Part fifth

12 1 0
                                    

Kita lanjutin guys ceritanya
Di part ini skip-nya lumayan jauh. Jadi sorry ya

Happy Reading


***


Hari ini adalah hari sabtu, dimana sekolah Nisya libur. Kalian tahu kenapa? Karna sekolah Nisya menggunakan sistem full day.

  Jam weker milik Nisya tepat menunjukkan angka 7 dan langsung berbunyi nyaring
  Krringgg..
Seakan mendengarnya, Nisya membuka mata dan meregangkan otot-ototnya. Nisya bergegas ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya, setelah selesai Nisya langsung keluar menuju ruang keluarga.

"Pagi, Ma." Sapa Nisya seraya mengecup singkat pipi Riana mamanya
"Pagi,honey." Balas Riana, Nisya langsung duduk disebelah Riana yang sedang menonton tv.
"Ma..." panggil Nisya
"Why, hon?" Jawab Riana lembut
"Ma, what is wrong with ARMY?" Tanya Nisya
Riana langsung menoleh "What happen, hon?" Nisya tak bergeming. Apa ia salah jika menanyakan hal ini lagi? Atau dia sedang bingung harus melakukan apa? Ahh entah lah dia rasa semuanya serba salah.
"Honey, kok malah diem." Tanya Riana penasaran dan dibalut rasa khawatir akan masalah di komunitas ARMY yang di ikuti putri semata wayangnya ini.
"Enggak papa kok, Ma. Nisya cuma aneh aja kenapa temen-temen Nisya banyak yang gak suka sama Boy Band Korea." Jelas Nisya
Riana tersenyum mendengar pertanyaan dari putrinya.
"Hon, mereka  bukannya gak suka. Tapi kamu dan mereka memiliki selera yang berbeda, mungkin mereka lebih menyukai lagu-lagu dari Indonesia dan artis ataupun selebriti tanah air. Rasa suka seseorang terhadap suatu hal tidak bisa di paksakan. Jadi sukai apa yang membuat kamu untuk tidak berhenti menyukainya dan jangan pernah mempermasalahkan perbedaan itu." Ucap Riana
Nisya yang mendengar ucapan mamanya membuag dirinya sedikit lebih tenang. Inilah yang Nisya sukai dari mamanya, Riana selalu menjadi tempat terbaik untuk berbagi segala bebannya.
Nisya langsung menghambur memeluk mamanya, Riana mengulum senyum saat putrinya memeluk dirinya. "Makasih ma, atas nasihatnya buat Nisya. Nisya pasti selalu ingat kata-kata mama." Ujarnya
"Iya, hon" balas Riana sambil mengusap rambut Nisya yang terurai.
"Ekhem... pagi-pagi udah pelukan aja. Papa gak diajak nih" gurau Abraham, papa Nisya.
Riana terkekeh mendengar penuturan suaminya itu, lalu melepaskan pelukannya.
"Ih papa mah. Lagi pelukan juga malah ganggu." Ujar Nisya kesal.
"Lah kok papa yang salah?" Tanya Abraham heran
"Iya lah. Papa tu gak peka sama sikon." Jawab Nisya cemberut.
Abraham hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pasalnya dia tak tahu maksud putrinya itu.
"Iya udah deh. Papa yang salah. Papa minta maaf ya, Princess." Nisya tersenyum jahil, sekilas ia melirik Riana dan mendapat anggukan dari Riana. Seakan mendapat persetujuan, Nisya langsung angkat bicara.
"Oke, Papa dimaafkan. Tapi ada syaratnya."
Abraham mencium bau-bau kejahilan putri semata wayangnya.
"Yah.. kok ada syaratnya segala sih, Princess." Ujar Abraham putus asa.
Nisya tersenyum geli melihat ekspresi Papanya. Ia tahu Papanya paling malas di saat-saat seperti ini.
"Mau dapat maaf gak dari Nisya?" Tanyanya seraya menyombongkan diri. 'Gak papa lah ya, sekali-kali ngerjain papany ini' ujarnya dalam hati.
"Iya deh iya." Jawab Abraham pasrah.
Nisya tersenyum penuh kemenangan."Oke, kalau gitu sekarang papa pinjem daster mama terus papa pake dasternya dan jangan lupa pake make up." Abraham melongo mendengar persyaratan dari phtrinya.
"Harus ini?" Tanya Abraham meyakinkan.
"Harus" balas Nisya dengan penuh keyakinan.
Mendengar jawaban dari putrinya membuat dirinya ingin menenggelamkan diri sekarang. Bagaimana tidak? Seorang Abraham yang paling dikagumi dan di segani oleh Direktur-Direktur di luar sana, harus mengenakan daster dan memakai make up? Hanya untuk mendapatkan maaf?









Bersambung...

Tunggu kelanjutannya di part ke enam. Oke?
.
.
.
Keponya di tampung dulu😂








TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What's Wrong With ARMY? (W3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang