera, lagi pula ia tak mendapat untungnya. Namun, Guna masih memiliki hati nurani untuk membantu Sheera.
"Nak Guna ada perlu apa?" tanya Renata sambil menaruh minuman yang sebelumnya ia ambil dari dapur. Guna berdehem sebelum berbicara.
"Saya temen Sheera, Tante." Mendengar nama Sheera senyum di bibir Renata langsung pudar, bahkan beralih menatap Guna datar.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Renata dingin.
"Sheera sakit."
"Saya enggak peduli," jawab Renata cepat. Guna mengepalkan tangannya, sebegitu bencikah Renata kepada Sheera.
"Saya pikir udah enggak ada yang perlu diomongin." Guna menatap tak habis pikir Renata. Bisakah ia melihat Sheera sedikit saja.
"Sheera di rawat di rumah sakit, Tan." Renata memalingkan wajahnya. Untuk apa Guna menjelaskan, lagi pula ini tak akan pernah peduli dengan Sheera. Bahkan ia bahagia jika Sheera menyusul Papanya.
"Udah saya bilang saya enggak peduli," tepis Renata menatap Guna tak suka. Memberi penjelasan bahwa ia memang tak peduli apa pun yang menyangkut Sheera.
"Saya udah tau semua." Guna bangkit menatap Renata yang masih tetap diam di tempatnya.
"Tante sama Darra benci Sheera karena kematian suami tante. Tante pernah enggak berpikir gimana perasaan Sheera?"
"Saya tidak peduli." Guna memejamkan matanya berusaha menahan emosi. Mau bagaimana pun di depannya ini orang yang lebih tua.
"Dia anak suami tante. Papanya juga meninggal, dan Tante sama Darra masih mau nyalahin dia?" Renata mengangguk mantap.
"Ya, saya bakal nyalahin dia sampai dia mati!" Guna menyorot tajam Renata. Bahkan ia tak peduli lagi jika Renata merasa tersinggung dengan tatapannya.
"Dia itu pembunuh. Seharusnya kamu jangan mau temenan sama dia!" ucap Renata tenang. Seolah yang ia bicarakan bukan topik yang serius.
"Dia saat itu masih kecil. Cuma orang bodoh yang nyalahin anak kecil."
"Lagi pula kalau Om hidup dan Sheera yang jadi korban, Om mungkin enggak bakal maafin dirinya sendiri. Tante seharusnya terima keputusan Om yang malah nyelamatin Sheera." Renata mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Sekuat mungkin ia menahan agar tak terbawa emosi.
"Omong kosong," bantah Renata sambil bangkit dari duduknya.
"Lebih baik kamu pergi," usir Renata sambil menatap Guna tak suka.
"Tante tau siapa yang udah buat Sheera masuk rumah sakit?" Guna masih belum menyerah agar seorang ibu di depannya ini sadar kesalahannya. Besar tanpa seorang ibu membuat Guna tau bagaimana perasaan Sheera.
"Saya enggak peduli siapa yang buat dia celaka."
"Darra yang buat semua ini tante," potong Guna cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.