GUNADHYA (TIGA SATU)

1.5K 52 0
                                    

Saat ini Guna dan Sheera sedang berada di taman rumah sakit. Sheera mendengarkan cerita Guna tentang Renata, Sheera mati-matian menahan tangisnya, tak mau jika Guna memandang ia sebagai gadis cengeng.

"Lo harus lebih kuat jalanin semua ini. Gue yakin secepatnya Mama lo bakal sadar." Guna tersenyum tipis.

"Makasih."

"Untuk?"

"Semuanya. Makasih Guna udah mau bersikap baik sama Sheera, makasih Guna mau nemenin Sheera di sini." Guna mengangguk.

"Gue ikhlas ngelakuin semua ini." Sheera tersenyum lebar mendengar balasan dari Guna. Ia masih tak menyangka jika Guna bisa berubah secepat ini. Namun, Sheera tak bisa berbohong ia masih khawatir dengan keberadaan Sesa.

"Sesa di mana?" tanya Sheera penasaran.

"Dia izin karena sakit." Sheera mengangguk paham. Jadi jika Sesa sembuh mungkin Guna akan kembali melupakannya.

"Semoga dia cepat sembuh."

"Aamiin." Sheera mengangguk sambil tersenyum tipis.

Ia sebenarnya merasa sedikit tak nyaman dengan sikap Guna. Walau ia juga merasa senang, tetapi ia takut jika selama ini Guna hanya kasian kepadanya. Lagi pula mustahil untuk Guna mulai mencintai Sheera.

"Guna suka sama Sesa?" tanya Sheera setelah sekian lama mengumpulkan keberanian.

"Gue enggak tau," balas Guna. Kata tidak tau langsung berputar di kepala Sheera, Guna menjawab tidak tau, tak menutup kemungkinan jika cowok itu menyukai Sesa. Lagi pula siapa yang berani menolak gadis sempurna seperti Sesa.

"Lo sama Samuel, gimana?" tanya Guna penasaran. Karena ia tak melihat Samuel selama Sheera berada di rumah sakit.

"Kemarin dia abis dari sini." Samuel memang kemarin sempat menjenguk Sheera sebentar. Ia tak bisa berlama-lama karena harus membantu ayahnya. Sheera memaklumi hal itu, lagi pula ia melihat Samuel datang saja sudah senang.

"Apa lo bakal terima Samuel lagi?" Sheera mengedikkan bahunya. "Sheera rasa enggak." Guna menoleh menatap Sheera yang masih tersenyum.

"Sheera enggak mau ngerusak persahabatan kami lagi. Sheera juga enggak mau bohong."

"Bohong?"

"Iya, Sheera kan enggak suka Samuel. Kalau kami balikan berarti aku bohong." Guna mengangguk paham dengan ucapan Sheera. Memang tam mudah menjalani hubungan dengan sahabat sendiri, walau Guna tak pernah merasakan berpacaran dengan Sesa, setidaknya dia tau jika Sesa selama ini menyukainya.

"Sheera pengen Samuel ketemu sama gadis yang lebih baik dari Sheera."

"Lo baik," jawab Guna membuat tubuh Sheera langsung menegang. Sungguh mengapa Guna berubah secepat ini.

"Tapi Sheera enggak bisa kasih cinta Sheera sama Sam."

"Ya. Lo jangan paksa hati lo." Sheera tersenyum lebar. Menatap Guna dengan pandangan berbinar.

"Sampai kapan pun Sheera bakal suka sama Guna." Guna berdehem membasahi tenggorokannya, memilih memalingkan wajah dari Sheera.

"Jadi, Guna tetap jaga hati buat Sheera." Guna lebih memilih bangkit dari pada mendengar ucapan lebih jauh Sheera.

"Ayo masuk." Ajak Guna diangguki semangat oleh Sheera.

Sheera tetap berusaha tersenyum walau merasakan hatinya nyeri. Ia tau jika Guna sengaja mengalihkan pembicaraannya, Sheera tersenyum kecut, memang apa yang ia harapkan. Guna berubah menjadi perhatian saja dia sudah senang.

***

Sheera masih tak percaya seorang di depannya ini Renata. Bahkan sedari tadi ia tak mengedipkan mata, takut jika tiba-tiba Renata menghilang. Renata sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan seisi ruang rawat Sheera. Ia masih tak tau harus melakukan apa, entah mengapa keduanya tiba-tiba terasa canggung.

"Kak Darra mana, Ma?" tanya Sheera memecah keheningan.

Sebelum bicara Renata berdehem, merasakan tenggorokannya kering, "sekolah," jawab Renata masih setia dengan wajah datarnya. Sheera mengangguk lalu tersenyum tipis.

Renata memperhatikan wajah Sheera yang terdapat beberapa lebam. Renata terenyuh menatap wajah mungil putrinya, ia sampai lupa kapan terakhir kali ia memperhatikan wajah Sheera secara detail seperti saat ini.

"Maaf." Sheera menoleh. Menatap Renata bingung sekaligus tak percaya. Sheera yakin jika pendengarannya tak salah.

"Maaf karena udah buat kamu gini." Sheera mengangguk kaku. Sebenarnya Sheera ingin mengeluarkan suara, tetapi diurungkan saat merasakan lidahnya kelu.

"Mama tau kami telalu berlebihan." Sheera mengerjapkan mata tak percaya saat Renata kembali melanjutkan katanya. Sheera tak yakin jika ucapan Guna dapat mempengaruhi Renata.

"Kamu mau maafin kamikan?"

Sheera menggelengkan kepalanya, membuat wajah Renata berubah sendu. "Mama sama Kakak enggak salah, kok," sangkalnya sambil tersenyum tipis. Ia benar-benar merasakan jika ibunya dan Darra tak salah, wajar saja mereka marah dengannya.

"Wajar kalian marah. Aku tau kalian sedih kehilangan Papa." Menyebut kata Papa membuat Sheera langsung menunduk. Rasa bersalah itu selalu saja menghampirinya.

"Kami salah," bantah Renata.

"Seharusnya Mama enggak perlu bersikap kekanakan sama kamu. Bahkan Mama enggak sadar jika selama ini kamu juga kehilangan Papa." Kedua mata Sheera langsung berkaca-kaca menatap wanita di depannya ini. Jika ini mimpi tolong jangan bangunkan Sheera, Sheera tak mau kehilangan ibunya kembali.

"Mama nyesel." Renata terisak sambil menutup wajahnya. Setelah mendengar kata-kata Guna ia jadi sadar jika selama ini salah. Walau awalnya ia tak suka dengan ucapan Guna, tetapi setelah dia memikirkan semuanya memang ia juga terlalu berlebihan.

Sheera bangkit dari bankar menuju Renata. Lalu memeluk ibunya erat, seolah tak ada hari esok untuk memeluk ibunya. Sheera juga ikuta menangis saat akhirnya bisa merasakan pelukan Renata.

"Ayo kita ikhlasin Papa sama-sama." Renata membawang Sheera ke dalam pelukannya. Ia mengelus surai hitam panjang milik Sheera, ia tak percaya jika anak bungsunya sudah sebesar ini. Bahkan Renata tak menyadari putrinya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.

"Jangan tinggal Sheera lagi, Ma," lirih Sheera sambil terisak. Renata menganggukkan kepalanya, mencium pucuk kepala putrinya dalam.

"Mama janji." Sheera tersenyum dalam pelukan Renata. Ia berterima kasih kepada Tuhan, karena telah mengembalikan Renata. Sungguh ia tak menyangka jika hari ini akan tiba.

Di depan ruang inap Sheera Guna dan Kristal yang menyaksikan itu tersenyum. Merasa lega melihat Sheera bisa tersenyum kembali, Kristal bahkan sampai menangis haru, ia bersyukur Renata langsung sadar dengan putrinya itu.

Jangan lupa vote dan komen.

Ssbentar lagi ending, nih. Kira-kira mau gimana endingnya, mau diganti atau tetap yang dulu?


Gunadhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang